Malam pun tiba, pak Ruslan yang sedang duduk sambil menikmati rokoknya tiba-tiba hp nya berdering, rupanya yang menelpon adalah Fufut sekretaris nya."Halo fut, ada apa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Tanya pak Ruslan setelah ia mengangkat telponnya."Maaf pak, saya menganggu malam-malam begini, besok adalah hari merenovasi ruangan pak Ruslan yang ingin pak Ruslan ubah," jawab Fufut."Oh iya, saya lupa, tapi saya tidak bisa mengerjakannya besok," ujar pak Ruslan sambil menepuk keningnya."Bagaimana kalau saya kirim beberapa data ruangan yang sudah saya kumpulkan, maka pak Ruslan tinggal memilih ruangan seperti apa yang pak Ruslan inginkan," jelas Fufut."Eum, Fufut saat ini saya tidak bisa berpikir jernih saya akan menyuruh Gabriel untuk mengurusnya besok, terserah dia mau ruangan model apa dan seperti apa, saya akan menghubunginya sekarang," jawab pak Ruslan dengan keputusan nya."Oh baik tuan, kalau begitu permisi selamat malam," pamit Fufut, segera mematikan telponnya.Pak Ruslan
Malam itu Gabriel langsung tertidur nyenyak tanpa rasa gelisah hingga pagi pun tiba, Gabriel bangun pukul setengah 6 pagi, ia langsung mandi dan bersiap-siap."Tio udah bangun belum ya! Awas aja kalau dia belum bangun," ujar Gabriel setelah ia selesai berdandan.Ia pun pergi ke kamar Tio untuk membangunkannya namun saat ia masuk rupanya Tio juga sudah siap, Tio sedang berdiri di depan cermin sambil memasang dasi, Gabriel masuk ke dalam kamar Tio sambil berkata."Tumben udah bangun, rapih amat kayak kerja di kantor aja padahal cuma bantuin merenovasi ruangan.""Iya dong, ya elah kakak ini mematahkan semangat ku aja," jawab Tio."Iya iya, udah siapkan? Ayok kita sarapan dulu," ajak Gabriel seraya pergi dari kamar Tio."Iya kakak duluan aja, aku nyusul nanti," jawab Tio.Gabriel pun pergi ke lantai bawah menuju ruang makan di susul juga dengan Tio, bi Ita pun datang menyiapkan sarapan untuk mereka."Aduh, aduh, pada wangi, rapi, cantik dan ganteng sekali," celetuk bi Ita."Iya dong, bi k
Tio gerak cepat menggendong Gabriel dan berlari bersama pak supir hingga mereka masuk ke mobil dan melaju kencang."Ahh, syukurlah kita sudah jauh dari dia, " ucap Tio sambil mengusap dada."Iya, kaki kakak sakit ini," balas Gabriel."Pak kita langsung ke kantor aja," pinta Tio."Iya baik deb," jawab pak supir.Mereka merasa lega walaupun masih ngos-ngosan, hingga tibalah mereka di kantor.Rupanya para karyawan serta sekretaris Fufut sudah menunggu kedatangan mereka."Selamat pagi dan selamat datang tuan dan nyonya," sambut para karyawan sambil menunduk memberikan rasa hormat."I, iya, selamat pagi juga," jawab Gabriel gugup."Kaku amat kak," bisik Tio."Ihs diem kamu!" Bisik Gabriel pula."Nih liat aku dong," balas Tio."Selamat pagi semuanya, mari masuk kita mulai merenovasi nya akan tetapi kita harus menyiapkan denah terlebih dahulu," ujar Tio cukup tegas."Iya, tuan, saya sudah menyiapkan beberapa data, tuan dan nyonya tinggal melihat dan pilih model seperti apa dan apa saja yang
"Non, gimana tadi udah beres?" Tanya bi Ita saat Gabriel tiba di meja makan."Beres bi, badan aku pegal-pegal ini," jawab Gabriel."Bi, bisa mijit? Aku mau makan sambil di pijitin dong, badan aku kayak ringsek gini," pinta Tio."Bisa den, ya udah bibi pijitin sambil aden makan," jawab bi Ita."Bi, nanti kalau Tio udah beres, aku juga pengen di pijitin dong," pinta Gabriel sambil melahap makan malamnya."Gak bi, jangan bi, biarin aja lagian kakak bisa nunggu papa pulang, kakak mah di pijitinya sama papa aja," sahut Tio."Dih, enak kali kamu ngomong, kalau papa pulang nanti kakak yang mijitin papa bukan papa yang mijitin kakak," balas Gabriel."Aduh, aduh, udah jangan ribut kalau lagi makan nanti tersedak, iya den lagi pula nanti pas tuan pulang pasti tuan capek banget, kalau aden udah puas nanti bibi pijitin non Gabriel juga," sahut bi ItaMereka hanya mengangguk sambil melanjutkan makan mereka, di saat mereka baru selesai makan Gabriel berkata pada bi Ita."Bi, aku mau pinjem hpnya bo
"Ahh, apa di sini ada pizza?" Tanya pria yang sedang berdiri dengan membawa selimut itu, rupanya pria itu adalah Tio yang sedang mengigau."Itu Tio pa, kayaknya dia lagi ngelantur," ujar Gabriel."Iya sayang, kita jawab aja, gak ada toko kami sudah tutup!" Teriak pak Ruslan pada Tio.Tio hanya mengangguk kemudian pergi menuju kamarnya, pak Ruslan segera menutup pintu kamar Gabriel dan menguncinya."Sayang, kamu akan mendapatkan full servis dari papa malam ini sebagai hadiah dari kesabaran mu dalam menunggu papa selama papa pergi," ujar pak Ruslan sambil berjalan mendekati Gabriel yang sedang duduk di atas kasur."Ohhh tentu saja, aku sangat menantikan hal itu," jawab Gabriel sambil meliukan tubuhnya agar pak Ruslan segera tergoda."Oke, siap-siap, awas aja kalau kamu tepar duluan," balas pak Ruslan yang langsung memulai aksinya.Sementara bi Ita sedari tadi sedang memasak rendang untuk pak Ruslan karena bi Ita tahu bahwa pak Ruslan gak akan terburu-buru tidur apalagi setelah melepas k
"Sayang, ini bukan apa-apa kok," elak pak Ruslan sambil menyembunyikan tangan kirinya ke bawah meja makan."Papa! Sini aku mau lihat!" Gerak Gabriel sambil menarik tangan pak Ruslan hingga ke atas meja."Papa, ini luka karena apa? Kok papa bisa terluka di telapak tangan? Sebenarnya papa kerja apa? Atau papa kuli bangunan?" Tanya Gabriel beruntun karena kaget saat melihat sebuah luka yang terlihat hendak mengering beberapa hari lagi."Sa, sayang ini cuma kecelakaan pas papa di tempat kerja dan papa bukan seorang kuli bangunan tapi papa yang bayar kuli bangunan itu," jawab pak Ruslan lembut."Ya terus kalau bukan kuli bangunan, papa kerja apa selain mengurus perusahaan?" Tanya Gabriel lagi."Sayang, makan dulu papa kan sudah bilang nanti kalau sudah waktunya tiba kamu juga akan tahu sendiri apa pekerjaan papa sebenarnya," jawab pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel untuk menenangkannya."Heum, sampai kapak aku harus menunggu untuk tahu," ujar Gabriel cemberut.Pak Ruslan yang melih
"Gabriel punya selera yang bagus ya? Walaupun rasanya kurang nyambung kalau saya yang pake ruangan ini," ujar pak Ruslan."Iya tuan, ruangan sangat cocok kalau nyonya Gabriel yang menempati ruangan ini," jawab Fufut.Pak Ruslan memulai pekerjaannya di kantor sementara Gabriel sudah meminta izin untuk pergi ke panti dan di beri izin oleh pak Ruslan, ia naik taksi karena supir Tio sudah berangkat mengantarkan Tio ke kampus.Setelah ia tiba di depan panti ia melihat anak-anak sedang bermain di halaman panti saat ia hendak menyapa tiba-tiba saja mulut Gabriel di sumpal dengan sebuah kain dan kepala Gabriel di bungkus oleh kresek hitam yang tebal dari dan di bawa masuk ke dalam mobil. Ternyata orang yang menculik Gabriel adalah orang-orang yang selalu memantau panti. Ia di bawa kabur ke tempat yang cukup jauh.Saat mereka tiba di markas mereka melepas kresek yang itu, dan rupanya Gabriel pingsan."Kenapa kalian membuat putri saya pingsan! Saya sudah bilang untuk membawanya dengan selamat
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep
Ruslan masuk ke markas Max dia membuat kekacauan dengan cara membawa anggota kepolisian untuk mengamankan setiap orang yang ada di sana dan mengembalikan barang ke pemilik aslinya yaitu Jack.Kepanikan terjadi Max murka mengetahui perbuatan Ruslan namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah di tahan oleh polisi. Barang-barang yang telah di curi itu kembali ke tangan pemilik aslinya.Hal itu membuat Jack bangga, Jason dan Rey juga telah membuka pintu restu atas hubungan Ruslan dengan Gabriel, walaupun terbilang cukup jauh umur mereka namun cinta itu tidak pernah terhalang oleh umur karena umur hanyalah angka.Prok! Prok! Prok! Tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Ruslan kembali ke markas Jack."Wow, hebat, setelah ini aku setuju atas hubungan mu dengan adik ku," ucap Jason."Aku juga setuju," sambung Rey."Ruslan, saya bangga atas apa yang kamu lakukan, saya minta maaf karena telah memberi siksaan sebelumnya, karena saya benar-benar tidak tahu," ucap Jack."Sudah lah, lupakan, l
"Papa! Jadi orang yang papa maksud untuk menjadi suami ku adalah Jhonatan?" tanya Gabriel."Iya, Jhonatan adalah senior di kelompok kita dia yang paling handal dan paling bertanggung jawab. Dia juga yang paling cepat menyelesaikan misi," jawab Jack."Gabriel, kenapa kamu begitu kaget? Emangnya kamu tahu Jhonatan itu siapa?" Tanya Jason heran."Dasar baj*Ngan!" Gertak Gabriel sambil mendorong Jhonatan sampai mundur beberapa langkah."Anak ku, apa yang salah?" tanya Jack."Jhon! Jadi selama ini kamu adalah salah satu anggota dari kelompok mafia?" tanya Gabriel."Iya, jadi kamu adalah anak dari ketua kelompok ku?" tanya balik Jhonatan."Jhon kamu kenal anak ku?" tanya Jack bingung."Jelas kenal pah! Dia adalah mantan suamiku, dia yang sudah menikahi ku dan mengkhianati ku dia berselingkuh saat aku masih menjadi istrinya! Dia bajingan! Dia lah penjahat yang sesungguhnya! Lebih parahnya lagi dia adalah anak tiri pak Ruslan!" Jelas Gabriel."Apa?" "Apa?""Apa?"Bersamaan, Jack, Jason dan j
Tepat pukul 3 pagi, Gabriel pergi mengendap-endap ke ruang bawah tanah untuk menemui pak Ruslan dengan membawa sepiring makanan dan juga segelas air.Para menjaga mencegah Gabriel, namun Gabriel melakukan berbagai cara untuk membujuk para penjaga itu agar mengijinkannya masuk dan mereka tutup mulut."Papa," ucap Gabriel gemetar melihat tubuh pak Ruslan terkapar lemas di sebuah kursi yang di ikat dengan tali."Sa, Sayang," jawab pak Ruslan seraya membuka kedua matanya dan melirik Gabriel.Gabriel segera melepaskan tali itu dan langsung memeluk pak Ruslan dengan di iringi sebuah tangis."Papa, papa," tangis Gabriel sambil memanggil pak Ruslan."Sayang, papa baik-baik saja, syukurlah kamu baik-baik saja, papa sangat khawatir dan papa juga mencari ke mana-mana papa juga selalu berdoa dan berharap bahwa kamu baik-baik saja," ujar pak Ruslan sambil mengelus kepala Gabriel yang berada di dadanya."Papa pasti sangat ke sakitan, aku minta maaf pah," jawab Gabriel."Sayang, kamu tidak perlu min
Sore itu Gabriel, Rey dan Jack pulang, di sambut oleh Jason dengan rencana yang di katakan oleh David. Semua memberi respon positif kecuali Rey."Aku tidak terlalu mempercayai anak baru, sebaiknya jangan gegabah kita harus hati-hati," ucap Rey."Iya Rey ada benarnya juga, kita coba saja dulu rencananya nanti malam namun kita jangan tidur kita awasi dari lantai atas," balas Jack."Papa, apakah ini akan berbahaya?" tanya Gabriel khawatir."Tidak anak ku, tidak ada yang berbahaya kita hanya perlu waspada saja," jawab Jack."Gabriel, kamu segera lah tidur kami akan berjaga malam ini," ucap Rey yang mulai peduli dengan adik perempuannya itu."Iya bang, kalian hati-hati," jawab Gabriel yang kemudian masuk ke dalam kamarnya.Semua rencana sudah di siapkan, di mulai dengan penjagaan di laur gudang dan di dalam gudang, tepat pukul 02 pagi, Rey melihat seseorang dari belakang gudang."Papa, Jason, lihat baik-baik ada penyusup," ucap Rey melalui handphone karena mereka saling terhubung satu sama
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
"Jika benar papa adalah sorang mafia, berarti selama ini aku berada dalam dekapan mafia, pantas saja papa tidak mau mengakui dengan jelas apa pekerjaan utamanya," pikir Gabriel."Ahh tapi ini hanya perkiraan ku saja, aku tidak tahu kebenarannya jika bukan papa yang mengatakan nya dengan langsung," sambung Gabriel dalam hati.Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk menenangkan diri, hingga saat malam tiba, Gabriel di panggil oleh Jason."Gabriel, ayok kemari kita makan malam bersama," ajak Jason."Oh iya, bang aku menyusul," jawab Gabriel seraya bangun dari tidurannya.Saat Gabriel tiba di meja makan terlihat Rey duduk menatapnya dengan tajam, raut wajah yang sangat itu membuat Gabriel menundukkan pandangan karena takut."Gabriel ayok duduk nak," ujar Jack seraya memberikan kursi."Eum iya pa," jawab Gabriel seraya duduk.Namun saat Gabriel duduk Rey berdiri hal itu membuat semua orang kaget."Rey, mau kemana kamu? Makan dulu," ujar Jack."Aku tidak selera, aku mau makan di luar
Saat itu hari sudah mulai sore, Gabriel keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang bertubuh kekar, saat ia pergi ke sebuah ruangan tiba-tiba saja Rey menghardiknya."Mau kemana kau?" Tanya Rey ketus."A, aku cuma mau lihat-lihat aja," jawab Gabriel ketakutan karena dengan postur tubuh yang kekar serta raut wajah yang cukup menyeramkan dari Rey "Apa? Jangan cuma lihat-lihat pastikan dirimu berguna kalau kau sudah berada di keluarga ku," ujar Rey tegas."Berguna gimana maksudnya bang?" Tanya Gabriel."Sini!" Gertak Rey yang langsung menarik tangan Gabriel menuju sebuah lapangan latihan di bagian belakang."Lihat? Di sana ada sebuah papan bulat pastikan kau bisa menembak dengan tepat," ujar Rey sambil memberikan sebuah pistol ke tangan Gabriel."Ta, tapi bang aku belum pernah menggunakan pistol sebelumnya, bagaimana bisa aku menembak tepat sasaran?" Ujar Gabriel yang gagap karena takut."Hahh sudah ku duga, makannya aku bilang pastikan dirimu berguna dan tak akan menjadi beban, cep