“Darren menculik Eloisa!” pekik Rosaline histeris. Putranya yang telah dia besarkan dengan keras dan penuh tanggung jawab, sekarang melakukan kejahatan dengan menculik seorang wanita!Padahal Darren hanya perlu memberitahu mereka dan mereka pasti akan mencari jalan keluar, kenapa juga Darren memilih melakukan tindakan kriminal seperti ini? Jelas Darren mengatakan kalau dia ingin menyakinkan Eloisa dan itu artinya Eloisa tidak ikut dengannya dengan sukarela.“Padahal kemarin aku sudah mengatakan padanya untuk membawa wanita itu setelah pernikahan Darius!” marah Rosaline.“Ma, wanita itu adalah Eloisa. Bagaimana dia bisa membawanya setelah pernikahan Darius dan Eloisa?” kata Darius menjelaskan dan Rosaline menoleh pada Darius dengan tercengang, seakan baru menyadari kalau wanita yang dimaksud Darren adalah calon istri Darius.“Tenangkan dirimu dulu,” kata Adianto sambil meremas lembut tangan istrinya untuk menenangkan emosi istrinya yang sudah meledak.“Anak itu!” geram Rosaline. Berbul
Seorang pria tampan yang memiliki mata hitam misterius, baru saja turun dari taksi dengan senyum yang merekah di wajahnya, dia melangkah dengan semangat menuju pintu rumah keluarga Hartadi.Dia sengaja tidak mengabari keluarganya kalau dia memajukan jam keberangkatannya dari Jakarta, niat hati ingin memberi kejutan pada keluarganya. Jarinya hampir saja menekan bel saat pintu rumah itu tiba-tiba terbuka dan dia melihat Nick, sahabat adiknya, keluar dari sana dengan wajah kusut.“Hai Nick,” sapa Donny, si putra kedua yang akhirnya pulang untuk menghadiri pernikahan Kakaknya dengan teman kuliahnya.“Kak Donny?” seru Nick terkejut.“Mengapa kau begitu kaget melihatku?” tanya Donny sambil tertawa.“Masuklah, Kak. senyummu itu akan luntur begitu kau masuk,” kata Nick lesu sambil berjalan melewati satu-satunya orang di keluarga Hartadi yang tidak tahu kekacauan yang telah dibuat Darren.“Sepertinya ada masalah,” kata Donny sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak pernah menganggap
“Kau sudah menemukannya, Kak?” tanya Donny setelah dia masuk ke kamar Darius di jam delapan malam. Dia sudah mendengar garis besar kisah Darren dan Eloisa yang memang agak diluar nurul itu, dari Rosaline. Dia belum dengar saja yang dari Nick, mungkin dia bisa terkaget-kaget.Dia sulit mempercayai kalau Darren bisa menculik Eloisa Renata, yang dia kenal sebagai gadis pendiam dan sederhana. Cantik sih, tapi sepertinya agak membosankan dan kurang modis. Lagipula, dulu Elosia punya pacar, sudah pendiam, ada pawangnya lagi, jadilah dia dan teman-teman prianya memang tidak dekat dengan wanita itu.“Sudah,” kata Darius. Dia kembali menatap layar laptopnya setelah memastikan kalau hanya Donny yang masuk ke kamarnya.“Lalu?” tanya Donny yang yakin kalau Darius belum ingin memberitahu orang tua mereka keberadaan Darren. Lucas sedang mengejar mobil Darren yang katanya keluar di tol kota Malang, namun setelahnya, mobil Darren melalui jalan tikus yang tidak ada cctv lalu lintas, karenanya mereka a
“Bagaimana kau tahu kalau aku tidak melakukan apapun padamu saat kau tertidur sangat nyenyak semalam?” tanya Darren sambil tersenyum miring dan Eloisa memucat. Dia lalu memeriksa pakaiannya yang masih sama seperti kemarin dan mencoba merasakan apakah inti tubuhnya merasakan sakit? Tapi pakaiannya masih utuh, hanya sedikit berantakan, begitu juga inti tubuhnya tidak merasakan apapun selain kepingin pipis.“Kau bohong!” tuduh Eloisa.“Untuk apa aku berbohong? Aku sudah menculikmu seperti ini agar pernikahan kau dan Kak Darius gagal, mungkinkah aku melewatkan satu-satunya cara memastikan kau tidak akan menikah dengan Kak Darius?” tanya Darren dan Eloisa semakin panik.“Walaupun aku tidak menikah dengan Darius, aku juga tidak akan menikah denganmu!” kata Eloisa sambil menangis. Perkataan Darren barusan seperti menegaskan kalau pernikahannya sudah pasti batal, sedangkan dia tidak mungkin bersama dengan Darren setelah ini.“Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Semua sudah seperti ini. Ak
Darren memarkirkan mobil di depan rumahnya. Dia keluar dari mobil bersamaan dengan Eloisa yang juga keluar dari mobil, mereka berjalan ke pekarangan rumah keluarga Hartadi bersama walau keduanya tidak mengucapkan apapun. Berbeda dengan Darren yang tenang karena dia sudah tahu apa yang menantinya, Eloisa sangat cemas, dia khawatir keluarga Hartadi akan salah paham terhadapnya.Pintu langsung terbuka sebelum Darren menekan bel dan terlihatlah Lucas disana yang menatap pasangan itu tanpa ekspresi. Semalam Rosaline menyuruhnya kembali dan hanya meninggalkan beberapa anggotanya untuk memastikan Darren tidak kabur lagi.“Anda sudah ditunggu di ruang tamu,” kata Lucas.“Ya. Terima kasih, Pak Lucas,” jawab Darren. Dia lalu meminta Eloisa berjalan mengikutinya untuk masuk ke rumahnya. Langkahnya berhenti di depan ruang tamu keluarganya, disana ada Ayahnya, Ibunya, Kak Darius dan Kak Donny, yang sudah menunggunya dengan wajah datar. Lucas yang sudah memastikan Darren dan Eloisa masuk ke dalam r
CeklekBUM“Darren!” teriak Eloisa panik saat melihat tubuh Darren yang terlempar dan menabrak tembok. Dia ingin menghampiri Darren, tapi Darius masih menahan tangannya.“Eloisa, apa yang kau lakukan disini? Darius?” tanya Rosaline, orang yang baru saja memberikan tendangan maut pada Darren.“Aku membawanya untuk melihat Darren,” jawab Darius dan Rosaline mengerutkan kening.Sedangkan Eloisa, dia sedang memperhatikan Darren dengan khawatir. Wajah Darren penuh luka, bibir dan hidungnya mengeluarkan darah, pelipisnya juga terluka, pipinya bengkak sebelah. Itu baru wajah, belum tubuh pria itu. Dia sangat khawatir melihat kondisi Darren yang seperti ini!“Kak, bawa Eloisa keluar,” pinta Darren pada Darius dengan tatapan memohon. Dia tidak mau Eloisa melihatnya dalam tampilan yang mengenaskan, lebih mengenaskan dari ini, tepatnya.“Darren betul, tidak seharusnya kau membawanya kesini. Ini adalah area pribadi keluarga kita,” kata Rosaline sambil mengibaskan tangannya yang sudah dibalut kain
“Apakah kau mau menikah dengan Donny?” tanya Rosaline pada Eloisa yang tercengang karena pertanyaan ajaib Rosaline. Eloisa yang sangat kebingungan, menoleh pada Donny yang entah tersenyum atau meringis padanya, atau sepertinya keduanya. Dia yakin Donny menawarkan diri hanya karena kasihan pada Darren, lihat saja senyum penuh ringisan itu.“A-aku menikah dengan Darren saja,” jawab Eloisa. Jika disuruh memilih salah satu, lebih baik dia menikah dengan Darren saja, karena Darius tidak mau menikah dengannya. Padahal sebenarnya, dia boleh tidak memilih siapapun. Tapi tekanan yang diterimanya sekarang, membuatnya lupa akan hal itu.“Kau yakin?” alis Rosaline mengerut semakin dalam, dia menatap datar pada Darren yang masih diam, walau dalam hati Darren sangat bahagia karena Eloisa memilih dirinya, tapi dia tahu semua ini belum selesai, jadi lebih baik dia diam saja.“A-aku …” Eloisa galau. Dibilang yakin, sudah pasti tidak, tapi dia tidak bisa membiarkan Darren dipukuli Tante Rosaline lagi.
“Tidak bisa! Tadi kau sudah bilang akan menikah denganku, jadi tidak boleh dibatalkan. Kalau sampai batal, nanti aku akan menculikmu lagi sampai ke pedalaman hutan belantara hingga kau tidak akan bisa kabur!” ancam Darren keras.“Kau masih berani!” marah Eloisa.“Tentu saja. Aku akan melakukan apapun agar kau menikah denganku!” jawab Darren pasti.“Sepertinya aku memang kurang menghajarmu,” kata Rosaline kesal. Bagaimana bisa putranya mengatakan hal semacam itu, di depannya dan suaminya!“Mama, kan, dengar sendiri tadi. Dia bilang dia mencintaiku, tapi mengapa sekarang dia mau membatalkan pernikahan kami!” adu Darren dengan puppy eyesnya yang sekarang terarah pada sang Ibu yang masih memelototinya.“Besok itu harusnya pernikahanku dengan Pak Darius, bukan denganmu!” desis Eloisa kesal.“Sudah jadi pernikahan kita sejak kau setuju menikah denganku!” keukeuh Darren dan Donny terkekeh, yang membuatnya menjadi pusat perhatian di meja itu.Dua orang di meja itu sekaku papan, yang satunya l
“Ya. Ada apa, Pak Andrew?” tanya Eloisa bingung.“Bisakah Anda meminta pada Ibu Rosaline untuk menangguhkan sidang?” tanya Andrew. Belum sempat Eloisa ataupun Darren bicara, Andrew sudah melanjutkan perkataannya.“Kondisi Susan sebenarnya masih belum terlalu baik. Pendarahannya belum benar-benar berhenti, tubuhnya juga sebenarnya belum kuat untuk menjalani berbagai pemeriksaan. Dengan kuasa Bu Rosaline, hukuman pasti akan dijatuhkan dengan cepat, saya khawatir … Susan tidak akan bisa bertahan di dalam penjara. Resiko lukanya akan terbuka lagi dan infeksi sangat tinggi, apalagi luka dalam di rahimnya akibat kecelakaan itu membutuhkan beberapa bulan untuk benar-benar sembuh,” kata Andrew sambil menghela nafas berat. Dia adalah polisi, harusnya dia tidak boleh melakukan hal ini, tapi jika terjadi sesuatu pada Susan di dalam penjara, dia pasti akan hidup dalam penyesalan.“Saya tidak meminta Susan dibebaskan, hanya kalau bisa, tunggu sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk masuk
Eloisa sengaja datang ke kampus di waktu yang mepet dengan jam mengajarnya, agar dia tidak diinterogasi oleh rekan-rekannya lagi perihal pernikahannya kemarin. Jadi, dia masuk ke ruang dosen dan langsung menuju mejanya sambil menyapa sekilas dosen-dosen yang masih berada disana, lalu mengambil perlengkapan mengajarnya dan kembali keluar.Beberapa dosen menertawakan tingkah Eloisa yang terlihat jelas sedang menghindari mereka. Mereka yakin Eloisa juga berada di posisi yang tidak enak karena pernikahan unik ini, hanya saja, hal ini memang sangat sulit untuk dipercayai akal sehat.Mereka melihat sendiri kalau Eloisa dan Darius sudah cukup dekat, tapi tiba-tiba di hari H, yang menikah dengan Eloisa adalah adik Darius, dimana Dariusnya sendiri terkesan cuek dengan hal itu. Hari seninnya, Darius masuk kerja seperti biasa, seakan tidak ada pernikahannya yang gagal terlaksana. Apakah mungkin ada prank untuk hal sepenting sebuah pernikahan?Setelah mengantar Eloisa ke kampus dimana dia tidak d
Selama tiga hari menginap di vila, Eloisa sangat dimanjakan oleh Darren. Mereka tidak seperti pengantin baru yang menghabiskan sepanjang hari di kamar, tapi Darren mengajak Eloisa untuk pergi ke tempat-tempat bagus yang ada di sekitar vila tempat mereka menginap.Darren selama ini tidak pernah berjalan berdua dan menikmati waktu bersama-sama dengan Eloisa, walau hanya untuk makan dan melihat-lihat tempat wisata. Karenanya, dia ingin melakukannya mulai dari sekarang, dia akan membuat banyak momen untuknya dan Eloisa, istilahnya ini seperti pacaran setelah menikah. Mereka berjalan berdua di pinggir danau sambil bergandengan tangan, menikmati makanan khas di pinggir jalan. besonya, Darren mengajak Eloisa ke taman, berjalan sambil memberi makan roti tawar pada burung liar.Eloisa banyak tertawa karena memang Darren adalah orang yang menyenangkan, pria itu bisa membawa suasana menjadi ceria dengan tingkahnya. Darren juga tidak pernah menuntut apapun dari Eloisa, dia malah mendorong Eloisa
Tidak terjadi insiden apapun saat acara pemberkatan pernikahan ini, mulai dari Eloisa yang mengucapkan sumpah pernikahannya dengan baik, sampai dengan penandatanganan surat nikah mereka.Kali ini, Darren juga menjadi anak baik, saat disuruh mencium pengantinnya, dia hanya menempelkan bibirnya sebentar dengan bibir Eloisa, dia tidak melumat bibir Eloisa dengan ganas seperti biasanya.Dia mengerti kalau dia harus menjaga martabat Eloisa yang tinggal setengah itu, agar tidak amblas sampai ke dasar. Dalam hati, dia menyabarkan dirinya. Tenang, setelah ini, Eloisa sudah bebas dia peluk, cium dan yang lainnya semau dia, jadi sekarang saja dia harus menjaga sikap!Ada jamuan makan siang di ruangan lain yang sudah disulap menjadi tempat resepsi kecil-kecilan dan disanalah Eloisa tidak bisa menghindar dari rekan-rekan dosennya yang terus menggodanya dan menjadi reporter dadakan.“Ya ampun, Bu Eloisa, kenapa bisa jadi nikahnya dengan Darren?” tanya salah satu Dosen.“Iya, nih, Bu Eloisa, ternyat
Untuk kesekian kalinya, Eloisa berusaha melepaskan pegangan tangan Darren, dan untuk kesekian kalinya juga gagal. Mereka sudah berada di gereja sejak jam sepuluh, dimana keluarga Hartadi dan keluarga Renata juga sedang dalam perjalanan ke gereja ini, tempat dimana sekarang mereka sedang duduk di ruang tunggu pengantin dan keluarganya, sambil bergandengan tangan sejak lima belas menit yang lalu.Karena pernikahan ini hanya berupa pemberkatan pernikahan saja, dan semua dekorasi dan persiapan sudah dibereskan oleh staf gereja dan Lukas dkk, jadi mereka memang hanya menunggu waktu saja sekarang.“Lepaskan tanganku, Darren,” pinta Eloisa.“Tidak mau,” jawab Darren sambil tersenyum menggoda.“Kenapa juga harus pegangan tangan terus!” keluh Eloisa.“Karena aku tidak boleh memelukmu atau menciummu,” jawab Darren yang membuat Eloisa langsung cemberut, tapi lalu menyerah mencoba menarik tangannya. Sedangkan sebelah tangan Darren masih sibuk mencomot camilan yang disediakan disana, berupa kue-ku
Karena hari masih pagi dan hari ini adalah hari minggu, mobil yang dikendarai Darren tiba di rumah Eloisa dalam waktu setengah jam.Manda terkejut saat melihat Darren yang sudah rapi, di depan rumahnya. Eloisa memang sudah memberitahu kalau Darren sudah menyewa makeup artis untuk mendandani putrinya itu, tapi dia tidak tahu kalau Darren juga akan datang pagi ini, dia pikir mereka akan bertemu di gereja.“Pagi, Bu,” sapa Darren yang lalu memperkenalkan Jane.“Pagi, Darren,” Manda membalas sapaan Darren dan kemudian berkenalan dengan Jane.“Saya mengantar Jane kemari, sekalian membawa pakaian dan barang-barang saya. Ayah ada?” tanya Darren luwes yang membuat Manda kembali takjub saat melihat sebuah koper besar dan sebuah koper kecil, yang dibawa Darren.“Ayah sedang menyirami bonsainya di belakang,” jawab Manda.“Baik. Darren akan mengantar Jane ke kamar Eloisa dulu, nanti baru menyapa Ayah,” kata Darren sopan.“Ya, mari Ibu antar ke kamar Eloisa,” jawab Manda yang lalu menuntun jalan u
Hari yang ditunggu telah tiba. Darren bangun di jam enam pagi dan mandi. Dia dengan semangat menunggu Jane datang ke rumahnya untuk membantunya membereskan wajahnya yang hari ini tampak lebih mengerikan daripada kemarin, padahal dia sudah terus mengompres wajahnya itu sejak semalam.“Selamat pagi semuanya!” seru Darren semangat saat memasuki ruang makan.“Kau sangat bersemangat,” kekeh Rosaline yang sedang menyiapkan sarapan. Adianto sedang duduk dan minum kopi, sedangkan Darius sekarang sedang mandi, tadi dia mengalah dan membiarkan adiknya mandi dulu, sedangkan Donny, dia masih tidur.“Tentu saja. Aku menikah hari ini,” kata Darren riang sambil bersenandung.“Kau yakin ingin menikah dengan wajah seperti itu?” tanya Adianto menggoda putranya dan betul saja, senandung Darren langsung berhenti.“Walau aku masuk rumah sakit, Eloisa tetap harus menikah denganku disana,” kata Darren mengerucutkan bibirnya.“Mama juga, kalau ingin membantuku menikah dengan Eloisa hari ini, mengapa juga mem
Manda dan Anto memperhatikan saat Darren dan Eloisa keluar dari rumah sambil bergandengan tangan, yang katanya masih akan mengurus urusan pernikahan mereka.“Aku merasa seperti sedang bermimpi,” kata Manda dengan mata yang masih memperhatikan Darren yang sekarang sedang membukakan pintu untuk Eloisa.“Mungkin Eloisa memang akan lebih bahagia dengan Darren. Aku bisa melihat kalau Darren memang mencintai Eloisa,” kata Anto yang juga memperhatikan hal manis itu.“Menurutku, Darren sangat bucin pada Eloisa.” kata Manda sambil tertawa bahagia. Dia juga menyadari kalau sepertinya Eloisa memang juga mencintai Darren. Walau sejak tadi Eloisa terlihat agak risih dengan perlakuan manis Darren, tapi dia tidak menghindar saat Darren menunjukkan perhatiannya. Mungkin putrinya itu hanya belum terbiasa dengan sikap Darren yang terlalu jujur dalam menunjukkan perasaannya.Berbeda dengan saat bersama Viktor dulu, baik Eloisa ataupun Viktor selalu menjaga sikap, mereka hanya sesekali bergandengan tanga
“Saya mencintai Eloisa dan Eloisa juga mencintai saya. Jadi, besok sayalah yang akan menikah dengan Eloisa,” kata Darren. Sejak tadi dia sudah memikirkan banyak kalimat manis untuk membujuk kedua calon mertuanya, tapi begitu duduk di depan kedua calon mertuanya, otaknya kosong.“Kenapa langsung ngomong begitu!” omel Eloisa sambil memukul paha Darren karena perkataan frontal pria itu. Sedangkan kedua orang tua Eloisa, masih bengong menatap Darren.“A-apa maksud perkataan, Nak Darren?” tanya Anto yang masih syok. Dia berpikir kalau mungkin dia sudah tua, jadi telinganya salah dengar.“Besok saya yang akan menikah dengan Eloisa, bukan Kak Darius,” kata Darren perlahan sambil menggamit tangan Eloisa yang tadi memukul pahanya. Kedua orang tua itu semakin terbelalak saat melihat tangan Eloisa dan Darren yang menyatu.“Bukan begitu, Ayah, Ibu. Eloisa bisa jelaskan,” kata Eloisa sambil berusaha menarik tangannya dari Darren, yang tentu saja gagal karena Darren malah mengeratkan pegangannya pa