Eloisa terkejut dan langsung menarik tangannya, namun tenaganya kalah jauh jika dibandingkan dengan tenaga Viktor yang menahan tangannya.“Lepaskan tanganku!” kata Eloisa panik. Dia masih berusaha menarik tangannya dari pegangan Viktor.“Tenanglah, Eloisa. Bukankah dulu kita juga sering bergandengan tangan,” kata Viktor sambil tersenyum tidak tahu malu.Setelah tahu dirinya tidak akan berhasil untuk menarik tangannya, Eloisa berusaha untuk bangun. Dia berpikir kalau setidaknya dia akan lebih memiliki tenaga jika dalam posisi duduk. Namun yang terjadi adalah tubuhnya limbung karena kepalanya langsung pusing akibat pergerakan yang tiba-tiba.“Eloisa!” seru Viktor yang langsung melepaskan tangan Eloisa dan memeluk Eloisa untuk menangkap tubuh wanita itu.“Lepaskan aku!” seru Eloisa semakin panik sambil berusaha mendorong Viktor. Sedangkan Viktor, dia sangat senang karena akhirnya bisa memeluk Eloisa lagi, karenanya dia mendekap Eloisa dengan lebih erat, dia tidak mau sampai pelukan merek
Saat berangkat dari rumah ke kampus, Eloisa menerima panggilan telepon dari Rosaline. Wajahnya seketika memucat saat mendengar perkataan Rosaline. Rasa bersalah dan tidak nyaman seketika menyergapnya. Rosaline yang tidak menyadari perubahan Eloisa terus saja berbicara untuk menyampaikan maksudnya tentang persiapan pernikahan Darius dan Eloisa.“Jadi semua sudah beres, tinggal kau cari waktu dengan Darius untuk mencoba gaun pengantin,”“Ba-baiklah, Tante. Nanti Eloisa akan mendiskusikannya dengan Pak Darius,” jawab Eloisa terbata.“Pernikahan kalian tidak sampai satu bulan lagi, kau sudah harus memanggilnya dengan lebih akrab, panggil saja dia, Darius, kau juga sudah harus memanggilku, Mama, seperti Darius memanggilku,” terdengar tawa mengalun di seberang telepon, namun tawa itu malah membuat Eloisa semakin gelisah.“Baik, Tan, ehm, Mama,” jawab Eloisa mengoreksi panggilannya. Mulutnya terasa asam saat mengatakan hal itu, tiba-tiba dia merasa sangat tidak siap untuk menikah.“Baiklah.
Saat berangkat dari rumah ke kampus, Eloisa menerima panggilan telepon dari Rosaline. Wajahnya seketika memucat saat mendengar perkataan Rosaline. Rasa bersalah dan tidak nyaman seketika menyergapnya.Rosaline yang tidak menyadari perubahan Eloisa terus saja berbicara untuk menyampaikan maksudnya tentang persiapan pernikahan Darius dan Eloisa.“Jadi semua sudah beres, tinggal kau cari waktu dengan Darius untuk mencoba gaun pengantin,”“Ba-baiklah, Tante. Nanti Eloisa akan mendiskusikannya dengan Pak Darius,” jawab Eloisa terbata.“Pernikahan kalian tidak sampai satu bulan lagi, kau sudah harus memanggilnya dengan lebih akrab, panggil saja dia, Darius, kau juga sudah harus memanggilku, Mama, seperti Darius memanggilku,” terdengar tawa mengalun di seberang telepon, namun tawa itu malah membuat Eloisa semakin gelisah.“Baik, Tan, ehm, Mama,” jawab Eloisa mengoreksi panggilannya. Mulutnya terasa asam saat mengatakan hal itu, tiba-tiba dia merasa sangat tidak siap untuk menikah.“Baiklah.
“Ini yang seharusnya terjadi sejak dulu,” kekeuh Darren.“Tidak, ini tidak benar. Kita adalah Kakak dan Adik Ipar!” bantah Eloisa.“Tidak. Kita akan menikah dan menjadi suami istri!” marah Darren. Diingatkan akan hubungan mereka sebelumnya membuat rasa khawatir di dalam dada langsung mencuat.“Aku adalah Istri Kakakmu, tentu saja kita adalah saudara ipar!” bantah Eloisa.“Jangan bicara seperti itu. Kau belum menikah dengan Kak Darius!” wajah Darren sudah merah karena marah.“Kami akan menikah tidak sampai satu bulan lagi!” balas Eloisa keras kepala.“Kau tidak akan menikah dengan Kak Darius. Kau hanya akan menikah denganku!” bentak Darren. Eloisa yang terkejut karena bentakan Darren, tanpa sadar kembali melangkah mundur karena takut.“Darren, tenangkan pikiranmu. Kita bicarakan ini baik-baik,” kata Eloisa menurunkan intonasi suaranya, matanya menatap Darren waspada.Darren menghembuskan nafas beberapa kali untuk menahan emosinya. Dia tidak tega saat melihat tatapan khawatir Eloisa.“K
“Tunggu, Darren!” Nick dengan cepat bangun dan mencekal tangan Darren.“Apa lagi?” tanya Darren tidak suka.“Besok saja. Sekarang sudah malam,” bujuk Nick.“Lebih cepat akan lebih baik,” tolak Darren.“Kau tenangkan dirimu dulu, lalu pikirkan apa saja yang akan kau katakan pada Kak Darius. Kau tidak bisa membabi buta tiba-tiba datang seakan ingin mengajak ribut,” saran Nick dan Darren akhirnya tidak berontak, namun dia mengerutkan alisnya. Dia berpikir kalau apa yang dikatakan Nick ada benarnya, dia harus bicara dengan Kak Darius saat tenang. Kak Darius bukan orang yang bisa diprediksi.“Kita pulang ke apartemen, lalu kau makan dan mandi. Setelahnya, kau pikirkan cara yang baik untuk bicara dengan Kak Darius. Kau tahu dia pasti akan terkejut, dan mungkin kau juga harus menyiapkan beberapa jawaban untuk pertanyaan dari Kak Darius,” bujuk Nick cepat tanpa membiarkan Darren menyelanya.Dia benar-benar tidak bisa melepas Darren sekarang, takutnya sahabatnya ini akan berbuat nekat. Cara ya
Tidur yang cukup dan nyenyak memang bisa membuat pikiran lebih jernih. Karenanya, saat bangun, Darren sudah jauh lebih tenang. Berbeda dengan Nick yang tidak bisa tidur dengan tenang karena khawatir Darren terbangun di tengah malam dan dengan gila mencari Darius atau Eloisa.Begitu bangun, yang dilakukan oleh Nick adalah memeriksa Darren di kamar pria itu dan menjadi panik saat tidak menemukan Darren di atas ranjang. Dia langsung berlari untuk mengecek pintu apartemennya dan melihat kalau kunci pengaman disana tidak terbuka, berarti Darren belum keluar dan dia menghela nafas lega karenanya.Dia lalu menoleh ke ruang nonton yang berada di sebelah balkon dan kali ini jantungnya seakan melompat keluar saat melihat pintu balkon terbuka dan tirai disana tertiup angin ke arah dalam apartemen. Dia berlari lagi ke balkon dengan hati yang sangat panik. Dia takut Darren bunuh diri!Begitu keluar dari balkon, dia semakin panik saat menoleh dan tidak menemukan siapapun. Tadi dia sudah melewati ka
Darius sama sekali tidak memperhatikan sikap Eloisa yang semakin tertutup ataupun gaun yang digunakan Eloisa. Dia hanya memastikan kalau stelan yang dia gunakan pas di tubuhnya dan setelahnya, kembali mengganti pakaian.Saat dia keluar dari kamar ganti, Eloisa masih berada di ruang ganti untuk melepaskan gaunnya. Tidak lama kemudian, Eloisa keluar dari ruang ganti dan mereka berjalan keluar dari butik setelah membuat nota pesanan.“Bu Eloisa mau langsung pulang?” tanya Darius setelah mereka duduk di mobil.“Saya mau menjenguk Susan dulu,” jawab Eloisa.“Baiklah. Kalau begitu saya akan mengantar anda ke rumah sakit,” jawab Darius.“Terima kasih,” jawab Eloisa.“Ya,” jawab Darius. Dan hanya itulah percakapan mereka sampai pada akhirnya mereka tidak di rumah sakit.“Terima kasih, Pak Darius. Nanti saya pulang sendiri saja, saya sudah bilang pada Silvi untuk menjemput saya disini,” kata Eloisa pamit.“Baik. Jika ada masalah atau perlu sesuatu, Ibu bisa mencari saya. Saya pulang dulu,” jaw
Darren pulang ke rumahnya di sore hari, dan setelah makan malam, dia memberi tahu kedua orang tuanya mengenai keinginannya untuk menemani Nick ke Amerika setelah pernikahan Darius. Darren sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia akan pergi setelah pernikahan Darius.Adianto dan Rosaline tidak melarang keinginan Darren. Bagi mereka, Darren memang membutuhkan healing. Sebelumnya, Darren tidak jadi berangkat ke Jakarta karena masalah Eloisa, jadi sekarang biarkan putranya itu memiliki waktunya sendiri.Namun Rosaline hanya meminta, sampai waktunya putranya itu berangkat ke Amerika, Darren harus sering berada di rumah dan Darren menyanggupinya, Darren mengatakan kalau dia akan sesekali saja menginap di apartemen Nick setelah ini.Darren termenung di kamarnya sambil memikirkan hidupnya yang tiba-tiba begitu bergejolak setelah dia mencium Eloisa beberapa bulan yang lalu, sebuah ciuman yang mengalihkan dunianya.Dengan berat hati, dia harus menerima kenyataan kalau dia tidak akan bisa b
“Darren menculik Eloisa!” pekik Rosaline histeris. Putranya yang telah dia besarkan dengan keras dan penuh tanggung jawab, sekarang melakukan kejahatan dengan menculik seorang wanita!Padahal Darren hanya perlu memberitahu mereka dan mereka pasti akan mencari jalan keluar, kenapa juga Darren memilih melakukan tindakan kriminal seperti ini? Jelas Darren mengatakan kalau dia ingin menyakinkan Eloisa dan itu artinya Eloisa tidak ikut dengannya dengan sukarela.“Padahal kemarin aku sudah mengatakan padanya untuk membawa wanita itu setelah pernikahan Darius!” marah Rosaline.“Ma, wanita itu adalah Eloisa. Bagaimana dia bisa membawanya setelah pernikahan Darius dan Eloisa?” kata Darius menjelaskan dan Rosaline menoleh pada Darius dengan tercengang, seakan baru menyadari kalau wanita yang dimaksud Darren adalah calon istri Darius.“Tenangkan dirimu dulu,” kata Adianto sambil meremas lembut tangan istrinya untuk menenangkan emosi istrinya yang sudah meledak.“Anak itu!” geram Rosaline. Berbul
Hari ini Darius mengajar hanya sampai jam tiga sore. Dia merapikan berkas di mejanya dan bersiap untuk pulang. Sebelum meninggalkan ruangannya, dia menatap pada meja kerjanya dan menghela nafas berat. Saat hari senin dia masuk kerja nanti, statusnya sudah berubah menjadi seorang suami.Walau dia berusaha mengabaikan perasaan tidak nyamannya selama ini dan menganggap kalau apa yang diinginkan Ibunya adalah sesuatu yang benar untuknya, sebenarnya dia lebih suka kesendiriannya. Tidak ada yang salah dengan Eloisa, tapi dia hanya tidak ingin bersama wanita manapun sekarang.Saat bersama Fiona dulu, dia sudah mengenal Fiona bertahun-tahun dan mereka sering melakukan beberapa hal bersama, Fiona juga tahu cara menjaga batasannya, yang membuatnya cukup nyaman bersama Fiona, karenanya, dia tidak keberatan menikah dengan Fiona. Tapi Eloisa Renata? Wanita itu bahkan seperti ada dan tiada, wanita itu tidak pernah menunjukkan keberadaannya jika tidak diminta.Bukannya dia ingin dicari atau menyukai
“Ma,” panggil Darren saat mereka sedang berjalan menuju parkiran.“Ya,” jawab Rosaline.“Apa yang akan Mama lakukan padaku jika aku membuat kesalahan fatal?” tanya Darren.“Kesalahan fatal seperti apa?” tanya Rosaline curiga. Dia langsung teringat cerita Darius malam dua hari yang lalu.“Menculik orang, mungkin,” kata Darren acuh sambil mengendikkan sebelah bahunya.“Mama akan menghajarmu sampai setengah mati dulu, sebelum menyerahkanmu pada polisi. Jadi buang pikiran tidak benar itu dari kepalamu.” kata Rosaline mendelik galak.“Kan, cuma misal,” kata Darren cengengesan walau dalam hati jantungnya jumpalitan. Mama tidak kenal ampun dan akan tega menghajar putra tampannya ini. Setengah mati yang dimaksud Ibunya pasti beneran setengah mati!“Jangan membuat keributan yang tidak perlu. Bawa wanita itu ke rumah setelah pernikahan Darius,” kata Rosaline.“Wanita itu?” Darren mengerutkan alis.“Wanita yang kau cintai itu. Jika kalian memang saling mencintai, maka bawa dia bertemu dengan Pap
Untuk kesekian kalinya, Eloisa meninggalkan Darren di rooftop, namun kali ini reaksi Darren berbeda dengan sebelumnya. Dia tidak diam dan terpuruk, tapi dia teringat percakapannya dengan Nick sebelum dia melamar Eloisa minggu lalu.Eloisa jelas tadi mengatakan kalau dia tidak bisa membatalkan pernikahan ini karena akan mempermalukan kedua keluarga, bukan karena tidak menginginkannya.Sedangkan keluarganya? Apa yang mereka inginkan? Sepanjang yang dia tahu selama hidup dengan keluarganya yang hangat, bagi mereka, kebahagiaan anggota keluarga mereka adalah yang terpenting.Sudah pasti yang bahagia saat Eloisa menikah dengan Kak Darius adalah Mama, tapi apakah Mama akan bahagia jika tahu dia akan menderita jika Eloisa menikah dengan Kak Darius?Dia kembali teringat perkataan Nick dulu, saat sahabatnya itu mengingatkannya kalau keluarganya tidak akan bahagia jika tahu dia mencintai Eloisa. Dulu dia bisa mengalah saat merasa kalau Eloisa tidak mencintainya, dimana Eloisa juga tidak akan ba
Darius sedang duduk di sofa yang ada di ruang kerja Adianto, bersama dengan Rosaline. Darius sudah menceritakan apa yang dia lihat di perjalanan pulangnya tadi, begitu juga dengan hasil pengamatannya terhadap Darren beberapa bulan ini, dan sekarang dia meminta kedua orang tuanya untuk merestui pilihan Darren.Ketiga orang itu diam dengan pikiran masing-masing, hingga pada akhirnya suara Rosaline yang memecah keheningan itu.“Bisakah kita mengalah sekali ini lagi, selama wanita itu belum menikah?” tanya Rosaline penuh harap pada suaminya. Pada akhirnya, yang diinginkan oleh orang tua adalah kebahagiaan anak-anaknya.“Aku tidak bisa menjanjikan hal itu, tapi aku akan memberi mereka kesempatan. Suruh Darren membawa wanita itu dulu, setelahnya baru kita lihat apakah wanita itu layak atau tidak untuk diperjuangkan oleh Darren?” jawab Adianto dengan berat hati.Menurutnya, tidak sepantasnya seorang wanita dekat dengan pria lain saat masih memiliki pasangan, apalagi sudah sampai tahap akan m
Nardi mundur beberapa langkah karena pukulan yang tiba-tiba dilayangkan padanya.“Brengsek!” marah Nardi yang berniat membalas pukulan Nick.“Kurasa kau ingin menemani temanmu dirawat, aku dengan senang hati mewujudkannya,” ancam Nick. Daripada berniat membela kehormatan Eloisa, dia lebih berpikir untuk menyelamatkan pria di depannya ini dari amukan Darren, yang nantinya pasti membuat semua ini akan semakin runyam.Nardi langsung mundur beberapa langkah saat mendengar ancaman itu, foto wajah Viktor yang dikirim pegawainya langsung terbayang di kepalanya.“Kalian manusia barbar. Aku akan menuntutmu!” ancam Nardi.“Beginilah orang pengecut, hanya bisa mengancam,” ejek Nick. keluarganya adalah salah satu orang terkaya di kota ini, bisakah seorang pemilik restoran mengancamnya?Sedangkan Darren, tangannya sekarang masih digenggam erat oleh Eloisa yang khawatir kalau Darren akan memukuli Nardi.“Memang aku tadi mengatakan pada Viktor kalau aku hamil, biarkan dia mengatakan apapun yang dia
“Bu Eloisa, pegangi Darren!” kata Nick sambil berdiri dan Eloisa langsung memegang sebelah tangan Darren dengan kedua tangannya.“Kami juga akan menuntutmu karena restoranmu karena bekerja sama untuk menculik wanita,” Nick balas mengancam.“Silahkan saja. Kau tidak memiliki bukti,” kata Nardi meremehkan. Dia sudah melihat rekaman cctv di ruangan itu dan langsung menyuruh karyawannya menghapusnya, lalu merusak cctv di dalam ruangan itu. Jadi yang akan terlihat di rekaman cctv restorannya hanyalah Darren datang dan mengacau, memukul, lalu mengancam karyawannya untuk bisa masuk ke dalam ruangan VIP.Dia lalu menoleh pada Eloisa yang masih memegangi tangan Darren.“Jadi kau sekarang pacaran dengan brondong?” ejek Nardi. Eloisa meremas tangan Darren dengan keras, memperingatkan Darren agar tidak membuat ribut.“Karena kau sudah datang, kami pulang dulu,” kata Eloisa tidak membalas ejekan Nardi. Dia lalu menarik Darren untuk keluar dari ruangan itu, begitu juga Nick yang langsung mengikuti
Eloisa membersihkan luka di tangan Darren dari kotak P3k yang diberikan oleh pegawai disana, setelahnya, mereka semua pergi meninggalkan Darren dan Eloisa di ruangan itu berdua. Mereka juga tidak berani membersihkan bekas darah di lantai, takut pria tadi mati dan tempat ini akan diperiksa polisi dan mereka akan dituduh menghilangkan bukti.Darren memperhatikan seluruh tubuh Eloisa dan memastikan kalau wanita itu tidak terluka.Setelah lukanya selesai diobati, Darren menarik lembut tangan Eloisa dan mereka jalan bergandengan dan keluar dari restoran itu. Darren lalu memakaikan pelindung kepala dan jaket miliknya pada Eloisa.“Kita langsung menyusul ke rumah sakit saja,” pinta Eloisa.“Aku akan mengantarmu pulang dulu, lalu baru akan ke rumah sakit,” jawab Darren.“Aku ikut. Nanti aku yang akan bicara baik-baik dengan orang tua Viktor,” kata Eloisa. Melihat wajah Viktor yang babak belur, dia khawatir orang tua Viktor akan langsung lapor polisi.“Kau mengkhawatirkannya?” kata Darren memi
Eloisa menarik nafas panjang saat melihat Viktor kembali mendekat dengan sapu tangannya itu. Dia akan berusaha agar tidak bernafas sama sekali dan berpura-pura pingsan nanti. Dia baru akan meminta tolong saat Viktor membawanya keluar dari ruangan ini.KlekKlekKlek KlekTerdengar suara pintu dicoba untuk dibuka dari luar. Eloisa dan Viktor langsung menoleh ke arah pintu. Viktor mengerutkan alis karena heran. Dia sudah membayar restoran ini dan meminta karyawan disini tidak mengganggunya.Jantung Eloisa berdebar kencang dan merasa lega, dalam pikirannya, Darrenlah yang berada di luar itu, sedang berusaha menyelamatkannya.Namun setelahnya, tidak terdapat suara apapun lagi dan Viktor kembali menoleh padanya. Tidak terdengar apapun dari luar karena ruangan ini kedap suara, suara dari luar tidak bisa masuk dan suara di dalam tidak bisa keluar.“Mungkin ada yang salah ruangan,” katanya sambil kembali mendekat pada Eloisa yang langsung menggeleng ketakutan.“Viktor, jangan lakukan ini,” p