Sepulangnya mereka dari rumah Larasati, Satrio ijin ke kamarnya dengan alasan lelah, padahal Satrio berniat akan menemui Dwi Satrio khawatir Dwi akan mencari dan menunggunya, setelah bertemu Dwi Satrio langsung mengajak Dwi pulang ke kosannya.
"Dwi ... Kayaknya besok mas tidak bisa menjemput kamu ya? besok mas ada tambahan materi praktek mekanik mas langsung pulang. Kamu hati-hati nanti malam jangan begadang lihat itu mata Dwi sudah kaya mata panda, okey mas pulang ya" sambil menepuk-nepuk pipi Dwi Satrio langsung pamit pulang.
Dwi bingung dengan sikap Satrio yang tiba-tiba dingin, baru sekali ini Satrio bersikap seperti ini, hati Dwi berkata bahwa ada sesuatu yang Satrio sembunyikan.
Namun Dwi nggak berani bertanya, takut dikira terlalu kepo dan membuat Satrio tersinggung, akhirnya Dwi hanya bisa mengangguk sambil menatap punggung Satrio yang semakin jauh meninggalkannya.
Satrio meninggalkan Dwi sendiri, sebenarnya Satrio tahu Dwi masih ingin ngobrol, na
Satrio tidak percaya dengan semua yang terjadi, dia pikir Dwi akan berteriak histeris dan lari meninggalkannya, atau justru Dwi akan pingsan setelah siuman nggak mau lagi mengenal dirinya, tapi nyatanya seburuk apapun rupa yang dia tunjukan pada Dwi itu sama sekali tidak berpengaruh untuk Dwi, justru Dwi menyambut dengan senyum dan pelukan.Satrio terharu, inikah yang namanya cinta sejati, perbedaan bukan jadi penghalang paras tampan bukan jadi patokan.Satrio membalas pelukan Dwi dengan mesra tanpa terasa air mata menetes di pipinya, terimakasih Dwi sebab mencintai aku apa adanya, ucap Satrio dalam hati.Sejak kejadian itu Dwi dan Satrio semakin akrab, untuk menjaga nama baik Dwi bila mereka bersama di kerumunan Satrio menutupi Dwi agar tidak nampak oleh mata manusia, Satrio takut Dwi akan dianggap gila oleh teman-temannya.Enam bulan sudah berlalu, hari ini Dwi lulus dari pendidikan pramugari dengan nilai yang gemilang, selama enam bulan Dwi juga sudah
Satrio berfikir saat ini belum waktunya untuk bicara jujur pada Larasati, sebenarnya dia ingin mengungkapkan alasannya kenapa menolak perjodohan itu. Larasati tidak seperti Dwi ataupun Lastri yang memiliki hati lembut dan sabar. Akhirnya Satrio pamit pulang tanpa menjawab ataupun mengiyakan Larasati diam saja membiarkan Satrio pergi. Melihat sikap dan sifat Larasati yang seperti itu justru malah membuat Satrio semakin yakin untuk memutuskan tidak melanjutkan perjodohan ini. Larasati masih terlalu manja dan kekanak-kanakan, sikap egoisnya masih begitu tinggi, mungkin karena latar belakang Larasati yang notabene adalah seorang Puteri jadi pantang bagi dia untuk keinginannya tidak di penuhi. Selepas Satrio pergi Larasati mengadukan semua penolakan Satrio kepada ayahnya sontak itu membuat ayah Larasati murka merasa keluarga Satrio telah melecehkan dirinya. Bukannya memberi nasehat untuk sang putri malah ayah Larasati mengompori agar Larasa
Saat menuju ke istananya ditengah jalan Satrio melihat Larasati baru saja pulang dari arah istana Satrio, Satrio mengurungkan niat untuk membawa Dwi kembali, sampai Larasati dan rombongannya pergi menjauh, Satrio buru-buru membawa Dwi kedalam gua tempat dulu dia mengobati Sulastri."Bertahanlah sebentar Dwi kita akan menuju gua, nggak ada pilihan lain selain menyembunyikanmu disana"Satrio kembali terbang dengan membawa tubuh Dwi yang semakin lemah, wajah Dwi pucat seputih kapas, Satrio terus mendekap erat tubuh Dwi.Sampai sudah mereka didalam gua yang di tuju, Satrio menyalakan api untuk menghangatkan ruangan, sebab tubuh Dwi sangat dingin.Dengan selimut bulu domba Satrio menyelimuti tubuh Dwi, lalu dia pergi ke hutan untuk mencari daun-daun untuk dijadikan obat.Saat kembali Satrio melihat Dwi semakin menggigil, Satrio panik, ingin menyalurkan tenaga dalam ketubuh Dwi rasanya tidak mun
Benar saja selepas Satrio pergi Dwi di datangi tamu yang tak di undang, dia mahluk tinggi besar berkulit merah mengkilap dan tak memakai baju, rambutnya gondrong, tangannya dipenuhi bulu panjang dan lebat wajahnya seperti manusia namun matanya merah menyala. "Grrrrr ... Kamu siapa? Berani-beraninya kamu masuk ke daerahku tanpa permisi!" Suaranya berat membuat bulu roma Dwi berdiri. Dwi ingat pesan Satrio bahwa dia tidak boleh bersuara saat mendengar apapun, Dwi diam ditempatnya sambil ketakutan. "Hai anak manusia? Apakah kamu bisu dan tuli? Ayoooo keluar dari persembunyianmu!" Tangan mahluk itu mencoba menyentuh tabir yang Satrio buat dan dia terpental. "Aaaarrrgh ... Siapa kamu beraninya kamu masuk ke kawasanku tanpa ijin dan menyelakaiku!" Dwi memejamkan matanya sambil menyentuh kalung liontin dan menyebut nama Satrio meminta agar Satrio cepat kembali. Satrio mendengar dan merasai bahaya yang sedang mengancam Dwi, tanpa berfikir panj
Setelah ayah Dwi setyani dan Romo kiyai menjalankan shoat isya, Romo beserta muridnya mengajak ayah Dwi setyani berdzikir untuk melakukan ritual Rogoh Sukmo, ritual itu berhasil, sekarang Romo dan ayah Dwi setyani sudah didepan pintu gerbang istana Hutan Pinus milik ayahanda Satrio.Istana itu dijaga oleh beberapa penjaga, setelah memohon izin bertemu sang pimpinan Romo dan ayah Dwi dipersilahkan masuk menemui kedua orang tua Satrio.Ayah Satrio menyambut kedatangan Romo dan ayahnya Dwi setyani dengan suka cita, ternyata kiyai Soleh dan ayahanda Satrio sudah saling mengenal."Assalamualaikum Romo kiyai ada apa gerangan sehingga Romo kiyai Soleh berkenan singgah di istana saya? Dan bagaimana kabar Romo? kelihatannya Romo dalam keadaan baik dan sehat? Dan siapa gerangan manusia yang bersama Romo ini?"Ayah Satrio langsung memberondong pertanyaan kepada kiyai Soleh."Waalaykummussalam warah matullah ... seperti engkau lihat, aku dalam kead
Satu minggu sudah berlalu dari Dwi Setyani dan Satrio menikah, namun Ayahanda dan Ibunda Satrio belum berfikir untuk mencari Putranya.Ayah Satrio masih kecewa dan belum bisa menerima kenyataan ini, tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, akan tetapi Ayahanda Satrio harus memberi kabar pernikahan ini kepada Kiyai Soleh, dan menyelesaikan masalah perjodohan antara Satrio dan Larasati.Sungguh masalah ini sangat rumit, sebab bisa jadi keluarga Larasati marah lalu menyerang kerajaannya atau bisa jadi keluarga Larasati memutuskan hubungan persahabatan gara-gara masalah ini.Ibunda Satrio justru merasa bahagia sebab Satrio menikah dengan Dwi Setyani bukan dengan Larasati, meskipun Dwi bukan dari bangsa Jin namun kebaikan dan budi pekerti Dwi yang telah membuat Ibunda Satrio menginginkan Dwi menjadi menantu.Ibunda Satrio merasa Dwi setyani pantas menjadi istri seorang pangeran dan pantas menjadi panutan di kerajaannya.Hari ini Ayahanda
Ke esokan harinya, keluarga Dwi berpamitan untuk pulang, pesan kiyai Soleh agar keluarga Dwi tidak usah larut dalam kesedihan sebab cepat atau lambat Dwi Setyani akan kembali ke rumah mereka.Menjelang Dzuhur keluarga Dwi sampai ke rumahnya."Udah bu ... jangan nangis terus, ingat nasehat kiyai Soleh tadi agar kita jangan bersedih terus.""Bagaimana ibu nggak sedih pak? untuk kedua kalinya ibu kehilangan anak, dulu Eka sekarang Dwi"Mata bu Darmi menerawang jauh teringat anak pertamanya yang meninggal karena sakit di usianya yang masih bayi yaitu umur 8 bulan,.Kenangan masa lalu tentang Eka membuat bu Darmi menangis pilu, dia takut Dwi nggak akan pernah kembali lagi seperti Eka.Di kerajaan Genduruwo Satrio dan Dwi Setyani sedang berjalan-jalan di taman buah, mereka berjalan saling bergandengan tangan, rambut Dwi yang ikal dibiarkan terurai dan terkadang nyanyian lembut sang bayu membuat ujung rambut Dwi menari.Dwi sangat cant
Keesokan harinya pak Suprapto pergi ke pesantren kiyai Soleh, karena sudah beberapa kali kesana jadi beliau langsung disuruh masuk ke ndalem utama, setelah duduk beberapa saat kiyai Soleh datang menemui. "Ada apa lagi kang Prapto?." "Begini Romo? tadi malam Dwi dan Satrio datang kerumah saya?" "Loh ... bagus itu! terus bagaimana apakah Dwi mau pulang ke alam manusia?" Pak Suprapto menghela nafas panjang, wajahnya sayu dan sedih, matanya diselimuti mendung yang akan segera berubah menjadi hujan, pak Suprapto menggeleng lemah. "Tidak Romo! Dwi anak saya tidak kembali, dia cuma sebentar dan langsung pergi meninggalkan kami!" Jawab pak Prapto setengah terisak. Benteng pertahanan pak Suprapto jebol akhirnya airmatapun berderai membasahi kedua pipinya yang mulai keriput, terbayang jelas dimatanya bahwa Dwi kini sudah benar-benar bahagia dengan suami nya. "Kenapa kang Prapto tidak mencegah kepergian Dwi?" Romo kiyai bertanya pen
Saat Dwi Setyani dan Satrio sedang asik bercengkrama sambil menikmati semilir angin di pinggir hutan pinus, tiba-tiba seekor bangau putih datang mendekat, bangau itu duduk bertengger di samping Satrio, sesekali kepala bangau itu bersandar di lengan Satrio mesra, seolah bangau sedang mengungkapkan kerinduan yang sangat dalam kepada Satrio."Larasati kenapa kamu datang kemari." Bisik Satrio kepada sang Bangau."Oh... Ternyata kanda masih mengenaliku, meskipun aku memakai wujud seperti ini.""Heeemmm meskipun kamu berubah wujud menjadi apa saja aku akan tetap mengenalimu, pergilah jangan ganggu kami." Ucap Satrio lirih."" Kanda! Kenapa kami seperti nya sangat membenci aku?" Tanya Larasati memelas."Aku tidak pernah mbembencimu Larasati, namun, tingkah dan sikapmu dulu yang membuat aku harus bersikap tegas kepadamu, sebab sudah berulang kali kamu berusaha mencelakakan Dwi Setyani."
Hari ini, Dwi Setyani dan Satrio berkunjung ke dusun randu alas, dimana keluarga Dwi Setyani tinggal, rumah Dwi Setyani nampak sepi, seperti biasa ayah Dwi bekerja dan adik-adiknya sekolah, Dwi Setyani dan Satrio datang dengan mobil mewahnya."Tok, tok, tok ... Assalamu'alaikum bu, cklek" Setelah mengucap salam Dwi membuka pintu rumah yang tidak di kunci, rumah mereka masih seperti dulu, rumah kayu sederhana beralas ubin, padahal sudah beberapa kali Dwi Setyani menyuruh kedua orang tua mereka untuk merenovasi rumah, uang renovasi juga sudah Dwi kasih, namun sepertinya kedua orang tua Dwi belum berkeingjnan untuk memugar rumah itu, dengan alasan rumah masih layak di huni, dan lain sebagainya.Setelah Dwi masuk dia berjalan mengitari ruang tamu, ruang tamu juga tidak ada perubahan sama sekali, di sudut ruang tamu sebelah kursi kayu, ada tanamaan Sri Rejeki, konon kabarnya apabila tanaman Sri rejeki daunnya banyak bercak warna
Satu bulan sudah Satrio dan Dwi Setyani menjadi murid Akademi Kerajaan, suka dan duka dalam mempelajari materi kerajaan mereka lalui bersama, sekarang Dwi Setyani sudah mulai sedikit bisa memahami tulisan bangsa Jin, hubungan Dwi Setyani dengan putri Kencana masih juga belum bisa klop, meskipun Dwi Setyani banyak mengalah untuk putri Kencana, namun di mata putri Kencana Dwi Setyani selalu salah."Putri Kencana, Dwi ingin bicara sama putri." Suatu sore saat mereka sedang duduk di gasebo asrama, kebetulan mereka berdua memiliki tugas yang harus di kerjakan bersama-sama, tugas menyulam dan menenun kain agak sedikit aneh memang, kenapa calon permaisuri raja kok di beri tugas menyulam dan menenun kain."Bicara saja!" Jawab putri Kencana dengan tatapan mata tetap tertuju pada kain tenunnya.""Sudah satu bulan kita bersama, tapi kenapa putri Kencana seolah tidak bisa menerima kehadiran saya, kalau saya l
Pagi hari menurut alam jin, semua murid Akademi sedang mengikuti pembelajaran, hari ini materi membahas tentang kepemimpinan dan strategi perang, Dwi Setyani merasa kesusahan menyimak materi itu, sebab dia belum begitu paham dengan tulisan dan huruf-huruf alam jin, abjad mereka berbeda dengan abjad manusia, sebentar-sebentar Dwi Setyani menoleh ke arah Satrio, meminta bantuan kepada Satrio agar dia bisa mengartikan tulisan di papan tulis dengan bahasa dan abjad manusia, beruntung Satrio sudah lama mempelajari abjad dan tulisan manusia, tepatnya saat Dwi Setyani kuliah di Akademi pramugari, dan Satrio waktu itu pura-pura ikut kuliah di Akademi Penerbangan, jadi dengan mudah Satrio mengajari Dwi agar Dwi bisa memahami materi yang sedang di berikan.Kelas Akademi Kerajaan sangat luas, berisi 30 murid, tidak setiap juga murid laki-laki dan perempuan bisa berkumpul dalam satu kelas, sebab ada beberapa materi yang hanya di berikan khusus untuk calon permai
Hari ini Satrio dan Dwi Setyani di kirim ke asrama untuk mempelajari ilmu kerajaan, kamar mereka terpisah Satrio bersama teman-teman laki-laki dan semua yang disana adalah para putra mahkota dari beberapa kerajaan, sedangkan Dwi Setyani bersama para putri kerajaan dan calon Permaisuri.Satu kamar di huni oleh 2 orang, Satrio bersama putra mahkota Gunung jati bernama Sadewa, sedangkan Dwi Setyani satu kamar dengan seorang putri dari kerajaan siluman ular putih bernama, Kencana, putri Kencana memiliki tabiat yang sangat bertolak belakang dengan Dwi Setyani dia memiliki sifat temperamentalMenganggap orang lain bagaikan musuh, apalagi sejak pertama melihat Dwi Setyani putri Kencana sudah merasa tersaingi, sebab menurut putri Kencana fisik Dwi Setyani sangat lah sempurna, tanpa cacat dan celanya, kulit Dwi Setyani sangat halus dan licin, dengan rambut bergelombang ikal mayang, tubuh tinggi semampai, memiliki dua bola mata yang indah, b
Setelah melalui beberapa rintangan, kini Dwi Setyani bisa meneguk madu kebahagiaan bersama Satrio sang kekasih hatinya, hari-hari mereka di lalui dengan bahagia, di kerajaan hutan pinus, Dwi Setyani di juluki dengan Putri Salju, kenapa di beri julukan Putri Salju, sebab tutur kata Dwi Setyani sangat lembut, Dwi Setyani juga terkenal dengan kebaikan budi pekertinya.Seluruh rakyat kerajaan hutan pinus juga sangat menghormati Dwi Setyani, sebagai manusia yang di takdirkan memiliki akal dan hati, Dwi Setyani dengan akal nya berusaha membuat dirinya bisa di terima dengan baik oleh seluruh rakyat kerajaan hutan pinus.Apa lagi wajah Dwi Setyani sangat cantik jelita, membuat seluruh penghuni kerajaan hutan pinus mengagumi kecantikannya, bahkan banyak pemuda kerajaan ingin mengikuti jejak Satrio yaitu mempersunting manusia untuk di jadi kan pendamping hidupnya, namun apabila mereka mendengar kisah cinta dan perjuangan Satrio dalam mendapatkan r
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, disebabkan perbedaan waktu yang cukup panjang antara alam manusia dan alam jin membuat bapak Suprapto dan kiyai Soleh merasa lelah.Merekapun istirahat sambil menyantap hidangan yang sudah di sediakan oleh para santri, sambil menyantap hidangan sambil mengobrol tentang Dwi dan Satrio."Kang Prapto! sudah jangan disesali semua yang sudah terjadi, mungkin ini sudah kehendak takdir, sebagai orang tua sampean sudah berusaha menasehati anakmu, dia sudah dewasa sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk masadepan dunia dan akhiratnya"Bapak Suprapto diam tak saggup menjawab apapun, sebab hatinya masih diliputi kesedihan, anak perempuan yang dia besarkan penuh kasih sayang menikah dengan pasangan yang tak lazim, memang anaknya menikah dengan seorang pangeran namun pangeran itu dari alam lain, benar dirinya kini bergelimang harta namun batinya tidak bahagia, seakan harta itu adalah bayaran atas dibelinya
Keesokan harinya pak Suprapto pergi ke pesantren kiyai Soleh, karena sudah beberapa kali kesana jadi beliau langsung disuruh masuk ke ndalem utama, setelah duduk beberapa saat kiyai Soleh datang menemui. "Ada apa lagi kang Prapto?." "Begini Romo? tadi malam Dwi dan Satrio datang kerumah saya?" "Loh ... bagus itu! terus bagaimana apakah Dwi mau pulang ke alam manusia?" Pak Suprapto menghela nafas panjang, wajahnya sayu dan sedih, matanya diselimuti mendung yang akan segera berubah menjadi hujan, pak Suprapto menggeleng lemah. "Tidak Romo! Dwi anak saya tidak kembali, dia cuma sebentar dan langsung pergi meninggalkan kami!" Jawab pak Prapto setengah terisak. Benteng pertahanan pak Suprapto jebol akhirnya airmatapun berderai membasahi kedua pipinya yang mulai keriput, terbayang jelas dimatanya bahwa Dwi kini sudah benar-benar bahagia dengan suami nya. "Kenapa kang Prapto tidak mencegah kepergian Dwi?" Romo kiyai bertanya pen
Ke esokan harinya, keluarga Dwi berpamitan untuk pulang, pesan kiyai Soleh agar keluarga Dwi tidak usah larut dalam kesedihan sebab cepat atau lambat Dwi Setyani akan kembali ke rumah mereka.Menjelang Dzuhur keluarga Dwi sampai ke rumahnya."Udah bu ... jangan nangis terus, ingat nasehat kiyai Soleh tadi agar kita jangan bersedih terus.""Bagaimana ibu nggak sedih pak? untuk kedua kalinya ibu kehilangan anak, dulu Eka sekarang Dwi"Mata bu Darmi menerawang jauh teringat anak pertamanya yang meninggal karena sakit di usianya yang masih bayi yaitu umur 8 bulan,.Kenangan masa lalu tentang Eka membuat bu Darmi menangis pilu, dia takut Dwi nggak akan pernah kembali lagi seperti Eka.Di kerajaan Genduruwo Satrio dan Dwi Setyani sedang berjalan-jalan di taman buah, mereka berjalan saling bergandengan tangan, rambut Dwi yang ikal dibiarkan terurai dan terkadang nyanyian lembut sang bayu membuat ujung rambut Dwi menari.Dwi sangat cant