Cinta ... bisa membuat ego menjadi luruh dan tiada guna. Meski dalam hati ada sesuatu yang mengganjal dan belum puas diutarakan, tapi jika cinta sudah mendominasi, semua itu akan hilang, berubah menjadi kata pengertian.Seperti yang dirasakan Andin dan Lukman yang kini telah mendapatkan kesepakatan untuk rumah tangga mereka, kesepakatan tak tertulis juga tak terucap pasca kemarahan Lukman pada Andin yang membuat wanita itu akhirnya yakin, kalau Lukman memang sungguh-sungguh dengan ucapannya.Demi terjaganya keharmonisan rumah tangga mereka, Andin mulai membiasakan diri dengan keadaannya dan kembali melayani suaminya dengan baik. Semenjak kemarahan Lukman hari itu, Andin tidak pernah lagi membahas mengenai keadaan dirinya yang tidak bisa memiliki anak terlebih Lukman juga tidak pernah menyinggung hal tersebut.Keduanya mulai merangkai kemesraan lagi, mencoba mengembalikan gairah cinta mereka yang selalu bergelora pada saat-saat hal itu pertama dilakukan, supaya ikatan rumah tangga yang
"Jadi, kamu benar-benar tidak tahu atau lupa, sih?" tanya Lukman lagi.Andin mendesah, meniup poninya karena kesal mendengar sang suami terus saja menanyakan hal yang sama sejak tadi. Selama ini, Andin sudah mengubur pertanyaan itu dalam-dalam karena semakin dia bertanya, semakin dia penasaran, semakin gelap juga pengetahuannya mengenai pria itu."Aku sungguh tidak tahu, entah pernah bertemu atau tidak, aku lupa. Tapi sepertinya tidak karena kalau pernah aku pasti ingat walau setitik saja," tegas Andin."Jadi, intinya kamu tidak tahu, begitu?" ulang Lukman dan Andin hanya menggeleng tanpa bicara apa-apa lagi.Lukman hanya bisa terdiam melihat gelengan Andin yang sudah dia tanya berkali-kali mengenai pria setengah baya--yang kalau sekarang mungkin sudah tua renta karena foto itu adalah foto lawas yang masih Andin simpan sebagai kenang-kenangan.Namun, dari foto itu Lukman bisa mengambil banyak kesimpulan yang sangat menentukan arah masa depan Andin sebagai seseorang yang sebenarnya mas
Lukman sampai di kantornya lebih pagi karena dia sudah melakulan janji temu bersama seseorang yang akan membantunya kembali menguak tentang Bambang Sukseno, lelaki yang diduga merupakan kakek dari istrinya.Seseorang itu adalah Hasan, detektif yang pernah membantu Lukman dalam berbagai penyelidikan terutama tentang salah satu orang terkaya di Indonesia itu. Lukman menantikan Hasan datang hingga lelaki itu muncul dengan topi yang selalu menjadi ciri khasnya saat melakukan pekerjaan."Selamat pagi, Pak Lukman. Cukup lama kita tidak bertemu." Hasan menjabat tangan Lukman yang bangun dari duduknya saat Hasan datang.Supaya lebih santai, Lukman mengajak Hasan untuk duduk di sofa yang berada di sudut ruangan setelah Lukman meminta OB untuk mengantar dua cangkir kopi ke ruangannya melalui sambungan interkom yang terhubung ke bagian pantry.Hasan menatap seisi ruangan Lukman yang mengalami cukup banyak perubahan pasca beberapa bulan mereka tidak berjumpa. Warna cat yang lebih cerah, penyimpan
Dari berbagai sumber internet yang menjadi salah satu sumber informasi bagi Hasan mencari tahu tentang Bambang Sukseno, yang dia temukan hanyalah seluruh kebaikan dan kesuksesan lelaki itu dalam usahanya. Bambang bagaikan lelaki yang tidak memiliki celah, dia tampil paripurna di muka public.Secara kasat mata, Bambang adalah sosok suami idaman yang sangat menyayangi keluarga, dia juga memanjakan anak-anaknya—terlebih dari istri pertamanya Bambang dikaruniai dua anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya dalam dunia bisnis yang sudah berhasil melambungkan nama serta kekayaannya.Bambang juga terkenal selalu memamerkan kekayaannya dengan menunjukkan berbagai kemewahan hasil kerja kerasnya, anak-anaknya juga memiliki koleksi mobil mewah yang dibelikan ayah mereka. Bisa dikatakan kalau Bambang memang sangat royal kepada anak-anak dan istrinya.“Luas biasa. Bagaimana bisa mereka bersenang-senang sementara ada cucunya yang tidak mendapatkan pengakuan apa-apa,” gumam Hasan memikirkan nasib
"Jadi, semua bukti sudah terkumpul? Apa yang kamu punya?"Lukman bertanya penasaran, meski sudah menduganya tapi sungguh dia tidak menyagka kalau seorang Andin yang merupakan yatim piatu, bahkan sampai pernah menjadi pembantu rumah tangga ternyata memiliki ikatan darah dengan salah seorang pengusaha terkaya di Indonesia.Namun, sayangnya ikatan itu tidak dianggap dan dicari keberadaannya hanya karena ketidak-legalan pernikahan antara Bambang Sukseno dan istri sirinya yang tak lain adalah ibu dari Rendi Irawan, ayah kandung Andin.Itulah mengapa, sebagai perempuan, tidak boleh hanya demi uang atau demi keabsahan sebuah pernikahan rela dinikahi secara siri oleh laki-laki. Sebab seperti yang sudah banyak terjadi, jarang ada yang mampu bertahan lama dalam perkawinan siri karena untuk cerai pun, lelaki hanya perlu mengucap talak 3 setelah itu ... sudah. Selesai. Lalu, apa akibatnya? Bukankah yang selalu menjadi korban adalah anak bahkan sampai kepada cucu serta buyutnya, karena mereka tid
"Butuh modal besar untuk membuat acara seperti itu. Bayangkan, aku harus menjamu bukan hanya puluhan, tapi ratusan pengusaha dan biasanya mereka membawa istri atau anaknya. Aku tidak akan sanggup, aku belum sekaya itu."Hasan terkekeh dengan sahutan Lukman yang sampai angkat tangan dengan ide sang detektif. Akhirnya, Hasan mengembalikan semuanya kepada Lukman dalam mencari cara terbaik untuk mempertemukan Bambang Sukseno dengan cucu rahasianya.Lukman berpikir keras, rasanya otaknya mau pecah memikirkan ini semua karena hatinya sudah tidak sabar untuk sampai pada moment itu. Namun, Lukman sadar kalau semua itu takkan mudah. Perlu jalan panjang untuk dirinya bertemu dengan Bambang.Dan satu-satunya cara adalah dengan mengajukan kerja sama lagi. Tapi sebelum itu, dia mesti membuat janji temu dulu dengan sekretaris Bambang yang untungnya, Lukman masih menyimpan nomor kantor Bambang hingga sekarang.Sementara Lukman dan Hasan sedang sibuk merancang semua rencana mereka, Bu Sekar sedang b
Kesepakatan telah didapatkan, Lukman akan mengajukan kerja sama kedua kepada perusahaan Bambang Sukseno yang ada di Jakarta. Lukman dan Hasan bahkan sudah menyetting segala rupa terkait apa saja yang mesti dibicarakan Lukman supaya rencana mereka tak kentara.Step by step, perlahan tapi pasti moment itu akan terjadi juga."Ingat, jangan sedikit pun kamu menyinggung tentang Andin, biarkan Bambang menyadarinya sendiri. Dan masalah kerja sama, kamu hebat karena bisa sambil menyelam minum air. Sekali mendayung dua pulau terlampaui. Semoga sukses," ucap Hasan."Terima kasih atas do'anya, lagi pula kami dulu pernah bekerja sama, jadi ada kemungkinan pasti diterima. Tapi, entahlah. Kita usahakan dulu saja."Setelah menemui kesepakatan, Lukman pulang dan menemui istrinya, mengatakan kalau dia mungkin akan sedikit sibuk akhir-akhir ini karena akan membangun kerja sama bersama sebuah perusahaan besar yang sudah tentu memerlukan usaha dan kerja keras yang lebih dalam proses pengajuannya.Tak lup
Bambang menautkan alisnya tatkala mendengar kabar tersebut, lelaki itu berpikir apa dia tidak salah dengar? Mengingat, Lukman saat bekerja sama dengannya belumlah menikah. Dan rasanya tidak mungkin kalau Lukman menikah tanpa memberitahunya karena mereka sudah seperti keluarga."Apa kamu tidak salah bicara, Lukman? Coba katakan lagi apa yang baru saja kamu katakan!" pinta Bambang mendekatkan badannya kepada Lukman."Iya, Pak, saya sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Ah, acara itu sederhana saja, makanya saya tidak mengundang banyak orang. Apalagi saat itu saya dengar Bapak sedang di luar negeri, saya takut kalau kabar ini membuat Bapak terganggu dan memaksa pulang," jawab Lukman.Rasa sesal terpatri dalam hati Bambang, juga dalam hati Lukman sebenarnya. Seandainya Bambang tahu pernikahan Lukman, dia pasti tidak akan pergi ke luar negeri meskipun urusannya saat itu terbilang penting. Ada perusahaan asing yang mengajaknya meeting untuk melakukan kerja sama berskala internasional.Da
Andin yang malu atas sikap suaminya hanya bisa merona sembari memalingkan wajahnya. Bahkan, pertanyaan Lukman barusan tidak dia jawab karena rasanya malu sekali menjawabnya. Lukman yang sudah tak tahan langsung mencium bibir sang istri, akan tetapi Andin malah kembali memalingkan wajahnya membuat Lukman semakin penasaran dibuatnya."Kamu sengaja menggodaku ya, Andin?" tanya Lukman mencium leher sang istri yang seketika melenguh, menikmati sensasi yang sudah beberapa hari ini tidak dia rasakan karena banyaknya kesibukan."Kamu suka, 'kan?" bisik Lukman dengan suara lirih.Andin hanya mengangguk. "Maaf karena akhir-akhir ini aku belum sempat melayanimu, kamu tahu kalau si kembar ingin selalu tidur dengan kita, jadi sulit sekali mencuri waktu untuk kita bersama," ucap Andin."Ya ... itulah mengapa aku ingin meminta jatahku har ini selagi Daniel dan Dania menginap di rumah kakekmu, aku mau kita melewati malam bersama, sepuasnya," kata Lukman."Namun, sesungguhnya tak ada kata puas untuk b
Berbeda dengan dulu, kini Andin dan Lukman harus mempersiapkan segala keperluan bayi jika hendak jalan-jalan meskipun hanya jalan-jalan ke komplek dekat rumah. Selain membawa beberapa botol susu, Andin juga membawa dua stroller untuk membuat Daniel dan Dania.Kebetulan cuaca sore ini sangat bagus, tidak panas dan tidak mendung sehingga sangat cocok untuk membawa bayi keluar rumah. Sebab, bayi juga perlu keluar rumah untuk menstimulasi penglihatan dan pendengarannya, dan yang paling penting adalah untuk mengusir rasa bosan ibunya.Keduanya berjalan beriringan, masing-masing mendorong satu stroller dengan wajah yang tak luput memberi senyuman bahagia. Hingga sampai di taman, Lukman membawa istrinya duduk sementara si kembar dibiarkan melihat indahnya langit yang biru cerah nan memesona."Mereka kelihatan senang," ujar Lukman mengamati raut wajah Daniel dan Dania yang sumeringah."Iya, aku juga senang karena sudah lama ga keluar rumah. Rasanya nikmat bisa menghirup udara segar, apalagi c
Andin dan Lukman berada di Swiss selama lima hari. Mereka berjalan-jalan dan membeli berbagai benda-benda khas di negara tersebut untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh seperti keju, cokelat susu, lonceng, kotak musik, dan masih banyak lagi.Setelah puas berbelanja dan jalan-jalan, mereka akhirnya pulang karena masa cuti Lukman juga sudah habis hingga esok. Kalau ditambah, dia merasa kasihan kepada sekretaris dan asistennya yang menghandle semua pekerjaan Lukman sebagain pimpinan perusahaan.Keesokan harinya, mereka sudah sampai di Indonesia dan pulang ke rumah Bambang untuk membuka semua yang telah mereka beli. Andin memberikan semuanya kepada sang nenek dan juga paman-pamannya yang menyambut Andin dengan suka cita dan penuh kerinduan setelah satu minggu mereka tidak berjumpa"Kamu senang liburan di sana?" tanya sang nenek kepada Andin."Senang sekali, kalau ada kesempatan liburan lagi aku ingin ke sana lagi, di sana suasananya tenang dan sejuk, aku suka sekali. Lain kali kita pergi k
Hubungan Andin dan kakeknya, Bambang serta keluarganya semakin membaik. Mereka sudah tidak sungkan lagi dan menganggap Andin adalah anak kecil yang sangat dimanja. Semua keinginan Andin dipenuhi, bahkan paman-pamannya datang setiap hari untuk memberikan hadiah apa saja kepadanya.Tak jarang, Andin diajak keluar untuk makan siang bahkan bermain di timezone karena Bambang pernah mengatakan kalau Andin masih suka bermain di wahana permainan seperti itu meskipun usianya sudah dewasa. Andin sangat bahagia, dia tidak bisa memiliki anak, dan kini dialah yang menjadi seorang anak bagi kakek dan paman-pamannya.Hubungan yang membaik itu juga berimbas pada perusahaan Lukman, Bambang menggelontorkan banyak dana untuk memperbesar perusahaan itu sebagai wujud rasa terima kasih atas karena Lukman telah tulus menerima Andin dengan segala masa lalu dan juga kekurangannya.Lukman menerimanya dengan senang hati, sebab dengan kemajuan perusahaan, itu berarti dia juga bisa membahagiakan Andin lebih dari
"Mau sarapan apa?" Suara Andin membuat Lukman terperangah ketika lelaki itu duduk di meja makan untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor.Suasana rumah Andin mulai mengalami sedikit perubahan karena Andin sudah kembali berbicara kepada suaminya setelah beberapa hari mogok bicara. Lukman merasa lega, dia bisa berangkat ke kantor dengan tenang. Namun meski begitu, masalah yang sebenarnya belumlah selesai dan Lukman tidak tahu harus bagaimana menyelesaikannya."Apa saja asalkan dimasak oleh istriku," jawab Lukman.Andin dengan cekatan memanggang roti tawar di dalam pemanggang lalu menggoreng telur setengah matang. Sambil menunggu telur yang berada di dalam penggorengan, wanita itu mengiris bawang bombai yang dia masak sebentar di samping telur, lalu mengiris beberapa sayuran mentah untuk dibuat sandwich.Andin sendiri tidak membicarakan masalah yang tengah dia hadapi, bahkan setelah melihat konferensi pers kemarin, Andin sama sekali tidak membicarakan kakeknya seolah konferensi pers itu
Bambang Sukseno adalah pengusaha paling sukses hingga dinobatkan menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Dia memiliki banyak relasi dan jangkauan yang luas naik di dalam maupun luar negeri, sehingga namanya sangat tersohor dan dikenal semua lapisan masyarakat di Indonesia.Bahkan, Bambang seringkali masuk pemberitaan acara atau akun gossip yang suka sekali meliput kegiatan keluarganya, baik di rumah maupun saat liburan bersama, sebab keluarga Bambang adalah keluarga yang harmonis, keluarga cemara yang sempurna. Lelaki itu bahkan dijuluki family man karena dianggap sangat romantis tanpa adanya pemberitaan miring yang menimpa keluarganya.Namun, konferensi pers yang dilakukannya di hadapan awak media hari ini seakan mematahkan semua persepsi tersebut. Bambang mengakui semua dosa-dosanya, dia mengumumkannya kepada dunia bahwa dia bukanlah manusia yang sempurna. Bambang tidak sebaik yang oranng-orang kira.“Saya melakukan konferesni pers ini untuk mengatakan bahwa saya memiliki ist
"Andin, Sayang ... sudah, ya, maafkan aku. Ayo kita pulang!" ajak Lukman.Lukman merangkul Andin dengan penuh kesabaran, lalu memeluknya berharap wanita itu bisa lebih tenang. Dengan wajah cemas sekaligus panik, lelaki itu mengajak Andin pulang sebab kalau sudah begini, nasehat, saran, dan penjelasan apa pun takkan bisa masuk ke dalam perenungan.Lukman sendiri tidak menyangka kalau reaksi Andin akan seperti ini. Pikirannya hanya membayangkan kalau Andin akan bahagia karena ternyata masih memiliki kakek yang masih hidup dan memiliki ikatan darah yang kuat, sebab Bambang adalah ayah kandung dari Rendi Irawan.Namun, ternyata reaksi Andin sungguh tak terduga. Andin marah, tidak terima, bahkan menangis histeris menyalahkan Bambang."Pak Bambang, saya sangat terkejut dengan apa yang telah terjadi, mohon maaf atas kekacauan ini. Saya akan mencoba membicarakan ini kepada istri di rumah ketika dia sudah tenang. Kami pamit ya, Pak!" ucap Lukman masih sambil memeluk Andin yang kini menangis da
"Jadi, kamu adalah anak Rendi? Kamu adalah cucuku ...." ucap Bambang dengan suara lirih.Pertanyaan sekaligus ungkapan itu membuat Andin tercengang, antara percaya dan tidak percaya, semua itu sulit untuk dipercaya. Bambang sendiri terisak sementara Andin merasakan tubuhnya seperti membeku, tidak bisa bergerak sama sekali. Wanita itu syok atas apa yang telah didengarnya barusan."Pantas kamu mirip sekali dengan anakku, bahkan aku sampai mengira kalau kalian adalah orang yang sama meskipun tidak mungkin juga rasanya. Aku ... aku minta maaf, cucuku, aku sudah menelantarkanmu hingga kamu mengalami banyak hal yang berat semasa kamu ditinggalkan ayah dan ibumu," papar Bambang masih terisak.Dada Andin kini kembang kempis, tangannya mengepal kuat dengan tatapan mata yang tertuju pada sosok lelaki tua yang mengaku sebagai kakeknya. "Selama ini, saya hidup sebatang kara. Jadi, saya tidak bisa percaya begitu saja atas apa yang Bapak katakan," sahut Andin tegas dengan tatapan tajam.Sahutan it
Andin, Lukman, Bambang, dan juga sekretarisnya telah selesai dengan hidangan utama mereka dan mulai menikmati dessert berupa puding serta buah yang segar, lalu ditutup kembali dengan teh yang kembali diisi oleh pelayan karena Bambang mengatakan bahwa mereka akan di sana untuk beberapa lama lagi.Ya, Andin baru ingat kalau Bambang tadi berkata ingin mengobrol dengannya dan juga Lukman sehingga dia tidak bisa pergi cepat-cepat dari sana. Entah apa yang akan Bambang bicarakan, yang pasti Andin hanya berpikir kalau lelaki tua itu mungkin ingin membicarakan masalah kerja samanya bersama Lukman.Andin tidak banyak bicara apalagi membantah, dia manut dan duduk mendampingi suaminya. Ada secercah senang dalam hatinya, juga perasaan dihargai karena dilibatkan dalam pekerjaan sang suami.Dan benar saja, sekretaris Bambang mengeluarkan sebuah berkas yang harus Lukman tandatangani. Dia menyimpannya di atas meja yang sudah dibereskan dan dibersihkan oleh pelayan beberapa saat yang lalu, setelah itu