Lillia bersandar di sofa dan berkata sambil menggigit bibir, “Sebelumnya, aku sudah membeli sejumlah mutiara laut yang lumayan bagus dari Pak Frederick. Hari ini, ada seorang pedagang perhiasan yang bilang, seorang putri kaya dari ibu kota mau membeli mutiara yang kupunya itu untuk dijadikan perhiasan dan hendak memakainya di acara pengakuan hubungan keluarga.”“Sebelumnya, Kelly pernah mencariku untuk memesan sebuah gaun pesta yang juga hendak dipakainya di acara pengakuan hubungan keluarga. Kalau tebakanku nggak meleset, putri kaya yang dimaksud pedagang perhiasan itu seharusnya adalah Kelly.”Claude menatap Lillia dan menjawab dengan tatapan dingin, “Nggak ada yang membeberkan tentang pembelian mutiara yang kamu lakukan, tapi dia malah mampu menyelidikinya? Sepertinya, dia cukup hebat juga.”“Dia juga mentransfer 8,76 miliar kepada kami. Waktu itu, aku sudah merasa ada yang aneh dengan nominalnya. Wanita itu benar-benar menyebalkan!” seru Moonela dengan marah.“Kebencian yang ditunj
Setelah memesan taksi untuk Cedron, Claude juga naik taksi untuk pergi ke sekitar tempat tinggal Nikita.“Ada apa ini?” tanya Claude dengan ekspresi suram setelah masuk ke mobil Nelson.“Tujuan mereka adalah menggunakan Bu Priya untuk mengancammu memaksa Bu Lillia menarik gugatannya terhadap Nixon dan memaafkannya agar dia bisa dikeluarkan dari penjara,” jawab Nelson dengan suara berat.Claude mencibir, “Nikita itu orang yang pintar menimbang-nimbang pro dan kontra. Dia sudah melihat sendiri konsekuensi Nixon yang berani menyinggungku. Jadi, dia nggak akan bertindak sebodoh itu. Lanjut awasi dia. Aku masih menunggu pertunjukan bagus darinya.” Seusai berbicara, Claude pun turun dari mobil dan menghilang di kegelapan. Saat ini, Nikita sedang berdiskusi tentang operasi yang akan dijalankan besok dengan temannya Nixon. Begitu mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya, dia pun terkejut. Kemudian, dia buru-buru keluar dari aplikasi mengobrol sementara dan berjalan ke sisi pintu samb
Siang ini, Priya menelepon Claude dan mengajaknya bertemu di sebuah restoran. Begitu muncul di restoran, Claude langsung menarik perhatian para wanita. Namun, Claude sama sekali tidak sadar dan lanjut berjalan ke meja yang ditempati Priya bersama Hans, lalu duduk di tempatnya. Sementara itu, Hans berdiri di belakangnya.Priya melirik Hans, lalu mencibir dengan ekspresi tidak senang, “Apa kamu perlu membawa asistenmu untuk makan bersama nenekmu? Bukannya kita mau berdiskusi tentang pekerjaan?”“Kalau memang hanya untuk makan, pesanlah makanannya,” jawab Claude untuk mengganti topik pembicaraan. Kemudian, dia mengambil buku menu dan membacanya.Baru saja Claude membalik halaman buku menu, seseorang yang menyerbakkan aroma bunga ringan tiba-tiba duduk di sampingnya. Claude pun mengerutkan keningnya dan menoleh ke samping.Orang yang duduk di samping Claude adalah seorang gadis berambut panjang yang mengenakan gaun putih dan menggenggam tas yang dihiasi mutiara.Saat melihat Claude menatap
Rasa ingin tahu Frederick lumayan besar. Jadi, dia tidak berhenti melirik ke arah meja Claude.Melihat situasinya yang tidak beres, Hans segera berjalan ke sudut ruangan untuk menelepon seseorang.Dua menit kemudian, beberapa tamu yang ada di restoran pun dipersilakan keluar oleh pelayan. Namun, Hans tidak tahu bagaimana cara menangani Lillia. Dia pun berjalan ke sisi Claude dan bertanya, “Bagaimana dengan meja Nona Lillia ....”“Nggak usah dipedulikan,” jawab Claude dengan acuh tak acuh. Setelah itu, dia berbalik dan menatap neneknya sambil berkata, “Aku sudah menelepon Nelson untuk menyuruh ambulans kemari. Kalau kondisi Nenek lagi nggak sehat, kelak sebaiknya jangan sering keluar rumah lagi. Aku masih muda dan bisa menjaga diriku dengan baik.”Kemudian, Claude hanya melirik Laura sekilas tanpa mengatakan apa-apa. Dia berencana untuk langsung pergi. Namun, lirikan Claude itu langsung membuat sekujur tubuh Laura menjadi tegang.“Apa kamu masih menyukai Lillia?” seru Priya dengan lanta
Seusai makan di restoran lain, Lillia mengendarai mobilnya dan membawa Frederick ke Studio LMOON. Namun, dia malah menyadari Frederick yang duduk di kursi penumpang tidak berhenti menatapnya. Dia pun bertanya secara refleks, “Ada apa?”“Kamu dan Claude ... dulunya adalah pasangan suami istri?” tanya Frederick secara langsung. Meskipun Priya tidak mengatakan dengan jelas Lillia bercerai dengan siapa, dia bisa langsung menebaknya.“Emm, tapi kami sudah bercerai. Ini bukanlah hal yang layak untuk diumbar-umbar, ‘kan?” jawab Lillia dengan santai. Dia berharap Frederick juga tidak memberi tahu orang lain mengenai hal ini.Setelah melihat tampang cuek Lillia, Frederick pun mengamatinya sambil bertopang dagu. Kemudian, dia bertanya, “Kalian bercerai karena kamu nggak menyukainya?”“Pak Frederick, ini adalah masalah pribadiku. Lagian, aku nggak suka menceritakan masalah pribadiku pada klien.” Profil Lillia terlihat tenang dan nadanya juga terdengar lembut. Namun, ada ketegasan yang tersirat di
Kesan pertama Frederick terhadap Lillia adalah, Lillia sangat cantik, dingin, dan sulit didekati. Orang-orang seperti ini biasanya akan langsung dicap sombong. Namun, Frederick baru tahu bahwa Lillia ternyata bukan sombong, melainkan auranya memang seperti itu.Setelah berpisah, Lillia pun mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah. Hari ini, dia pulang lebih cepat, tetapi Ohara malah tidak berada di rumah. Berhubung mengkhawatirkan Ohara, Lillia pun segera meneleponnya. Setelah sekian lama, Ohara baru mengangkat teleponnya.“Nenek, kamu ada di mana? Hari ini, aku cepat pulang dan bisa menjemputmu,” kata Lillia dengan nada yang santai begitu teleponnya tersambung.“Nggak usah, aku lagi nonton TV di rumah teman sekitar kompleks. Aku akan pulang sebentar lagi,” tolak Ohara dengan buru-buru.Begitu mendengar Ohara sudah mendapatkan teman, Lillia pun tersenyum tipis dan berkata, “Kalau begitu, main dengan gembira, ya. Pulangnya malaman juga nggak apa-apa.”Setelah memutuskan sambungan tele
Lillia pulang ke rumah dengan beban pikiran yang banyak. Begitu masuk ke rumah dan melihat orang yang duduk di ruang tamu, ekspresinya langsung menjadi sangat dingin.“Siapa yang mengizinkanmu masuk ke rumahku?” bentak Lillia.Begitu mendengar suara Lillia, Ohara buru-buru berlari keluar dari dapur. Dia melirik Kelvin yang tersenyum hangat, lalu menatap Lillia dan bertanya dengan bingung, “Ada apa ini?”“Nenek, kamu nggak seharusnya mengizinkan orang asing untuk masuk saat aku nggak ada di rumah!” seru Lillia sambil berjalan ke sisi Ohara. Kemudian, dia melindungi Ohara di belakangnya.“Kenapa Nona Lillia begitu yakin aku nggak kenal sama nenekmu? Lagian, nenekmu itu orang dewasa, kamu nggak mungkin bisa melarangnya berteman dengan orang lain,” jawab Kelvin sambil tersenyum. Dia sama sekali tidak peduli pada kemarahan Lillia.“Pak Kelvin, kalau kamu nggak keluar sekarang juga, jangan salahkan aku pakai cara kasar!” ancam Lillia. Dia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan Kelv
Ohara meletakkan semua makanan di atas meja sambil bergumam tidak senang, “Mana bisa aku dibohongi segampang itu. Waktu masih muda, aku ini bunga desa yang sangat tangguh. Bahkan dalam mencari pasangan hidup, aku juga hanya bersedia menikahi kakekmu yang merupakan pria paling tampan di desa. Kamu boleh tanya semua penduduk Desa Nova apa aku pernah dibohongi atau nggak.”Ucapan Ohara membuat Lillia tertawa. Dia pun teringat tentang neneknya yang pernah mengambil sapu sambil mengejar orang yang berani menindasnya di desa dulu. Namun, dia juga tidak bisa melupakan bahwa neneknya sekarang adalah orang tua yang bahkan tidak begitu mengerti cara naik taksi.“Kota besar dan desa itu berbeda. Orang-orang di desa biasanya sering bertemu dan saling mengenal. Tapi kalau di kota besar, kamu mana tahu bagaimana sifat asli seseorang?” tanya Lillia sambil tersenyum. Dia tidak lupa untuk menasihati neneknya lagi.“Iya, aku tahu. Lillia, dia memaksamu melakukan transaksi apa? Apa masalah yang menimpa s