Dr. Derran menggeleng, memberikan kode pada Kalea untuk tidak memberitahu jika itu adalah bunga miliknya.Kalea pun akhirnya memilih diam. Tak melanjutkan kembali ucapannya.“Bilang terima kasih pada mama.” Dr. Derran membelai lembut rambut Kyna.“Terima kasih, Ma.” Kyna menatap Kalea.“Sama-sama.” Kalea tersenyum. “Ayo kita pulang.” Segera Kalea mengajak Kyna untuk pulang.Kyna dengan semangat masuk ke mobil.“Kyna tunggu dulu, Mama mau bicara dengan Uncle Dokter.”“Iya, Ma.”Kalea menutup pintu agar anaknya tidak dengar pembicaraan mereka.“Dok, kenapa memberikan bunga itu pada Kyna. Bukannya Anda beli untuk mama dr. Derran.” Kalea merasa tidak enak sekali dengan apa yang dilakukan dr. Derran.Sejujurnya bunga tadi yang dibeli hanya alasan dr. Derran saja. Sebenarnya dia hanya ingin bertemu Kalea saja.“Tidak apa-apa. Sebenarnya tidak ada acara khusus, jadi aku bisa beli besok.” Dr. Derran memberikan alasan palsu.“Baiklah, besok dr. Derran bisa datang ke toko, nanti saya ganti bun
Kalea membulatkan mata ketika mendengar apa yang dikatakan Kyna. Sampai-sampai dia memiringkan tubuhnya untuk menatap Kyna. “Siapa yang bilang Kyna seperti itu?” Kalea yakin ucapan itu bukan berasal dari anaknya. Tidak mungkin anaknya berpikir seperti itu. “Tante Sandra yang bilang jika dia istri baru papa.” Kalea tersentak kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Kyna. Nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Tante Sandra bilang bagaimana?” tanya Kalea memastikan. “Waktu itu saat papa mandi, Tante Sandra bilang jika dia sekarang istri baru papa.” Kalea berusaha memahami apa yang dikatakan anaknya. Dari apa yang dikatakan jelas jika itu terjadi saat Kyna ikut ke pantai. Tak pernah Kalea bayangkan jika Sandra akan mengatakan itu pada anaknya. “Kata teman aku istri papa itu artinya mama kita. Apa artinya Tante Sandra mama Kyna, Ma?” Bola mata kecil Kyna menatap penuh rasa ingin tahu. Terjebak dengan pertanyaan itu membuat Kalea bingung sekali. Bagaimana menjelask
“Kamu sudah mau pulang?” Dr. Dean yang melihat anaknya segera melemparkan pertanyaan itu. “Iya, Pa.” “Kebetulan supir Papa belum datang, kamu antar Papa dulu pulang.” Mendapati permintaan sang papa itu Derran bingung. Rencananya dia mau ke toko bunga untuk bertemu Kalea lagi. Jika papanya minta untuk diantar, pastinya dia tidak akan bisa ke toko bunga. “Aku ada urusan, Pa. Jadi tidak bisa mengantar Papa.” Sejujurnya Derran merasa tidak enak dengan papanya, tapi mau bagaimana lagi, dia harus memilih. “Mamamu atur kencan lagi?” tanya dr Dean.“Tidak, Pa.” Dr. Dean menautkan alisnya. Mata birunya menatap putra semata wayangnya. Urusan penting sang anak itu biasanya kalau tidak operasi pasien, yaitu kencan yang dibuat sang istri. “Lalu, kamu mau ke mana?” Dr. Dean tampak penasaran. “Bertemu seseorang, Pa.” “Perempuan?” tebak dr. Derran. Tiba-tiba saja dr. Derran salah tingkah. Dr. Dean yang melihat anaknya itu merasa jika tebakannya itu benar. “Kamu punya pacar?” tanyanya. “B
Sandra pergi setelah memberikan vitamin itu pada Kalea.Kalea hanya menatap bingung pada Sandra. Padahal dia sedang memikirkan vitamin yang biasa diminum itu, tapi justru Sandra memikirkan hal lain.“Dasar aneh.” Kalea segera berbalik, masuk ke kamar lagi.Kalea melanjutkan lagi menemani anaknya belajar. Kyna begitu semangat menggambar, hal itu membuat Kalea senang.Saat makan malam, Kalea keluar dari kamar bersama Kyna. Menikmati makanan yang sudah disiapkan tadi.“Tadi aku belikan vitamin. Kamu sudah terima?” tanya Alby saat keluar dari kamar.“Sudah.” Kalea mengangguk.“Minumlah dengan rutin agar kandunganmu semakin sehat.” Alby berharap anak yang dilahirkan Kalea akan sehat seperti Kyna.“Iya, nanti aku akan minum.” Kalea mengangguk. Semalam Kalea lupa meminumnya. Jadi mungkin sebelum berangkat nanti, dia akan meminumnya.Kalea segera merapikan bekal yang dibawanya, kemudian membangunkan Kyna. Barulah setelah itu bersiap untuk berangkat.Sebelum keluar dari kamar, Kalea meraih b
“Jadi selama ini kamu pulang dengan dokter itu?” Saat di perjalanan, Alby meluapkan kekesalannya pada Kalea. Kalea tentu saja tidak bisa menjawab tidak, karena selama ini dia pulang dengan dr. Derran. “Aku memang pulang dengannya, tapi semua itu tidak sengaja.” “Tidak sengaja?” Alby langsung tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa hal itu tidak sengaja. “Memang tidak sengaja. Hari pertama dia datang karena membeli bunga untuk mamanya. Hari kedua, karena bunga itu diberikan pada Kyna, akhirnya hari kedua aku memintanya datang karena ingin mengganti bunganya, dan hari ini dia tidak sengaja lewat di depan bunga.” Alby mengeram kesal mendengar penjelasan itu. “Kamu ini paham tidak sebenarnya, dia itu tidak sengaja melakukan semua itu. Pura-pura beli bunga, pura-pura memberikan bunga pada Kyna, pura-pura lewat di toko bunga, itu semua dilakukan untuk mendekati kamu.” Kalea memang juga berpikir seperti itu, tapi dia menyingkirkan pikiran itu. Tak mau besar kepala. “Sudahla
“Mungkin aku kelelahan saja.” Kalea memilih untuk berpikir positif. Akhirnya dia memilih untuk beristirahat saja. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Berusaha memejamkan kata agar dapat mengurangi rasa sakit yang dirasakan. “Mama, Kyna mau makan.” Tepat jam tujuh malam, Kyna membangunkan Kalea sambil menggoyangkan tubuh sang mama. “Kyna minta Bi Ina dulu. Bilang saja minta telur ceplok. Mama sedang tidak enak badan.” Kalea merasa perutnya tidak enak. Jadi memilih membiarkan anaknya makan bersama asisten rumah tangga. “Baik, Ma.” Kyna segera keluar untuk mencari Bi Ina, tapi ternyata Bi Ina tidak ada di sana. “Cari siapa?” Sandra yang melihat Kalea penasaran sekali. “Cari Bi Ina.” Kyna takut-takut menjawab. “Mau apa cari Bi Ina?” Sandra menatap Kyna. Walaupun tatapan Sandra biasa saja, tapi bagi Kyna menakutnya. “Mau minta goreng telur ceplok.” “Memang mamamu ke mana sampai kamu minta Bi Ina.” “Mama sakit.” Sandra tersenyum tipis. “Bi Ina ke supermarket, biar Tante
Saat terdesak seperti ini, Kalea terpikir satu orang yang bisa membantunya. Siapa lagi jika bukan dr. Derran. Hanya pria itu yang sekarang ada di pikirannya. Tak pikir panjang, Kalea segera kembali ke kamar untuk menghubungi dr. Derran. “Halo, Kalea. Ada apa kamu menghubungi aku malam-malam?” Dr. Derra di seberang sana terdengar begitu khawatir. “Dok, perut saya sakit, tolong bawa saya ke rumah sakit.” Hanya dr. Derran yang kali ini Kalea harapkan. Tidak ada orang lain. “Baiklah, aku akan segera ke sana.” Dr. Derran segera mematikan telepon. Kalea hanya bisa merintih ke sakitan ketika perutnya tak tertahan. Darah yang keluar semakin banyak. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Pendingin ruangan di dalam kamar seolah tak bisa menghalau. Kalea benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Kenapa bisa seperti ini?Sambil menunggu dr. Derran, Kalea menghubungi asisten rumah tangga. Meminta bantuannya untuk menjaga Kyna.Saat dr. Derran datang, asisten rumah tangga langsung mempersilakan dr
“Mas Alby.”Alby segera mengayunkan langkahnya masuk dan menghampiri Kalea. Berdiri di sisi ranjang, berseberangan dengan dr. Derran. “Apa yang terjadi padamu?” Alby menatap Kalea tajam. “Aku keguguran, Mas.” Kalea balas menatap Alby tajam. Alby membulatkan matanya ketika mendengar hal itu. Dia memegangi lengan Kalea. “Katakan jika yang kamu katakan itu salah!” Alby masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Aku mengatakan apa adanya. Semalam aku pendarahan dan saat dibawa ke rumah sakit, aku keguguran.” Air mata Kalea menetes tak tertahankan. Tubuh Alby lemas mendengar kabar kematian calon anaknya. Padahal dia berharap anaknya bisa lahir dan tubuh dengan baik. “Kamu sengaja melakukannya ‘kan?” tanya Alby. Tatapan pria itu begitu dipenuhi amarah. “Sengaja bagaimana maksudmu, Mas?” Kalea menyingkirkan tangan Alby di lengannya. “Kamu sengaja menggugurkan kandunganmu karena ingin bersama dokter ini.” Alby menunjuk ke arah Alby. Apa yang dikatakan Alby sontak memb
“Siapa yang mencari aku?” Perasaan dia tidak punya janji, apalagi dia baru saja bekerja. “Sopir taksi.” “Sopir taksi?” Kalea benar-benar tidak menyangka jika ternyata yang mencarinya sopir taksi. Dengan segera Kalea keluar untuk menemui siapa orang yang ingin bertemu dengannya itu. “Selamat siang, Pak.” Kalea menyapa sopir yang ada di depan toko bunga. “Siang, Bu. Maaf, apa benar Anda bernama Kalea?” tanya sopir.“Iya, saya Kalea.” Kalea mengangguk. “Apa Anda kenal dengan ibu yang ada di dalam mobil saya itu?” Sopir menunjuk ke arah mobil.Kalea segera memiringkan tubuhnya untuk melihat siapa yang dimaksud oleh sopir. Alangkah terkejutnya Kalea melihat mantan mertuanya yang ada di dalam mobil. Untuk memastikan, Kalea segera menghampiri dan membuka pintu mobil. Benar saja. Di dalam mobil ada Bu Salma. “Ibu.” “Kalea.” Kalea segera masuk ke mobil. Bu Salma memeluk Kalea yang berada di depannya. Kalea benar-benar masih bingung dengan keberadaan Bu Salma. Bagaimana bisa Bu Salm
Kalea cukup terkejut ketika sang suami menyebut nama orang yang menghubunginya. Terhitung sejak perceraian, mereka memang tidak saling berkomunikasi. Entah ada angin apa pria itu menghubungi Kalea.“Angkat saja!” pinta dr. Derran.Kalea segera mengangkat telepon itu untuk tahu apa yang ingin dibicarakan dengan Alby.“Halo, Mas,” sapa Kalea.“Aku mau ajak Kyna akhir pekan besok ke ulang tahun temanku. Aku harus jemput Kyna di mana?”Akhirnya Kalae tahu untuk apa Alby menghubunginya. Dia tahu persis bagaimana Alby yang dikenal penyayang keluarga. Pasti pria itu sengaja mengajak anaknya agar tetap menunjukkan citra itu. Walaupun anaknya hanya dimanfaatkan saja, Kalea tidak masalah. Karena Kyna perlu bertemu juga dengan papanya.“Aku akan kirimkan alamat nanti.”“Baiklah.”Sambungan telepon langsung terputus saat mendapati jawaban itu. Kalea hanya bisa menatap dr. Derran saja.“Kenapa?” Dr. Derran tampak penasaran.“Mas Alby mau ajak Kyna ke ulang tahun anak temannya.”Dr. Derran hanya m
Kalea hanya pasrah ketika sang suami menciumnya. Makin lama Kalea makin nyaman.Mereka menikmati makan malam romantis sambil mendengarkan deburan ombak yang terdengar. “Apa ada efek dari pencegah kehamilan yang aku suntikkan padamu?” Dr. Derran menatap sang istri ketika mereka sedang menikmati makan.“Tidak. Aku merasa biasa saja.”Dua minggu yang lalu, Kalea mendapatkan suntikan pencegah kehamilan, hal itu dilakukan untuk mencegah kehamilan terjadi pasca keguguran.“Baguslah, aku harap kamu tetap nyaman. Jika ada apa-apa bilang padaku.”“Iya, aku akan mengatakan jika merasa tidak nyaman.”Dr. Derran harus bersabar untuk membuat Kalea hamil. Butuh tiga sampai enam bulan sampai kandungan Kalea sehat.“Kamu tidak apa-apa jika aku tidak cepat hamil?” Ragu-ragu Kalea bertanya. Padahal dia pernah menanyakannya. “Aku mau rahimmu sehat dulu. Saat rahimmu sehat, anak yang dilahirkan akan sehat. Jadi aku akan sabar menunggu. Lagi pula, kita bisa memanfaatkan waktu bersama. Kamu juga bisa pun
Jangan tanya ke mana saja pengantin baru pergi! Karena mereka seharian tidak pergi ke mana-mana. Mereka hanya menghabiskan waktu di kamar. Kemudian memesan makanan dan memakannya di kamar. Tak mau keluar barang sebentar. Apalagi pantai terlihat dari kama mereka. Lalu, untuk apa pergi? Mereka melawati malam hanya di kamar. Menghabiskan waktu berdua saja. Tak sama keluar. Sampai pagi lagi pun mereka masih di vila. Pagi ini mereka memilih berenang di vila dan menikmati sarapan di kolam renang. Makanan sudah siap, dr. Derran sudah masuk ke kolam renang lebih dulu, sedangkan Kalea masih berganti baju. Beberapa saat kemudian Kalea datang. Dr. Derran yang melihat sang istri langsung membulatkan matanya. Sang istri memakai bikini saat mau berenang. Walaupun kanan dan kiri sisi kolam renang tertutup. Dari arah depan menuju ke pantai, terbuka. Jadi jelas akan terlihat orang. “Cepat masuk!” Dr. Derran langsung menarik sang istri masuk ke kolam renang. “Sayang, aku belum pemanasan.” Kalea
Melihat apa yang dilakukan Kalea membuat dr. Derran tersenyum. Memang tidak salah menikah dengan seorang janda. Tak perlu susah payah mengajari, dia sudah tahu harus berbuat apa. Saat pakaian tersingkir dari tubuh, mereka lebih leluasa menjelajah. Sentuhan lembut penuh kehati-hatian memberikan kenyamanan bagi Kalea. Membuatnya menyerahkan diri pada sang suami. “Aku memang bukan yang pertama, tapi aku akan jadi yang terakhir.” Dr. Derran membelai wajah Kalea. Tatapannya begitu memuja pada wanita yang dicintainya itu. Dengan pasti Kalea mengangguk. Berharap, dr. Derran akan jadi labuhan terakhirnya. Tak ada lagi kegagalan untuk kedua kalinya. Dr. Derran mengikis jarak di antara mereka. Mendaratkan bibirnya tepat di bibir Kalea. Ciuman yang diberikan dr. Derran tak tergesa-gesa. Seolah ingin memastikan jika apa yang dilakukannya akan mengukir kisah indah untuk mereka. Suara indah yang keluar dari mulut Kalea pun membuat dr. Derran semakin bergairah. Bertahun-tahun menahan diri untu
Tepat jam empat, dr. Derran bangun lebih dulu. Lumayan tiga jam tidur. Paling tidak, dia bisa menikmati waktu istirahatnya. Perlahan dr. Derran menjauhkan tubuh Kalea agar dapat melihat wajah cantik istrinya itu. “Cantik.” Dr. Derran memuji Kalea. Ini kali pertamanya melihat Kalea yang tidur. Walaupun tidur, Kalea masih cantik. Kata orang wanita cantik dilihat saat dia bangun tidur, dan dr. Derran membuktikannya. Kini dia melihat sang istri yang cantik.Sebenarnya dr. Derran tidak tega membangunkan Kalea, tapi mereka harus pergi ke bandara pagi ini. “Sayang.” Dr. Derran membangunkan Kalea dengan membelai wajah cantik Kalea. Sentuhan itu membuat Kalea terbangun. Saat membuka matanya, dia melihat sang suami yang sudah bangun. “Apa aku terlambat bangun?” tanya Kalea panik.“Tidak, kamu tidak telat bangun. Kita masih punya waktu satu jam untuk bersiap ke bandara.” “Kalau begitu ayo bersiap.” Kalea segera beranjak dari tempat tidur.Dr. Derran segera menarik kembali tubuh Kalea dan
Apa yang dilakukan dr. Derran itu membuat Kalea benar-benar terkejut. Jantungnya berdegup dengan kencang. Apalagi sekarang dia ada di pangkuan dr. Derran. “Aku siapamu?” Dr. Derran menatap Kalea lekat. Mendapati pertanyaan itu, Kalea membalas tatapan dr. Derran. Dia justru bingung ketika ditanya seperti itu. “Maksudnya?” Kalea benar-benar bingung. Tidak tahu apa yang dimaksud oleh dr. Derran. “Sekarang aku siapamu?” Dr. Derran kembali bertanya. “Dr. Derran suami saya.” Kalea yang mulai mengerti apa yang dimaksud Kalea langsung menjawab. “Bagus kalau begitu kamu tahu. Lalu, kenapa masih panggil aku ‘dokter’?” Sejak tadi dr. Derran memerhatikan Kalea yang tetap memanggilnya ‘dokter’ padahal mereka sudah menikah.Sejenak Kalea tersadar jika masih memanggil seperti itu. “Saya masih terbiasa memanggil seperti itu.” Dia memberikan alasannya. Dr. Derran sadar jika mengubah kebiasaan memang sulit. “Baiklah, aku akan maafkan.”Mendengar itu Kalea merasa lega. “Lalu, saya harus panggil
Dr. Derran mengekor di belakang Kalea. Dia melihat Kalea yang ragu-ragu berjalan. Tentu saja dia tahu apa yang dipikirkan oleh dr. Derran.“Apa gaunmu membuatmu susah untuk berjalan?” tanya dr. Derran tepat di telinga Kalea.Suara yang terdengar langsung tepat di telinga itu membuat Kalea membeku. Jantungnya semakin berdegup kencang.“Ti-ti-tidak.” Kalea menjawab dengan gugup.Dr. Derran tersenyum. “Kalau begitu ayo jalan,” pintanya.Permintaan itu segera membuat langkah Kalea terayun. Semakin langkahnya diayunkan, dia semakin melihat dengan jelas kamar yang didekorasi dengan bunga. Bunga mawar merah di tempat tidur itu berbentuk ‘love’. Terdapat juga kalimat ‘happy wedding’ yang terbuat dari bunga.“Aku sudah minta menaruh bajumu. Kamu cari saja di lemari.”Suara dr. Derran menyadarkan Kalea yang sedang berada di dalam pikirannya. Saat punya kesempatan untuk pergi, tentu saja Kalea tidak melepaskan kesempatan itu.Buru-buru Kalea mencari baju yang berada di lemari. Beruntung dia men
Dr. Derran melihat Kalea yang tampak begitu cantik. Jika melihat Kalea sekilas, tidak akan ada yang percaya jika Kalea adalah seorang wanita dengan anak satu. Kalea masih muda dan cantik. Melihat Kalea dengan baju pengantinnya, rasanya dr. Derran benar-benar tidak menyangka jika kini dia akan menjadi Kalea istrinya. Waktu berputar begitu cepat. Serasa baru kemarin, dia mengenal Kalea, tapi tiba-tiba ini Kalea sudah menjadi istrinya. Sebenarnya sejak enam tahun lalu, saat bertemu Kalea pertama kali, tak pernah terbesit rasa cinta sama sekali. Namun, saat melihat Kalea datang di kehamilan kedua, hatinya bergetar. Rasa iba perlahan mengantarkan dr. Derran jatuh cinta. Saat langkah Kalea sampai di depannya, dr. Derran segera mengulurkan tangan, membantu Kalea untuk membantu Kalea duduk di kursi yang terdapat di depan penghulu. Tangan keduanya yang dingin, perlahan menghangat saat saling bergandengan. Walaupun senyuman menghiasi wajah mereka, tapi wajah gugup mereka tetap terlihat je