Share

Part 49. Menyerah

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu berpikir menjalankan bisnis itu mudah sehingga kamu mengeluarkan uangmu hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti ini?”

Sebagai seorang pebisnis dan pengusaha, Axel tahu menjalankan perusahaan bukan perkara mudah. Dia menanyakan itu bukan karena peduli dengan kehidupan Leona, tapi kebalikannya. Dia justru memedulikan Permata. Sayang sekali, Permata justru mengeluarkan kekesalannya.

“Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu menanyakan ini karena calon istrimu itu? Axel … Axel … Kalau begitu bantu saja dia bangkit dari keterpurukannya. Aku dengar, dia hari ini marah-marah di kantornya.”

“Kamu pikir aku melakukan ini demi Leona?”

“Masa bodoh!” Permata menjerit kesal. Dadanya naik turun akibat nafasnya yang memburu. “Aku tidak peduli kamu melakukan ini untuk siapa, tapi kamu sudah membuatku kesal!”

Biarkan saja. Biarkan Permata mengeluarkan semua amarahnya hari ini. Dia benar-benar sudah kesal menghadapi Axel yang membuat masalah dengannya. Benar,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 50. Anak Permata Adalah Anakku

    “Apa maksudmu menyerah?” Almeda tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Permata dengan mengungkapkan dua kata tersebut. Bukan hanya Almeda, Denial pun kini menatap Permata dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang menjadi pertanyaan mereka pastilah apa yang terjadi pada Permata saat pertemuannya dengan Axel. Tapi, untuk mengetahui itu tentu perlu waktu sampai Permata mengatakan semuanya. “Bagaimana dengan Leona?” Tiba-tiba saja Permata bertanya tentang hal yang tidak sedang mereka bahas. “Kamu belum menjawab pertanyaanku, Permata,” tegas Almeda. “Nggak ada yang perlu aku jelaskan. Axel nggak melakukan apa pun ke aku kecuali kami adu mulut. Dan itu seperti biasanya, nggak ada yang kami bicarakan kecuali dia ingin kembali dan bersama dengan kami.”“Dan kata menyerahmu adalah kamu akan semudah itu memberikannya izin?” desis Almeda.“Aku nggak sebodoh itu. Tapi, aku akan menyelesaikan satu per satu. Dan fokusku sekarang adalah Leona.” Jika harus berurusan dengan dua orang sekaligus

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 51. Datang di Waktu Tak Tepat

    “Axel brengsek. Aku akan membalaskan atas semua perbuatanmu kepadaku!” Jeritan itu lagi-lagi memenuhi ruangan dan terdengar sampai ke luar. Leona lupa, jika sekarang hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Satu-satunya yang pernah diperjuangkan – Larena – bahkan sudah hampir bangkrut kalau Permata tidak menyelamatkannya. Dan saat seharusnya dia berbicara dengan Permata tentang pembelian saham Larena atas nama Permata, dia malah disuguhkan oleh kenyataan yang begitu menyakitkan hatinya sebab ulah Axel. Semua hancur. Leona kehilangan Axel, juga sebentar lagi akan kehilangan Larena jika dia tidak mau berbaik hati dengan Permata. Sepertinya ini adalah kesialan Leona yang sudah membuat masalah dengan Permata. Setelah mendapatkan saham begitu besar dari Larena, Permata tidak puas dan masih ingin mengamankan setidaknya sampai dia memiliki 30% saham di sana. Tapi, itu masih diusahakan. “Setelah ini, kita harus berhenti, Permata. Ingat, kamu nggak boleh boros.”“Boros pun aku belinya saham.

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 52. Axel Si Blak-blakan

    Permata tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat tiba-tiba saja Axel datang dan duduk di sampingnya. Mengembalikan ponselnya dengan cara kelewat santai seolah mereka adalah teman lama. Sikap semena-mena yang ditunjukkan Axel mau tak mau membuat sesuatu dalam diri Permata bereaksi. Kesal itu terasa tak bisa dibendung.Tatapan Mario pun tampak bingung dan menuntut. Apalagi ketika lelaki itu bertanya untuk meluruskan situasi yang terjadi.“Kalian bersama?” Permata dan Axel tentulah tahu maksud dari ‘bersama’ yang dikatakan oleh Mario. Secara tidak langsung, lelaki itu ingin mengkonfirmasi apakah mereka sedang berkencang atau sejenisnya.“Tidak.”“Iya.”Permata dan Axel menjawab bersamaan dengan memberikan jawaban yang berbeda. Dan Permata segera menegaskan.“Kami tidak bersama.” Begitu katanya. “Saya pernah bilang kan waktu itu kalau kami memiliki hubungan yang rumit?” Axel menatap Mario untuk mengingatkan tentang ucapannya yang dia lontarkan saat di tempat fitness. “Seharusnya kamu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 53. Apakah Mereka Baik?

    “Oma dan Opa?” Ada sentakan di dalam hati Permata sehingga menimbulkan getaran di dalam hatinya saat mendengar penuturan putranya. Dulu Permata menyangka seandainya keberadaan putranya terungkap, maka masalah akan bertambah besar karena bisa saja dia akan mendapatkan penolakan dari orang tua Axel. Nyatanya itu tidak terjadi. Mereka justru menerima dengan baik. “Mami, apa mereka orang baik?” Lamunan Permata menghilang begitu saja saat pertanyaan Angkasa mengudara. Pertanyaan itu sebenarnya membingungkan. Permata pun tidak tahu apakah mereka orang baik atau tidak. Jika dilihat bagaimana mereka menerima keberadaan Angkasa adalah hasil dari perbuatan Axel, dia bisa menjawab jika dua orang yang dipanggil oma dan opa oleh Angkasa itu adalah orang baik. Tapi siapa yang tahu jika sebenarnya itu hanya akal-akalan mereka saja.“Mami!” Angkasa menggoyang-goyangkan tangan Permata karena lagi-lagi Permata hanya terdiam tak menjawab. Sedangkan Angkasa membutuhkan jawabannya secepatnya. “Mereka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 54. Ini Tentang Bisnis

    "Aku akan memastikan posisimu tergeser hari ini." Permata membatin sampai sebuah suara terdengar di telinganya. “Selamat datang, Berlian.” Miss Gina, editor senior Larena menyambut kedatangan Permata dengan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Hanya ada senyum kecil basa-basi yang dikeluarkan. Permata menerima uluran tangan Miss Gina sambil mengangguk. Dia tak menyangka perempuan itu juga ada di sana. “Terima kasih, Miss Gina.” Kecuali Leona, tidak ada yang menatap Permata dengan wajah mengesalkan. Meskipun dalam pikiran mereka, kejadian ini begitu membingungkan. Bagaimana tidak, Infinity mempermasalahkan karena Larena sudah memperlakukan Permata dengan buruk dan memutus kontrak mereka. Tapi ternyata, Permata justru masuk ke dalam perusahaan untuk menguasai Larena. Ini jelas kejadian yang langka. “Kita mulai saja rapatnya.” Suara itu membuat semua orang yang ada di sana segera fokus pada lembaran-lembaran yang ada di depan mereka. Ada satu orang yang sudah berbicara dan

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 55. Kehancuran Leona

    “Jadi kamu memilih perusahaan ini benar-benar hancur karena keegoisanmu?” Melody mengajukan pertanyaan dengan nada sarkasme. Melody mengangguk dengan khidmat setelahnya. “Baiklah kalau begitu, seharusnya kamu bisa membangkitkan kembali Larena dengan cara yang sudah kamu susun. Bagaimana dengan satu bulan?”“Apa maksudnya dengan satu bulan?” “Batas waktumu untuk menyelesaikan masalah. Kalau kamu tidak bisa melakukannya, itu artinya kamu hanya perlu menuruti ucapan kami. Yang kita butuhkan adalah kepercayaan masyarakat kepada kita. Kita bisa mencoba membuat berita tentang pergantian nama ini. Kita tarik perhatian masyarakat dengan berita ini dan kita lihat respon mereka.” “Benar. Saya setuju dengan usulan tersebut.” Salah satu dari anggota rapat pun menyetujui dan membuat posisi Leona terpojok. “Kenapa di saat seperti ini kalian justru berbarlik menyerang saya? Selama ini saya sudah bekerja dengan keras dan kalian juga menikmati hasilnya. Lalu kenapa sekarang kalian bahkan tidak ada

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 56. Si Licik

    “Apa kamu bilang?” Perasaan sakit itu tak main-main dirasakan oleh Leona. Belum cukup dia ditolak, bahkan Axel menantang untuk mengambil alih miliknya. Air mata yang keluar dari netra Leona seolah berhenti seketika. Dia menatap Axel dengan tatapan kesakitan luar biasa. “Aku nggak sedang main-main.” Axel berdiri sambil menenggelamkan kedua tangannya di saku celana. Tatapannya dingin seperti biasa. Sejak dulu, Axel tak pernah main-main dengan yang diucapkan. Bahkan saat dia tidak menyukai seseorang, maka dia akan mengatakan dengan tegas. Ini tentu berbeda dengan kasusnya dengan Permata yang sengaja mendekati perempuan itu untuk keuntungan pribadinya. Itulah kenapa dia sekarang dihinggapi perasaan bersalah dan ingin menebus kesalahannya kepada perempuan itu. Meskipun, hubungannya dengan Permata masih sangat tidak baik. “Kamu ingin memiliki Larena?” Leona kembali bersuara. “Atas dasar apa? Kalau Larena akan hancur, maka aku yang akan menghancurkannya sendiri. Aku akan membuat orang di

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 57. Tidak Pantas Dipanggil Ayah

    “Aku nggak tahu.” Selama ini, Permata nyaman dengan kesendiriannya. Fokus dengan pekerjaan dan putranya tanpa diributkan dengan masalah asmara. Tentu, masa lalu tetap membayangi. Jika ditanya apakah sekarang dia masih memiliki perasaan kepada Axel, dia pun tidak begitu yakin jika perasaan cinta yang terdahulu itu masih ada atau tidak. Karena memang dulu sangat tulus jatuh cinta kepada lelaki itu. “Aku nggak bisa mengukur perasaanku untuk saat ini. Aku nggak mau coba-coba.” Waktu Permata masih ada di Paris dulu, ada beberapa laki-laki yang mendekatinya. Mereka yang berpikiran terbuka tentang masa lalu Permata pun bahkan tidak mempermasalahkan tentang keberadaan Angkasa saat tahu ternyata Permata seorang janda. Tapi Permata memilih menjauh dan tidak ingin melibatkan dirinya dalam hubungan percintaan. Untungnya, meskipun begitu beberapa lelaki itu tidak dendam dan membocorkan keadaan Permata. “Aku merasa tidak tertarik lagi pada pernikahan.” Tiba-tiba saja Permata bersuara dengan lem

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status