Share

Part 245. Ide 

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tapi itu kan dari ibu kamu, Den. Bukan dari Ayah.” Om Rudy bersuara pada akhirnya menghentikan perdebatan yang terjadi pada kedua anaknya. “Perusahaan Ayah sekarang memang dipegang oleh Radit. Mungkin dalam waktu yang tidak terbatas. Tapi, siapa yang tahu kalau pada akhirnya kamu yang memegangnya suatu saat nanti karena kamu dan Almeda lah yang sebenarnya lebih berhak.”

Denial menggeleng pelan. “Aku mungkin bukan, Yah. Tapi kalau Almeda lebih masuk akal. Bukannya aku nggak mau. Tapi aku sudah berada di Diratama dan aku nggak bisa ke mana-mana.”

“Diratama,” gumam om Rudy. Terdengar sedikit sedih. Nama itu tentu bukan nama yang asing baginya. Itu adalah nama ayah bu Cintya.

Dulu, mantan istrinya itu adalah orang berada meskipun tidak sekaya dirinya. Namun bu Cintya harus kehilangan orang tuanya lebih cepat karena sakit. Ayahnya meninggal lebih dulu di susul ibunya tak lama setelah itu.

“Itu nama Mama, benar ‘kan, Yah?” Denial memastikan.

“Benar. Nama itu adalah nama kakekmu. Beliau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 246. Crystal dan Keahliannya

    Obrolan itu berakhir setelah Crystal menyetujui ide ibu mertuanya. Kini dia masuk ke dalam kamar bersama dengan Denial. Mengambil buku di tasnya dan naik ke atas ranjang. Tidak dipedulikannya Denial yang sejak tadi menatapnya. Crystal seolah tengah mengerjakan PR dari guru di sekolah. “Harus banget kamu ngerjain sekarang, Sayang?” tanya Denial dengan kening mengernyit heran. Lelaki itu ikut naik ke atas kasur dan duduk di samping sang istri. “Mumpung kepalaku punya ide untuk gambar, Mas. Jadi ide itu nggak boleh hilang sia,” jawabnya santai. Hanya membutuhkan waktu sebentar untuk Crystal tenggelam pada pekerjaannya. Entah kenapa semangatnya berkobar seperti api yang bertemu minyak. Tangannya begitu terampil saat mencoretkan pensilnya di atas kertas. Dia hanya menggunakan pensil, dan dia memberikan tanda warna untuk bagian yang digambar. Sehingga esok hari dia bisa membuat dengan lebih cantik. Denial tak terasa dibuat kagum dengan keahlian Crystal. Benar kata ibunya, bakat Crystal

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 247. Kesetaraan

    “Aku tengah berpikir tentang sesuatu.” Crystal berucap pelan sambil memainkan kaos Denial bagian depan dengan memelintirnya. “Bagaimana kalau suatu hari nanti ada sosok lain yang menarik perhatian Mas dan Mas membagi cinta Mas untuk orang lain?” Terkadang, pikiran-pikiran buruk akan selalu memenuhi kepala seorang perempuan tanpa ada ampun. Berpikir buruk tentang masa depan dan mengkhawatirkannya. “Kenapa aku harus membagi cinta kepada orang lain ketika ada satu orang yang berhak mendapatkannya?” Denial masih memeluk Crystal saat dia berbicara. “Aku nggak tahu apakah aku tipe orang seperti itu. Tapi kalau masalah hati, aku rasa aku orang yang cukup setia. Seandainya suatu saat nanti hatiku menginginkan orang lain, maka kamu berhak menahanku.” Obrolan itu cukup sampai di sana. Crystal tidak lagi menanggapi karena dia tahu, pikiran buruknya dan ketakutan yang tidak berdasar itu hanya akan mengganggu istirahat Denial. Ada banyak hal yang perlu diurus oleh Denial esok hari dan tidak seh

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 248. Mengejutkan

    Peletakan batu pertama untuk pembangunan perumahan tersebut dilakukan. Denial juga ditemani oleh ibu dan istrinya. Ini adalah bisnis di luar otomotif yang akan dikerjakan oleh Diratama group. Tapi setelah ini, akan ada bisnis lain yang mengikuti. Dan tentu saja, Diratama group akan semakin besar di bawah pimpinan Denial. “Setelah ini, kita akan bertemu secara personal dengan pimpinan D’ Design. Untuk mempererat hubungan kerja sama kita harus membangun hubungan yang baik dengan mereka.” D’ design adalah perusahaan kontraktor yang menangani pembangunan perumahan Glory house. Selama ini adalah perwakilan dari perusahaan tersebut yang datang untuk meeting dan mengurus semuanya. “Crystal nggak ada yang harus ditemui ‘kan?” tanya bu Cintya menatap ke arah menantunya. “Nggak ada kok, Ma. Hari ini bisa nemani Mas seharian.” Denial yang tengah menyetir itu tersenyum kecil sebelum mengelus rambut sang istri dengan lembut. Tidak ada yang dikatakan kecuali hanya terus fokus pada jalanan yang

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 249. Mengusik Ketenangan

    Denial menatap ke arah Sandra dengan kernyitan di dahinya. Lelaki itu sejak tadi yang hanya terdiam pun sedikit frustasi. Matanya terpejam sebentar sebelum kembali terbuka dan Sandra bahkan menatapnya. Dia hampir bersuara namun bu Cintya bersuara lebih dulu.“Wah, ini benar-benar sebuah kebetulan yang luar biasa.” Sabar saat dia mengatakan itu. “Jadi, Bu Sandra belum menikah?” tanyanya. “Benar, saya belum menikah.” Sandra dengan gamblang menjawab. Seolah dia tak peduli dengan perasaan Crystal yang ada di sana. “Sayang sekali.” Bu Cintya menatap Crystal dengan lembut. Melihat reaksi yang ditunjukkan menantunya yang sejak tadi hanya terdiam. “Saya doakan segera bisa mendapatkan lelaki yang baik dan sesuai keinginan Bu Sandra. Ya, meskipun Ibu dan Denial dulu pernah menjalin hubungan, tapi tentu saja sekarang sudah berbeda. Denial sudah menikah dan sudah berumah tangga.” Sandra tidak terpengaruh. Dia bahkan tidak melepaskan tatapannya ke arah Denial. Membuat Crystal merasa kesal luar

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 250. Ketegasan Denial

    Denial tidak perlu lagi bertanya siapa pemilik suara itu. Itu tentu Sandra. Denial melihat ke arah ranjang dan melihat istrinya dan perempuan itu sudah berbaring dengan nyaman. Denial melangkah ke sana untuk menarik Crystal dan menggoyangkan tubuh perempuan itu meminta perhatian. Crystal membuka matanya dan menatap Denial penuh tanya. Lelaki itu menyodorkan ponselnya ke arah Crystal. “Bicaralah.” Crystal tampak bingung tapi dia segera mengambil ponsel Denial dan menempelkan ke telinganya. “Halo!” Orang yang ada di seberang sana tidak bersuara. Tapi Crystal tetap sabar menunggu. “Halo.” Dia mengulangi dan akhirnya suara itu terdengar. “Bu Crystal. Saya Sandra.” Rahang Crystal segera mengerat saat mendengar nama gadis itu disebut. “Oh, Bu Sandra. Kenapa, Bu? Apa ada yang penting?” Baru kali ini, Crystal merasa ingin sekali meledak dalam emosi setelah sekian lama berhubungan dengan Denial yang selalu baik-baik saja. Perempuan ini, entah kenapa bertingkah seperti ini. Sudah begitu m

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 251. Berita Mengejutkan

    Ruangan rapat itu mendadak hening karena untuk pertama kalinya Denial menumpahkan rasa kesalnya. Tidak ada pelototan. Tapi matanya menunjukkan semuanya. Tatapannya begitu tajam sehingga mampu membuat mengusik ketenangan semua orang. Dia memerhatikan satu per satu orang-orang di sana memberikan penilaian yang begitu mendalam. Dia menganggap di kantor pusat adalah gudangnya orang-orang yang profesional, karena dia melihat memang seperti itulah saat dia mendatangi kantor-kantor showroom, nyatanya, justru di kantor pusat lah dia melihat ada yang tidak beres. “Rapat kali ini selesai.” Denial mengakhiri, kemudian keluar dari ruangan rapat. Membuat orang-orang yang ada di sana mendesah kesal. “Sepertinya dia sudah mulai menunjukkan sifat aslinya.” Satu orang berkacamata bersuara. “Dia nggak seperti CEO kita yang dulu yang memberikan kita kebebasan. Aku pikir, kita nggak boleh diam saja. Meskipun dia pemilik, dia adalah orang baru di sini. Apa kita boleh diperlakukan seperti ini?” Teman-te

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 152. Kabar dalam Informasi

    Denial mendongak dengan mata memerah. Lelaki itu menatap Permata dengan dalam sebelum lelehan air mata itu membanjiri wajahnya. Kepalanya mengangguk cepat dan berkali-kali. “Dia hebat. Dia kuat dan akan segera sembuh. Angkasa pasti sembuh.” Denial tidak pernah selemah ini. Dia tak pernah menangis karena sesuatu. Tapi sekarang, dia tanpa sungkan mengeluarkan semua air matanya. Permata maju untuk memeluk Denial dan mereka melebur pada kesedihan yang sama. Kondisi ini sangat tidak masuk akal, tapi memang inilah yang terjadi. Denial bahkan tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Acara menangis itu selesai setelah mereka bisa mengunjungi Angkasa ke dalam ruangan. Beberapa alat sudah dipasangkan di beberapa titik di dadanya dan hal itu membuat Denial merasa ingin mati detik itu juga. Angkasa masih terlalu muda. Dia baru sepuluh tahun dan tak seharusnya mendapatkan penyakit mematikan itu. “Uncle!” Angkasa tersenyum lemah ketika mengatakan nama Denial. Tangannya yang bebas terangk

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 153. Belum Usai

    Mengesampingkan segala hal yang terjadi, sekarang Denial juga akan membantu Almeda menyingkirkan lelaki tak tahu diri bernama Radit. Hitung-hitung, untuk membalaskan kerugian yang pernah Crystal rasakan akibat perbuatan lelaki itu beberapa bulan yang lalu. Bagaimana caranya, itu urusan nanti. Tapi tentu, ini sudah waktunya menghadapi Radit dari mata ke mata. Tentu, dia tidak akan mengatakan kepada Bu Cintya tentang masalah itu atau perempuan itu akan murka. Biarlah menjadi rahasia antara mereka saja. “Mas kalau mau berhadapan dengan Radit, tolong hati-hati.” Hampir pukul tiga pagi saat Denial pergi dari rumah sakit. Mereka tidak ke rumah melainkan ke apartemen milik Crystal. “Kamu khawatir tentang apa?” tanya Denial, “aku akan terluka?” “Radit itu orangnya nekad. Jadi dia bisa melakukan apa pun dan menghalalkan segala cara untuk menang. Aku nggak mau Mas mendapatkan masalah.” Terlihat jelas kekhawatiran Crystal dan tidak sungkan ditumpahkan kepada Denial. Dia hanya tidak ingin s

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status