Share

Bab 67

Penulis: Merisa storia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 14:23:06

"Apa?!" Bella menarik ponselnya, menatap Daniel tidak percaya. "Kau mengenalnya? Dari mana?"

"Dia adik tiri Sandra, tetanggaku di kontrakan dulu," jelas Daniel. "Livia dulu tinggal bersama Sandra sebelum akhirnya pindah entah ke mana."

"Dan kamu tidak pernah menceritakan ini padaku?" Bella menatapnya curiga.

"Aku tidak tahu dia jadi selingkuhan suamimu dan bekerja di Lysndros Group." Daniel mengangkat bahunya. "Lagi pula, untuk apa aku cerita? Aku bahkan tidak ingat dia sampai kamu menyebutkan ciri-cirinya."

Bella menggigit bibirnya, berpikir keras. "Kamu tahu apa lagi tentang dia?"

Daniel menatap Bella sejenak, seolah menimbang sesuatu. "Menurut pengakuan Sandra, Livia ... menjual diri."

"Apa?!" Bella terlonjak dari sofa, matanya membulat sempurna. "Dia PSK?"

"Itu kata Sandra," Daniel mengangguk. "Livia sering pulang larut malam, kadang dengan pakaian bagus dan parfum mahal yang jelas bukan dari gajinya sebagai cleaning service."

Bella tertawa kecil, tawa yang dingin dan penuh kemena
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 68

    Begitu pintu utama terbuka, Livia disambut oleh interior yang elegan—perpaduan gaya klasik dan modern, dengan cat dinding cream yang hangat dan lantai marmer putih yang mengkilap."Ini rumah siapa?" tanya Livia sekali lagi, matanya berkeliling takjub melihat lukisan-lukisan mahal yang terpajang di dinding.Gavin hanya tersenyum misterius, tidak menjawab pertanyaan Livia. Ia menuntun Livia melalui lorong pendek menuju ruang makan. Dua orang pelayan berseragam rapi langsung membungkuk hormat begitu melihat kedatangan mereka."Selamat malam, Tuan Lysandros," sapa salah satu pelayan. "Semua sudah disiapkan sesuai permintaan Anda.""Terima kasih, Amina," jawab Gavin singkat.Ruang makan itu tidak terlalu besar namun sangat mengesankan. Meja makan untuk dua orang terletak di tengah, dihiasi dengan lilin-lilin kecil dan rangkaian bunga lily putih—menciptakan suasana romantis yang sempurna. Jendela-jendela besar menghadap ke taman belakang yang diterangi lampu-lampu taman."Silakan duduk," Pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 69

    Setelah berbincang kesana kemari, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Livia memutuskan untuk pulang. Mereka masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, keduanya lebih banyak diam. Sesekali Livia melirik ke arah Gavin yang fokus menyetir, senyum tipis tersungging di bibirnya saat mengingat kejadian beberapa jam lalu.Setelah 40 menit, mobil Gavin tiba di area basement. Gavin menghentikan mobilnya di tempat parkir yang sepi. Lampu basement yang temaram menyinari wajah keduanya. Sebelum Livia turun, Gavin meraih tangannya dengan lembut."Livia," suaranya dalam dan penuh keyakinan, "kumohon pertimbangkan lagi untuk menempati rumah itu. Aku benar-benar ingin kamu dan bayi kita tinggal di tempat yang aman dan layak."Livia menghela napas panjang, mata hazelnya bertemu dengan mata cokelat Gavin. Jemarinya memainkan ujung dress putihnya dengan gugup."Terima kasih banyak, Gavin. Sungguh, ini terlalu berlebihan," ucapnya pelan. "Tapi kalau hanya untuk menempati ... kurasa aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 70

    Di dalam kamar, Livia mengganti dress putihnya dengan piyama bermotif bunga-bunga. Ia duduk di tepi ranjang, mata menerawang ke arah langit-langit kamar. Tangannya masih menggenggam kunci rumah pemberian Gavin, jemarinya mengelus permukaan logam itu dengan penuh kehati-hatian."Apakah ini mimpi?" gumamnya pada diri sendiri.Livia berbaring, menarik selimut tipis hingga sebatas dada. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam lalu—wajah Gavin yang tersenyum lembut padanya, tatapan matanya yang penuh perhatian, genggaman tangannya yang hangat. Jantungnya berdebar kencang hanya dengan mengingat semua itu."Ah, tapi aku harus sadar diri dan tidak boleh ke-ge-er-an," bisiknya, memperingatkan diri sendiri. "Gavin melakukan semua ini hanya karena aku mengandung anaknya, bukan karena dia menyukaiku."Livia memiringkan tubuhnya, memandang tembok kamar yang sudah menguning. Matanya mulai terasa berat."Tentu saja itu tidak mungkin terjadi," bisiknya lagi, suaranya semakin pelan. "Pria seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 71

    Livia menekan tombol lift menuju lantai 25, tempat ruangan Gavin berada. Jam tangannya menunjukkan pukul 7:30—tiga puluh menit lebih awal dari jam masuk normal. Entah mengapa, pagi ini ia bangun lebih pagi dari biasanya, mungkin karena kegembiraan tentang rumah barunya masih menggelayuti pikirannya.Saat pintu lift terbuka, lorong masih sepi. Langkah kakinya bergema di lantai yang mengkilap. Livia berhenti sejenak di depan pintu kaca yang memisahkan area eksekutif—tempat ruangan Gavin berada—dengan area staff lainnya. Matanya secara otomatis mencari ke arah pintu berplakat "Direktur Utama" di ujung koridor."Apa dia sudah berangkat?" bisiknya pada diri sendiri, melangkah perlahan mendekati ruangan Gavin.Dengan hati-hati, Livia mengintip melalui jendela kaca yang sedikit tertutup tirai. Ruangan tampak gelap dan kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Meja kerja yang biasanya dipenuhi dokumen kini tertata rapi, komputer dalam keadaan mati, dan kursi kerja Gavin kosong.Li

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 72

    Kantin kantor selalu ramai saat jam makan siang. Livia mengambil nampan, mengantri di belakang puluhan karyawan lainnya. Matanya mencari-cari sosok Elena, dan menemukan sahabatnya itu sudah duduk di meja pojok dekat jendela."Maaf, aku telat, keasyikan berbincang di telepon," kata Livia, meletakkan nampan berisi nasi, sayur asem, dan ayam goreng di meja.Elena mengibaskan tangannya santai. "Tidak apa-apa. Memangnya telepon dari siapa? Kelihatannya penting sekali sampai kamu terlambat makan siang."Wajah Livia merona, ia menunduk, berpura-pura sibuk dengan makanannya. "Gavin," bisiknya pelan.Mata Elena melebar. "Wow! CEO kita yang sedang di Singapura itu menyempatkan diri meneleponmu di tengah kesibukannya? Manis sekali!""Ssst! Jangan keras-keras!" Livia menyikut lengan Elena, matanya waspada melirik ke sekitar. "Dia hanya menanyakan kabar dan mengingatkanku untuk makan dan minum vitamin.""Ya, ya, tentu saja," goda Elena, menyendokkan nasi ke mulutnya. "Kalian seperti pasangan yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 73

    Jam kerja berakhir, lampu-lampu ruangan satu per satu dimatikan. Livia membereskan pekerjaannya dengan gerakan lambat, masih memikirkan gosip yang ia dengar siang tadi. Sementara Elena menunggunya di pintu, seperti biasa."Siap pulang?" tanya Elena sembari tersenyum hangat.Livia mengangguk, menyelempangkan tasnya. "Ayo kita pulang tuan putri," Elena tertawa kecil, mengaitkan lengannya pada lengan Livia. Mereka melangkah meninggalkan gedung perkantoran. Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat pada jalanan kota yang mulai padat dengan kendaraan jam pulang kerja. Livia dan Elena berjalan berdampingan, sesekali tertawa kecil membicarakan hal-hal ringan, berusaha melupakan gosip yang menggelisahkan."Jadi, kamu sudah memikirkan tawaran dia soal rumah itu?" tanya Elena."Hmm, aku—""HEI, PELACUR!"Teriakan itu membekukan langkah Livia dan Elena. Keduanya menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang wanita cantik melangkah cepat ke arah mereka dengan wajah merah padam penuh a

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 74

    Jemari Livia sedikit bergetar saat mencari kontak Gavin. Haruskah ia menceritakan tentang Bella yang melabraknya? Tapi itu hanya akan menambah beban pikiran Gavin yang sedang sibuk dengan perusahaannya di Singapura."Halo?" suara Gavin terdengar dari seberang. "Livia?""Hai, Gavin," Livia berusaha terdengar normal, meski hatinya masih berdebar kencang mengingat kejadian tadi. "Maaf mengganggumu. Apa kamu sedang sibuk?""Tidak, aku baru selesai makan malam. Ada apa?"Livia menarik napas dalam-dalam. "Aku ... aku sudah memutuskan untuk menerima tawaranmu. Aku dan Elena akan menempati rumah itu, kalau masih boleh."Ada jeda sejenak, kemudian Livia bisa mendengar senyum dalam suara Gavin."Tentu saja boleh," jawab Gavin, nada suaranya terdengar lega dan gembira. "Kapan kalian akan pindah?""Mungkin malam ini juga, kalau tidak keberatan.""Malam ini?" Gavin terdengar terkejut. "Keputusan yang sangat mendadak?"Livia melirik Elena yang mengangguk memberi dukungan. "Tidak ada alasan khusus.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 75

    Belum sempat Livia dan Elena menjelajahi rumah baru mereka, sebuah suara lembut mengalihkan perhatian keduanya."Selamat malam, Nona."Seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah berdiri di ambang pintu ruang tengah. Ia mengenakan seragam pelayan berwarna abu-abu dengan celemek putih bersih. Rambutnya yang mulai beruban diikat rapi ke belakang."Tuan Gavin sudah memberitahu kedatangan Nona-nona malam ini," wanita itu membungkuk sopan. "Mari, saya tunjukkan kamar yang sudah saya persiapkan untuk Nona-nona."Elena melirik Livia, alisnya terangkat takjub. "Kita bahkan punya pelayan pribadi?" bisiknya.Amina menuntun mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Koridor dengan dinding putih bersih dan beberapa lukisan pemandangan terbentang di hadapan mereka. "Ada empat kamar tidur di lantai ini," jelas Amina sembari berjalan. "Dua kamar menghadap ke depan dengan pemandangan taman depan dan samping, dua lainnya menghadap ke belakang dengan pemandangan taman belakang. Semua kamar memiliki ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30

Bab terbaru

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 76

    Setelah menutup telepon, Livia masih duduk termenung di tepi tempat tidur. Perubahan hidupnya begitu drastis dan tiba-tiba, membuatnya kadang merasa seperti sedang bermimpi.Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Liv? Boleh aku masuk?" suara Elena terdengar dari balik pintu."Tentu, El. Masuklah."Elena masuk dengan menenteng dua cangkir teh hangat. "Barusan Mbak Amina membuatkan kita ini." Ia menyodorkan salah satu cangkir kepada Livia."Terima kasih," Livia menerima cangkir itu, menghirup aromanya yang menenangkan. "Sudah mencoba kasurmu? Empuk sekali, kan?"Elena terkekeh, duduk di sebelah Livia. "Seperti tidur di atas awan," jawabnya sambil menyeruput tehnya perlahan. "Tadi kamu menelepon Gavin?"Livia mengangguk. "Dia menyarankan agar aku berhenti bekerja, tapi aku bilang aku ingin tetap bekerja sampai kandunganku berusia enam bulan.""Dan dia setuju?""Iya, meski tampak sedikit khawatir."Elena menatap sekeliling kamar mewah itu, lalu kembali menatap Livia dengan senyum

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 75

    Belum sempat Livia dan Elena menjelajahi rumah baru mereka, sebuah suara lembut mengalihkan perhatian keduanya."Selamat malam, Nona."Seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah berdiri di ambang pintu ruang tengah. Ia mengenakan seragam pelayan berwarna abu-abu dengan celemek putih bersih. Rambutnya yang mulai beruban diikat rapi ke belakang."Tuan Gavin sudah memberitahu kedatangan Nona-nona malam ini," wanita itu membungkuk sopan. "Mari, saya tunjukkan kamar yang sudah saya persiapkan untuk Nona-nona."Elena melirik Livia, alisnya terangkat takjub. "Kita bahkan punya pelayan pribadi?" bisiknya.Amina menuntun mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Koridor dengan dinding putih bersih dan beberapa lukisan pemandangan terbentang di hadapan mereka. "Ada empat kamar tidur di lantai ini," jelas Amina sembari berjalan. "Dua kamar menghadap ke depan dengan pemandangan taman depan dan samping, dua lainnya menghadap ke belakang dengan pemandangan taman belakang. Semua kamar memiliki ka

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 74

    Jemari Livia sedikit bergetar saat mencari kontak Gavin. Haruskah ia menceritakan tentang Bella yang melabraknya? Tapi itu hanya akan menambah beban pikiran Gavin yang sedang sibuk dengan perusahaannya di Singapura."Halo?" suara Gavin terdengar dari seberang. "Livia?""Hai, Gavin," Livia berusaha terdengar normal, meski hatinya masih berdebar kencang mengingat kejadian tadi. "Maaf mengganggumu. Apa kamu sedang sibuk?""Tidak, aku baru selesai makan malam. Ada apa?"Livia menarik napas dalam-dalam. "Aku ... aku sudah memutuskan untuk menerima tawaranmu. Aku dan Elena akan menempati rumah itu, kalau masih boleh."Ada jeda sejenak, kemudian Livia bisa mendengar senyum dalam suara Gavin."Tentu saja boleh," jawab Gavin, nada suaranya terdengar lega dan gembira. "Kapan kalian akan pindah?""Mungkin malam ini juga, kalau tidak keberatan.""Malam ini?" Gavin terdengar terkejut. "Keputusan yang sangat mendadak?"Livia melirik Elena yang mengangguk memberi dukungan. "Tidak ada alasan khusus.

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 73

    Jam kerja berakhir, lampu-lampu ruangan satu per satu dimatikan. Livia membereskan pekerjaannya dengan gerakan lambat, masih memikirkan gosip yang ia dengar siang tadi. Sementara Elena menunggunya di pintu, seperti biasa."Siap pulang?" tanya Elena sembari tersenyum hangat.Livia mengangguk, menyelempangkan tasnya. "Ayo kita pulang tuan putri," Elena tertawa kecil, mengaitkan lengannya pada lengan Livia. Mereka melangkah meninggalkan gedung perkantoran. Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat pada jalanan kota yang mulai padat dengan kendaraan jam pulang kerja. Livia dan Elena berjalan berdampingan, sesekali tertawa kecil membicarakan hal-hal ringan, berusaha melupakan gosip yang menggelisahkan."Jadi, kamu sudah memikirkan tawaran dia soal rumah itu?" tanya Elena."Hmm, aku—""HEI, PELACUR!"Teriakan itu membekukan langkah Livia dan Elena. Keduanya menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang wanita cantik melangkah cepat ke arah mereka dengan wajah merah padam penuh a

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 72

    Kantin kantor selalu ramai saat jam makan siang. Livia mengambil nampan, mengantri di belakang puluhan karyawan lainnya. Matanya mencari-cari sosok Elena, dan menemukan sahabatnya itu sudah duduk di meja pojok dekat jendela."Maaf, aku telat, keasyikan berbincang di telepon," kata Livia, meletakkan nampan berisi nasi, sayur asem, dan ayam goreng di meja.Elena mengibaskan tangannya santai. "Tidak apa-apa. Memangnya telepon dari siapa? Kelihatannya penting sekali sampai kamu terlambat makan siang."Wajah Livia merona, ia menunduk, berpura-pura sibuk dengan makanannya. "Gavin," bisiknya pelan.Mata Elena melebar. "Wow! CEO kita yang sedang di Singapura itu menyempatkan diri meneleponmu di tengah kesibukannya? Manis sekali!""Ssst! Jangan keras-keras!" Livia menyikut lengan Elena, matanya waspada melirik ke sekitar. "Dia hanya menanyakan kabar dan mengingatkanku untuk makan dan minum vitamin.""Ya, ya, tentu saja," goda Elena, menyendokkan nasi ke mulutnya. "Kalian seperti pasangan yang

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 71

    Livia menekan tombol lift menuju lantai 25, tempat ruangan Gavin berada. Jam tangannya menunjukkan pukul 7:30—tiga puluh menit lebih awal dari jam masuk normal. Entah mengapa, pagi ini ia bangun lebih pagi dari biasanya, mungkin karena kegembiraan tentang rumah barunya masih menggelayuti pikirannya.Saat pintu lift terbuka, lorong masih sepi. Langkah kakinya bergema di lantai yang mengkilap. Livia berhenti sejenak di depan pintu kaca yang memisahkan area eksekutif—tempat ruangan Gavin berada—dengan area staff lainnya. Matanya secara otomatis mencari ke arah pintu berplakat "Direktur Utama" di ujung koridor."Apa dia sudah berangkat?" bisiknya pada diri sendiri, melangkah perlahan mendekati ruangan Gavin.Dengan hati-hati, Livia mengintip melalui jendela kaca yang sedikit tertutup tirai. Ruangan tampak gelap dan kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Meja kerja yang biasanya dipenuhi dokumen kini tertata rapi, komputer dalam keadaan mati, dan kursi kerja Gavin kosong.Li

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 70

    Di dalam kamar, Livia mengganti dress putihnya dengan piyama bermotif bunga-bunga. Ia duduk di tepi ranjang, mata menerawang ke arah langit-langit kamar. Tangannya masih menggenggam kunci rumah pemberian Gavin, jemarinya mengelus permukaan logam itu dengan penuh kehati-hatian."Apakah ini mimpi?" gumamnya pada diri sendiri.Livia berbaring, menarik selimut tipis hingga sebatas dada. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam lalu—wajah Gavin yang tersenyum lembut padanya, tatapan matanya yang penuh perhatian, genggaman tangannya yang hangat. Jantungnya berdebar kencang hanya dengan mengingat semua itu."Ah, tapi aku harus sadar diri dan tidak boleh ke-ge-er-an," bisiknya, memperingatkan diri sendiri. "Gavin melakukan semua ini hanya karena aku mengandung anaknya, bukan karena dia menyukaiku."Livia memiringkan tubuhnya, memandang tembok kamar yang sudah menguning. Matanya mulai terasa berat."Tentu saja itu tidak mungkin terjadi," bisiknya lagi, suaranya semakin pelan. "Pria seper

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 69

    Setelah berbincang kesana kemari, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Livia memutuskan untuk pulang. Mereka masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, keduanya lebih banyak diam. Sesekali Livia melirik ke arah Gavin yang fokus menyetir, senyum tipis tersungging di bibirnya saat mengingat kejadian beberapa jam lalu.Setelah 40 menit, mobil Gavin tiba di area basement. Gavin menghentikan mobilnya di tempat parkir yang sepi. Lampu basement yang temaram menyinari wajah keduanya. Sebelum Livia turun, Gavin meraih tangannya dengan lembut."Livia," suaranya dalam dan penuh keyakinan, "kumohon pertimbangkan lagi untuk menempati rumah itu. Aku benar-benar ingin kamu dan bayi kita tinggal di tempat yang aman dan layak."Livia menghela napas panjang, mata hazelnya bertemu dengan mata cokelat Gavin. Jemarinya memainkan ujung dress putihnya dengan gugup."Terima kasih banyak, Gavin. Sungguh, ini terlalu berlebihan," ucapnya pelan. "Tapi kalau hanya untuk menempati ... kurasa aku

  • Dicampakkan Calon Suami, Dikejar Tuan Kaya Raya   Bab 68

    Begitu pintu utama terbuka, Livia disambut oleh interior yang elegan—perpaduan gaya klasik dan modern, dengan cat dinding cream yang hangat dan lantai marmer putih yang mengkilap."Ini rumah siapa?" tanya Livia sekali lagi, matanya berkeliling takjub melihat lukisan-lukisan mahal yang terpajang di dinding.Gavin hanya tersenyum misterius, tidak menjawab pertanyaan Livia. Ia menuntun Livia melalui lorong pendek menuju ruang makan. Dua orang pelayan berseragam rapi langsung membungkuk hormat begitu melihat kedatangan mereka."Selamat malam, Tuan Lysandros," sapa salah satu pelayan. "Semua sudah disiapkan sesuai permintaan Anda.""Terima kasih, Amina," jawab Gavin singkat.Ruang makan itu tidak terlalu besar namun sangat mengesankan. Meja makan untuk dua orang terletak di tengah, dihiasi dengan lilin-lilin kecil dan rangkaian bunga lily putih—menciptakan suasana romantis yang sempurna. Jendela-jendela besar menghadap ke taman belakang yang diterangi lampu-lampu taman."Silakan duduk," Pe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status