Share

Dicambuk atau Diceraikan?
Dicambuk atau Diceraikan?
Penulis: Eman Nur

Bab 1

Penulis: Eman Nur
Seberapa memalukan hukuman cambuk di Diusz? Di bawah tatapan beberapa pria kekar, rokku disingkap ke atas dengan kasar dan aku langsung dicambuk. Akan tetapi, suamiku malah bersemangat, sampai-sampai tubuh bagian bawah miliknya bereaksi. Malam itu, akhirnya aku bisa merasakan kembali kebahagiaanku yang telah lama hilang ….

Namaku Vanessa Irlendy, aku berusia 28 tahun, seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki seorang anak.

Tahun lalu setelah melahirkan, mungkin karena pengaruh hormon, kebutuhan biologisku menjadi makin kuat. Akan tetapi, suamiku, Ryan Cottorn, tidak mau menyentuhku lagi. Kami pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, tetapi tidak ada yang salah pada suamiku.

Setelah melahirkan, aku selalu menjaga tubuhku dengan baik. Bentuk tubuhku masih sangat montok, bahkan ukuran dadaku juga menjadi lebih besar dari pada saat sebelum melahirkan …. Dokter menduga masalahnya terletak pada dua hal.

Pertama, melahirkan secara alami pasti akan memengaruhi pengalaman seksual yang dirasakan Ryan.

Kedua, kehadiran Ryan selama proses persalinan, mungkin membuatnya mengalami tekanan dan menderita trauma secara psikologis.

Untuk mendapatkan kembali sensasi kebahagiaan saat melakukan hubungan seksual, kami memutuskan untuk pergi berbulan madu lagi. Perjalanan wisata ke Diusz selama sebulan pun dimulai.

Ketika kami tiba di tempat tujuan dan baru saja turun dari pesawat, suamiku tiba-tiba mengedipkan mata padaku dan menyerahkan sebuah kotak kecil padaku.

"Pergi ke kamar kecil dan kenakan ini!"

Aku penasaran dan bertanya, "Apa ini?"

Dia buru-buru menghentikanku saat aku ingin membuka kotak itu dan membisikkan sesuatu di telingaku.

Aku ragu-ragu dan pergi ke kamar kecil untuk membukanya. Sekilas, aku melihat mainan berwarna merah muda yang tampak berbentuk seperti sebuah terong.

Suamiku bilang benda ini punya efek memperbaiki daerah kewanitaan dan bisa membuatku lebih kencang bagaikan gadis yang masih perawan.

Raut wajahku tampak keberatan, tetapi diam-diam aku merasa senang.

Tampaknya suamiku juga sedikit tidak sabaran!

Demi kebahagiaan masa depanku dan agar penyakit suamiku dapat sembuh secepatnya, aku mengertakkan gigi dan menuruti permintaannya.

Aku menahan rasa tidak nyaman itu dan keluar dari kamar kecil dengan canggung. Suamiku tampak penuh berharap.

"Apakah kamu sudah memakainya?"

Aku menggigit bibir dan mengangguk.

Suamiku makin bersemangat dan menarikku ke tengah kerumunan.

Aku tak dapat menahan diri dan merasa tegang. Aku berusaha keras mempertahankan sikap tenangku, karena takut ketahuan orang lain.

Namun, makin gugup, makin membuatku curiga. Aku selalu merasa dikelilingi oleh tatapan yang agresif dan mimik mesum lawan jenis, seolah-olah tatapan mereka dapat menembus sampai ke dalam pakaianku.

Tiba-tiba, terjadi getaran yang kuat.

"Hm …."

Kakiku lemas dan aku hampir terjatuh ke tanah.

Reaksiku menarik makin banyak perhatian dan tanda tanya orang-orang di sekitarku. Aku dengan cemas meraih lengan suamiku, tiba-tiba aku menyadari kalau dia sedang memegang sebuah remote control kecil di tangannya dan menekannya dengan kuat. Dia mencondongkan tubuhnya ke telingaku. Napasnya langsung menuju ke daun telinga dan leherku, membuatku merasa gatal.

"Bagaimana? Enak tidak?"

Aku merasa malu dan jengkel, lalu aku mencubit pinggangnya dengan keras.

Kalau bukan karena ada banyak orang di depan, aku pasti sudah memarahinya!

Namun, suamiku memelukku dan bernapas dengan kencang.

"Aku … aku mulai merasakannya!"

Usai mengatakan itu, dia dengan kasar menarikku dan kami bergegas ke hotel. Tanpa mandi, dia langsung mendorongku ke tempat tidur.

Jantungku berdetak kencang dan aku sangat menantikannya.

Kalau cara ini bisa berhasil, aku juga pasti bersedia melakukannya.

Namun, begitu dia berbaring di atasku dan menggigitku kurang dari semenit, wajahnya langsung pucat.

Suamiku pergi ke kamar mandi dengan wajah pucat. Dia mengganti pakaian dalamnya, lalu merokok. Nada bicaranya penuh dengan rasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Maafkan aku, aku …."

Aku memeluknya erat dan menenangkannya dengan lembut.

"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja! Sekarang kita sudah menemukan caranya, cepat atau lambat kamu pasti bisa pulih!"

Usai mengatakan itu, aku merasa hampa dan sangat kecewa.

Ketika dia tertidur lelap, aku merasa sangat gelisah dan kepanasan merayap di sekujur tubuhku.

Malam itu, aku tidak bisa tidur sama sekali.

Keesokan paginya, suamiku bertingkah aneh lagi. Dia mengeluarkan gaun putih dan mendesakku untuk mengenakannya.

Gaun itu tampak indah. Potongan kain pada bagian dada dan pinggangnya sangat pendek, benar-benar mampu menonjolkan lekukan tubuhku.

Namun, bahannya terlalu tipis, warna serta motif pakaian dalamku dapat terlihat dengan jelas. Aku terlalu malu untuk memakainya di luar.

Bab terkait

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 2

    Suamiku memohon dengan suara pelan, "Tolonglah! Saat aku melihatmu mengenakan gaun, aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu. Gaun ini dapat membangkitkan fantasiku!" "Kalau kamu khawatir pakaian dalammu kelihatan … sekalian saja nggak usah dipakai! Lagi pula, kita sedang berada di negara asing dan tidak ada yang mengenal kita. Semuanya demi kebahagiaan kita kelak …" lanjut suamiku. Melihat suamiku menatapku dengan mata berbinar, aku menggertakkan gigi dan mengangguk setuju. Suamiku sangat bersemangat. Dia membawa kamera DSLR dan mengajakku ke berbagai tempat wisata dan pantai pesisir yang ramai. Dia mengambil fotoku dari waktu ke waktu, katanya semua itu untuk mengambil penampilan terbaikku. Aku dapat dengan jelas merasakan tatapan mata membara yang tak terhitung jumlahnya, melotot ke arahku. Pandangan mata mereka seakan akan menembus ke dalam pakaianku. Beberapa pria yang lebih berani, datang mendekat dan berbicara padaku. Malam harinya, seorang laki-laki asing bertubu

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 3

    Kalau tidak, kami akan dituntut dan bahkan dijatuhi hukuman. Aku dan suamiku benar-benar panik. Manajer itu tampak tidak sabar, dia kembali berkata, "Kalau tidak ada bukti kuat, kami tidak akan menangkap orang sesuka hati! Menurut laporan dari orang asing tadi, kamu bahkan tidak mengenakan pakaian dalam apa pun di balik rokmu. Kamu bahkan sengaja mengangkat rokmu untuk merayunya." "Beranikah kau membiarkan orang-orang kami melepas rokmu dan memeriksanya?" lanjut manajer itu. Aku begitu marah sampai hampir menangis. Aku dengan kesal memukul suamiku beberapa kali dengan tinjuku. "Ini semua salahmu. Kalau bukan karenamu …." Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bahkan tidak bisa membuktikan kalau aku sama sekali tidak bersalah! Suamiku juga menjadi cemas dan menggertakkan giginya, lalu dia mengeluarkan berbagai dokumen dari ranselnya. "Kami adalah pasangan suami istri, kami hanya bersenang-senang dan mengambil beberapa foto …." Sambil berbicara, dia menunjukkan foto-foto dari ka

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 4

    Rasa sakit yang tiba-tiba itu membuat tubuhku bergetar hebat. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya ikatanku dilepas. Kakiku gemetar dan aku hampir terjatuh ke lantai. Sekalipun gaunku masih utuh, gaun itu sudah terkena noda sesuatu yang menjijikkan dan membuatku ingin mencabik-cabiknya. Ketika suamiku datang menopangku, aku mendorongnya karena merasa malu dan marah. "Pergi, jangan sentuh aku!" Suamiku berbisik, "Ssst … jangan buat masalah lagi, aku akan mengantarmu kembali!" Aku merasa makin terhina. Memangnya aku yang sudah membuat semua keributan ini? "Ryan, apakah kamu itu seorang pria? Kenapa kamu tidak datang untuk menyelamatkanku tadi?" Kalau saja aku tahu aku akan mengalami penghinaan seperti ini, lebih baik aku masuk penjara! Tidak, kenapa aku yang harus masuk penjara? Ini semua salah Ryan! Kalau saja bukan karena ide buruknya, kesalahpahaman ini tidak akan terjadi. Ryan mengedipkan matanya, wajahnya tampak polos. "Maafkan aku, ini semua salahku. Aku terlalu impulsi

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 5

    Ryan menjelaskan karena waktu sebelumnya terlalu menghabiskan tenaga dan menggunakan cambuk bukan lagi hal baru, jadi mereka perlu mencari rangsangan baru. Dalam beberapa hari berikutnya, dengan kata-kata manis dan permohonan sungguh-sungguh dari Ryan, kami mendapat lebih banyak pengalaman segar dan menarik. Misalnya, di pantai, tiba-tiba rokku diangkat. Contoh lainnya, di pusat perbelanjaan yang ramai, dia sengaja mempermalukanku. Yang lainnya lagi, ketika naik bus, wajahnya mungkin tampak serius, tetapi sebenarnya …. Aku yang tadinya malu dan kesal, berangsur-angsur menjadi kooperatif, karena aksinya dalam aspek itu selalu mengejutkanku. Meskipun aku enggan mengakuinya. Namun, aku tampaknya juga menyukai perasaan saat mencari sensasi baru ini. Hanya saja, aku masih menyimpan beberapa keraguan dan penyesalan di hatiku. Artinya, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Ryan tidak akan pernah bisa menandingi penampilannya saat di kantor manajemen malam itu. Sungguh memalukan

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 6

    Apakah mungkin dia juga tertipu? "Sudahlah, aku cuma bercanda! Pacarku dan aku sudah sepakat untuk pergi ke negara lain selama beberapa hari. Aku janji aku tidak akan menjadi orang ketiga dalam kencan kalian!" Usai Hanna mengucapkan beberapa patah kata lagi, dia hendak menutup panggilan video. Namun, tiba-tiba aku menggelengkan kepala. "Tidak, sebaiknya kamu datang saja, aku agak takut …." Malam itu, Ryan datang lagi dengan senang hati untuk berhubungan badan denganku. Dia berencana untuk membawaku ke taman di tengah malam, dia ingin merasakan bagaimana rasanya bermain di alam liar dan juga mengambil beberapa foto. Aku menggelengkan kepala tanpa sadar. "Lupakan saja. Aku agak lelah akhir-akhir ini. Lagi pula, ada kamera CCTV di taman, ada juga orang yang berlarian di malam hari …." Ryan tersenyum dan membujukku, "Ini semua untuk menyembuhkan penyakitku, bukankah kamu juga menyukai sensasi yang mengasyikkan ini?" Aku menggelengkan kepala lagi. "Aku benar-benar merasa tidak enak ba

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 7

    Malam itu, dia dengan sengaja menyembunyikannya dariku. Sama halnya, itu juga merupakan sebuah perlindungan bagiku. “Aku baik-baik saja, hanya saja sedikit kurang tidur!” Ryan menghela napas lega dan berkata, “Baguslah kalau begitu. Aku sudah membuat janji untuk mengambil foto hari ini, jadi kita tidak boleh menundanya!" Seketika itu, hatiku merasa sangat kecewa. “Hari ini masih mau harus pergi mengambil foto?” Ryan kembali berkata seolah itu adalah hal yang biasa, “Tadi malam, bukankah kamu sudah berjanji padaku? Dengan susah payah, kita akhirnya bisa keluar bersama. Mari kita ambil beberapa foto untuk dijadikan kenang-kenangan!” Saat sedang bicara, dia mendekatkan diri ke telingaku, suaranya terdengar sangat menggoda. “Aku sudah memesan tempat di kolam renang atap sebuah hotel mewah! Hasilnya pasti akan sangat memuaskan!” “Aku sudah memesan semua tempat itu, kamu tidak perlu khawatir kalau ada yang melihatnya. Kita bebas main sepuasnya!” Kalau tadi malam, aku pasti akan ter

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 8

    Staf hotel itu berbicara dengan gugup, "Meskipun kalian sudah memesan tempat ini, tetap tidak bisa melakukan hal-hal yang tidak pantas di sini ...." Ryan menjawab dengan marah, "Apa yang kami lakukan adalah hak kami! Pelanggan adalah raja!" Pada awalnya, aku tidak menyadari ada yang salah. Akan tetapi tiba-tiba semuanya menjadi jelas bagiku. "Tunggu dulu," kataku sambil memandang sekitar dengan cemas. "Bagaimana kamu tahu kami berada di sini ...." Kecemasan menderaku, seketika memeriksa sekeliling untuk memastikan tidak ada kamera tersembunyi yang terlewat. Kemudian staf itu menjelaskan dengan nada ragu, "Ehem ... lantai bawah kolam renang di atap ini terbuat dari kaca tembus pandang! Apa pun yang kalian lakukan di dalam kolam renang ini, semua pelanggan di restoran bawah bisa melihatnya dengan jelas!" Kata-kata itu membuatku hampir pingsan. Perasaan kecewa dan malu menghantamku seperti gelombang besar. Jadi, semua yang kami lakukan di kolam renang tadi ... terlihat jelas seperti

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 9

    Aku tidak terlalu berani melawan, takut kelompok orang ini akan melakukan hal yang lebih gila lagi. "Ryan, tolong aku .... " Aku berteriak sekuat tenaga. Aku menaruh harapanku pada Ryan, berharap dia masih memiliki sedikit hati nurani. Sayangnya, aku meremehkan kekejamannya. Mungkin, sejak awal aku tidak pernah benar-benar memahami siapa dia. Pria yang dulu berjanji tidak akan pernah membohongiku dan tidak akan membiarkanku kecewa, kini membuatku hancur sepenuhnya! Tawa sinis terus terdengar di telingaku. Cambuk yang sudah direndam air terus mencambukku dengan keras, tetapi rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa sakit hatiku. Ryan mengeluarkan penutup mata dan memasangkannya padaku dengan gugup. "Jangan melawan. Makin melawan, makin kamu merasa sakit! Nurut dan tiarap yang benar, nanti akan kuberi hadiah .... " Tepat saat hatiku hampir tenggelam dalam keputusasaan. "Brak!" Pintu di lantai atas tiba-tiba terbuka dengan keras! "Berhenti!" Itu suara Hanna. Akhirnya dia da

Bab terbaru

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 10

    Aku menceritakan semuanya dengat sangat rinci pada Hanna karena panik dan ketakutan. Tanpa banyak bicara, Hanna langsung membawa pacarnya dan terbang malam itu juga. Kegelisahan membuatku terjaga semalaman. Meskipun menurut perkiraan Hanna, keadaan mungkin sudah mencapai titik terburuk. Namun, bagaimana kalau itu hanya salah paham? Bahkan sebelum kelompok orang itu menangkapku dan berniat memberiku "hukuman cambuk", aku masih berusaha memohon pada Ryan. Aku berdoa dia bisa menyadari kesalahannya di saat terakhir. Pria yang pernah aku cintai, justru menghancurkan hatiku perlahan-lahan! Dia hanya bisa melihat, saat pria lain di depannya memperlakukanku dengan kejam. Aku membencinya. Ingin sekali aku mengoyak hatinya dan mengetahui isinya! Tidak lama kemudian, beberapa orang yang sempat melarikan diri akhirnya tertangkap juga. Hanna dan Leon sudah melapor polisi sebelumnya. Polisi langsung datang untuk menangkap mereka semua. Baru sampai titik ini, Ryan akhirnya berhenti memba

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 9

    Aku tidak terlalu berani melawan, takut kelompok orang ini akan melakukan hal yang lebih gila lagi. "Ryan, tolong aku .... " Aku berteriak sekuat tenaga. Aku menaruh harapanku pada Ryan, berharap dia masih memiliki sedikit hati nurani. Sayangnya, aku meremehkan kekejamannya. Mungkin, sejak awal aku tidak pernah benar-benar memahami siapa dia. Pria yang dulu berjanji tidak akan pernah membohongiku dan tidak akan membiarkanku kecewa, kini membuatku hancur sepenuhnya! Tawa sinis terus terdengar di telingaku. Cambuk yang sudah direndam air terus mencambukku dengan keras, tetapi rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa sakit hatiku. Ryan mengeluarkan penutup mata dan memasangkannya padaku dengan gugup. "Jangan melawan. Makin melawan, makin kamu merasa sakit! Nurut dan tiarap yang benar, nanti akan kuberi hadiah .... " Tepat saat hatiku hampir tenggelam dalam keputusasaan. "Brak!" Pintu di lantai atas tiba-tiba terbuka dengan keras! "Berhenti!" Itu suara Hanna. Akhirnya dia da

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 8

    Staf hotel itu berbicara dengan gugup, "Meskipun kalian sudah memesan tempat ini, tetap tidak bisa melakukan hal-hal yang tidak pantas di sini ...." Ryan menjawab dengan marah, "Apa yang kami lakukan adalah hak kami! Pelanggan adalah raja!" Pada awalnya, aku tidak menyadari ada yang salah. Akan tetapi tiba-tiba semuanya menjadi jelas bagiku. "Tunggu dulu," kataku sambil memandang sekitar dengan cemas. "Bagaimana kamu tahu kami berada di sini ...." Kecemasan menderaku, seketika memeriksa sekeliling untuk memastikan tidak ada kamera tersembunyi yang terlewat. Kemudian staf itu menjelaskan dengan nada ragu, "Ehem ... lantai bawah kolam renang di atap ini terbuat dari kaca tembus pandang! Apa pun yang kalian lakukan di dalam kolam renang ini, semua pelanggan di restoran bawah bisa melihatnya dengan jelas!" Kata-kata itu membuatku hampir pingsan. Perasaan kecewa dan malu menghantamku seperti gelombang besar. Jadi, semua yang kami lakukan di kolam renang tadi ... terlihat jelas seperti

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 7

    Malam itu, dia dengan sengaja menyembunyikannya dariku. Sama halnya, itu juga merupakan sebuah perlindungan bagiku. “Aku baik-baik saja, hanya saja sedikit kurang tidur!” Ryan menghela napas lega dan berkata, “Baguslah kalau begitu. Aku sudah membuat janji untuk mengambil foto hari ini, jadi kita tidak boleh menundanya!" Seketika itu, hatiku merasa sangat kecewa. “Hari ini masih mau harus pergi mengambil foto?” Ryan kembali berkata seolah itu adalah hal yang biasa, “Tadi malam, bukankah kamu sudah berjanji padaku? Dengan susah payah, kita akhirnya bisa keluar bersama. Mari kita ambil beberapa foto untuk dijadikan kenang-kenangan!” Saat sedang bicara, dia mendekatkan diri ke telingaku, suaranya terdengar sangat menggoda. “Aku sudah memesan tempat di kolam renang atap sebuah hotel mewah! Hasilnya pasti akan sangat memuaskan!” “Aku sudah memesan semua tempat itu, kamu tidak perlu khawatir kalau ada yang melihatnya. Kita bebas main sepuasnya!” Kalau tadi malam, aku pasti akan ter

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 6

    Apakah mungkin dia juga tertipu? "Sudahlah, aku cuma bercanda! Pacarku dan aku sudah sepakat untuk pergi ke negara lain selama beberapa hari. Aku janji aku tidak akan menjadi orang ketiga dalam kencan kalian!" Usai Hanna mengucapkan beberapa patah kata lagi, dia hendak menutup panggilan video. Namun, tiba-tiba aku menggelengkan kepala. "Tidak, sebaiknya kamu datang saja, aku agak takut …." Malam itu, Ryan datang lagi dengan senang hati untuk berhubungan badan denganku. Dia berencana untuk membawaku ke taman di tengah malam, dia ingin merasakan bagaimana rasanya bermain di alam liar dan juga mengambil beberapa foto. Aku menggelengkan kepala tanpa sadar. "Lupakan saja. Aku agak lelah akhir-akhir ini. Lagi pula, ada kamera CCTV di taman, ada juga orang yang berlarian di malam hari …." Ryan tersenyum dan membujukku, "Ini semua untuk menyembuhkan penyakitku, bukankah kamu juga menyukai sensasi yang mengasyikkan ini?" Aku menggelengkan kepala lagi. "Aku benar-benar merasa tidak enak ba

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 5

    Ryan menjelaskan karena waktu sebelumnya terlalu menghabiskan tenaga dan menggunakan cambuk bukan lagi hal baru, jadi mereka perlu mencari rangsangan baru. Dalam beberapa hari berikutnya, dengan kata-kata manis dan permohonan sungguh-sungguh dari Ryan, kami mendapat lebih banyak pengalaman segar dan menarik. Misalnya, di pantai, tiba-tiba rokku diangkat. Contoh lainnya, di pusat perbelanjaan yang ramai, dia sengaja mempermalukanku. Yang lainnya lagi, ketika naik bus, wajahnya mungkin tampak serius, tetapi sebenarnya …. Aku yang tadinya malu dan kesal, berangsur-angsur menjadi kooperatif, karena aksinya dalam aspek itu selalu mengejutkanku. Meskipun aku enggan mengakuinya. Namun, aku tampaknya juga menyukai perasaan saat mencari sensasi baru ini. Hanya saja, aku masih menyimpan beberapa keraguan dan penyesalan di hatiku. Artinya, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, Ryan tidak akan pernah bisa menandingi penampilannya saat di kantor manajemen malam itu. Sungguh memalukan

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 4

    Rasa sakit yang tiba-tiba itu membuat tubuhku bergetar hebat. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya ikatanku dilepas. Kakiku gemetar dan aku hampir terjatuh ke lantai. Sekalipun gaunku masih utuh, gaun itu sudah terkena noda sesuatu yang menjijikkan dan membuatku ingin mencabik-cabiknya. Ketika suamiku datang menopangku, aku mendorongnya karena merasa malu dan marah. "Pergi, jangan sentuh aku!" Suamiku berbisik, "Ssst … jangan buat masalah lagi, aku akan mengantarmu kembali!" Aku merasa makin terhina. Memangnya aku yang sudah membuat semua keributan ini? "Ryan, apakah kamu itu seorang pria? Kenapa kamu tidak datang untuk menyelamatkanku tadi?" Kalau saja aku tahu aku akan mengalami penghinaan seperti ini, lebih baik aku masuk penjara! Tidak, kenapa aku yang harus masuk penjara? Ini semua salah Ryan! Kalau saja bukan karena ide buruknya, kesalahpahaman ini tidak akan terjadi. Ryan mengedipkan matanya, wajahnya tampak polos. "Maafkan aku, ini semua salahku. Aku terlalu impulsi

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 3

    Kalau tidak, kami akan dituntut dan bahkan dijatuhi hukuman. Aku dan suamiku benar-benar panik. Manajer itu tampak tidak sabar, dia kembali berkata, "Kalau tidak ada bukti kuat, kami tidak akan menangkap orang sesuka hati! Menurut laporan dari orang asing tadi, kamu bahkan tidak mengenakan pakaian dalam apa pun di balik rokmu. Kamu bahkan sengaja mengangkat rokmu untuk merayunya." "Beranikah kau membiarkan orang-orang kami melepas rokmu dan memeriksanya?" lanjut manajer itu. Aku begitu marah sampai hampir menangis. Aku dengan kesal memukul suamiku beberapa kali dengan tinjuku. "Ini semua salahmu. Kalau bukan karenamu …." Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bahkan tidak bisa membuktikan kalau aku sama sekali tidak bersalah! Suamiku juga menjadi cemas dan menggertakkan giginya, lalu dia mengeluarkan berbagai dokumen dari ranselnya. "Kami adalah pasangan suami istri, kami hanya bersenang-senang dan mengambil beberapa foto …." Sambil berbicara, dia menunjukkan foto-foto dari ka

  • Dicambuk atau Diceraikan?   Bab 2

    Suamiku memohon dengan suara pelan, "Tolonglah! Saat aku melihatmu mengenakan gaun, aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu. Gaun ini dapat membangkitkan fantasiku!" "Kalau kamu khawatir pakaian dalammu kelihatan … sekalian saja nggak usah dipakai! Lagi pula, kita sedang berada di negara asing dan tidak ada yang mengenal kita. Semuanya demi kebahagiaan kita kelak …" lanjut suamiku. Melihat suamiku menatapku dengan mata berbinar, aku menggertakkan gigi dan mengangguk setuju. Suamiku sangat bersemangat. Dia membawa kamera DSLR dan mengajakku ke berbagai tempat wisata dan pantai pesisir yang ramai. Dia mengambil fotoku dari waktu ke waktu, katanya semua itu untuk mengambil penampilan terbaikku. Aku dapat dengan jelas merasakan tatapan mata membara yang tak terhitung jumlahnya, melotot ke arahku. Pandangan mata mereka seakan akan menembus ke dalam pakaianku. Beberapa pria yang lebih berani, datang mendekat dan berbicara padaku. Malam harinya, seorang laki-laki asing bertubu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status