Setelah beberapa hari, kini menjadi hari dimana mereka akan mencoba untuk membuat pembicaraan dengan Hito. Rencana dan tempat sudah disiapkan, dan Lizy sudah menghubungi Hito dengan saran dari Loz.Meski sebenarnya ada cara yang lebih simpel untuk membuat semuanya berjalan, mereka berdua memilih cara ini agar ke depannya Hito benar-benar bisa berhenti dan tidak mengganggu Lizy kembali.“Kamu sungguh bisa? Apa perlu aku temani?” tanya Adrian sambil menggangmnya dengan erat saat masih berada di dalam mobil.Lizy membalas genggaman tangan itu, dan memberikan senyuman tipis kepadanya. Ia ingin menunjukkan kepadanya kalau dirinya ini sungguh bisa melakukannya.“Tidak usah, aku bisa, Adrian. Kamu akan mengawasiku dengan Loz nanti, kan? Kamu bisa memauntauku,” ucap Lizy, menoba membuat Adrian tidak cemas.“Tetap saja, Lizy. Kamu harus berhadapan dengan mantanmu yang gila. Bagaimana mungkin aku bisa tenang?” Adrian merasa sangat frustrasi.Kembali Lizy mengusap punggung tangan Adrian, dan jug
Ledakan itu membuat seisi kafe langsung berhamburan dengan cepat. Melihat pemandangan yang sangat mengerikan di depan matanya, sempat membuat Adrian dan Loz terdiam sejenak. Namun, mereka mendadak teringat dengan siapa yang ada di dalam sana.“LIZY.” Teriakan para pria yang daritadi memang sudah khawatir itu benar-benar terdengar keras. Mereka berlari dengan cepat menghampiri kafe yang di dalamnya sudah berantakan.Orang-orang yang datang berhamburan untuk melihat juga sudah ramai. Saat di dalam sana, mereka hanya melihat orang-orang yang merupakan pengawal yang menyamar tengah terbaring di lantai karena ledakan yang cukup keras itu.“Dimana Lizy!?” tanya Loz kepada mereka.“Ma- Maaf, Pak. Kami kehilangan dia. Tapi, kami melihat ada seorang pria masuk dengan berlari menariknya bersamaan saat ledakan itu muncul,” ucap salah satu dari mereka.Adrian yang melihat tempat Lizy tadi duduk. Semuanya masih di sana. Dari tas sampao ponsel Lizy masih ada di atas sana, dan menyala,
Loz yang dari awal tak berpikir sampai di sana baru menyadarinya. Lizy yang seorang wanita pasti akan mendapatkan sebuah trauma yang tidak mudah sama sekali. Sekarang Loz benar-benar merasakan panik yang tidak terkira sama sekali.“Itu berarti, kita harus benar-benar bergerak cepat,” ucap Loz.Dilihat dari cara Loz yang memainkan kuku dan juga terus menggigiti bibir saja sudah menunjukkan bahwa dia pun sekarang merasa khawatir.Adrian yang sebenarnya daritadi sudah berpikiran kemana-mana atas keamaan Lizy tak bisa menyangkal. Apapun yang terjadi pada Lizy nantinya, Adrian bertekad untuk tetap menerimanya dan mendampinginya dengan penuh kasih sayang.“Aku akan mencoba mendapatkan semua rekaman CCTV. Paling tidak, kita bisa menemukan keberadaan mereka,” ucap dari Adrian.Loz yang tak pernah sekhawatir ini baru pertama kali merasakan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sekarang, ia benar-benar memikirkan keselamatan dari Lizy yang tidak ada di depannya ini.***Sementar
Lizy yang sudah terlanjur dilanda oleh kepanikan yang tidak bisa dikenalikan membuatnya merasa frustrasi. Bagaimana ia akan bisa bebas dari sini kalau sekarang benar-benar tidak ada cara untuk bisa mendapatkan bantuan.‘Bagaimana ini? Apa yang bisa aku pakai untuk menghubungi Adrian?’ batinnya yang juga sama tidak bisa tenangnya.Karena rasa paniknya itu, jantungnya terus berdebar kencang dan membuat rasa paniknya jadi makin besar dan membuatnya kini merasa tidak bisa tenang sama sekali.Setelah beberapa saat berusaha berpikir dan tak kunjung menemukan apapun, Lizy perlahan mulai mengatur napas dan menenangkan dirinya dahulu. Kalau terus merasa panik, ia tidak menjamin akan menemukan sebuah cara yang ia butuhkan.Sekali lagi ia mencoba berpikir, dan mengingat apa mungkin ia membawa sesuatu, atau mungkin saja di sekitarnya ada yang bisa ia manfaatkan untuk menjadi penghubung.“Oh, benar! Ada!” serunya dengan suara yang pelan.Lizy mulai melihat ke arah saku mantelnya, dan melihat bahwa
Dengan perasaan yang tidak senang, Lizy mulai memasakkan Hito makanan yang dirinya sebenarnya tidak mau sama sekali. Perasaan yang benci justru menyelimuti dirinya makin besar dan jelas makin membuatnya tidak senang.Siapa juga yang senang memasakkan mantan suami yang otaknya tidak beres ini. Yang ada Lizy bisa ikut gila lama-lama di sini.Ketika sedang memasak, Hito terus memperhatikannya, seolah berusaha memastikan bahwa Lizy masak dengan baik dan juga tidak memasukkan apapun di dalam makanan.Setelah selesai memasak, makanan terhidang d meja makan. Lizy tidak ikut makan, karena Hito dengan sengaja ingin membiarkan Lizy tetap berdiri di samping meja, menahan perutnya yang sudah berbunyi daritadi.“Mmmhh, memang benar. Masakanmu tiada tandingannya. Seharusnya dulu tidak aku ceraikan kamu. Aku benar-benar merindukan rasa masakan ini,” ucap dari Hito yang menikmatinya dengan penuh rasa sukacita.Lizy hanya bisa mengumpat di dalam hatinya. Berharap kalau Hito tersedak makannya, atau pal
Lizy yang tangannya dipegang itu sudah bisa langsung menyadari bahwa pasti Hito memiliki niat buruk kepadanya. Rasanya seperti keringat dingin membasahi wajah Lizy karena berpikir mengenai apa yang harus ia ucapkan untuk memberikan alasan.“Aku, mau ke ruanganku. Ruangan itu untukku, kan?” ucap Lizy dengan perasaan gugup.“Kata siapa? Kita akan tidur sekamar lagi, Lizy,” jawab Hito.Merinding. Lizy makin menyadari bahwa Hito bukan hanya sekedar kehilangan akal atau gila semata. Tetapi, dia benar-benar psikopat yang ingin mewujudkan apa yang dia inginkan dengan cara apapun. Meski harus dengan cara terpaksa sekalipun.Lizy berusaha menarik tangannya yang tengah dipegang oleh Hito. Tetapi, Hito makin memegangnya dengan erat tanpa membiarkan Lizy mendapatkan kesempatan.“Kurasa itu tidak etis, Hito. Kamu masih punya istri,” ucap Lizy, berusaha mencari alasan.Mendadak saja Hito langsung menarik Lizy ke arahnya dengan kuat, sampai membuat Lizy berada di pangkuannya. Ia kemudian memeluk Liz
Mendengarnya jelas membuat Lizy makin merasa sakit hati. Bagi Hito, sekarang diri Lizy bukan apa-apa, dam bahkan bukan wanita berharga lagi. Sekarang dirinya benar-benar menjadi seseorang yang bisa direndahkan dengan mudahnya oleh Hito.Hari makin berlalu, dan Lizy merasa bahwa hidupnya seperti berputar pada sebuah toples yang tidak ada habisnya sama sekali. Bahkan untuk sekedar menghirup napas segar saja, Lizy sudah tidak punya sama sekali.“Sayang…,” ucap Hito yang kini sedang memeluknya dari belakang.Pakaian dinas yang sengaja dibeli oleh Hito agar Lizy pakai selama di rumah sebenarnya membuat Lizy merasa tidak nyaman, dan jelas risih sekali. Tetapi, kalau tidak dituruti, Hito pasti akan menekan tombol yang akan membuat Lizy tersiksa.Lizy terdiam, ia tetap melanjutkan mencuci piringnya berharap bahwa Hito bisa tahu dan menjauh darinya yang sedang mengerjakan sesuatu di depannya ini.Namun, Hito benar-benar tidak peduli sama sekali dengan apa yang sedang dilakukan oleh Lizy, mau i
Adrian yang mendengarnya semulanya bingung dengan pertanyaan itu. Alya sang adik kemudian menyerahkan tablet kerja yang dipinjam oleh Alya untuk belajar itu.Awalnya tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Namun, setelah Adrian melihat dengan baik adanya pesan otomatis yang dibarengi dengan pesan suara membuat matanya terbelalak.‘Penanya dengan Lizy?!’ serunya dalam hati.“Kakak bawa dulu ini, ya. kamu belajar dengan komputer yang ada saja dulu,” ucap Adrian, dengan terburu-buru.Setelah mengatakan itu, Adrian langsung berlari menuju mobilnya dan segera menancap gas ke rumah utama Lizy. Ia benar-benar tidak tahu kalau Lizy ternyata mengirimkan pesan dari sana! Karena memang itu tablet itu punya banyak notifikasi, jadi Adrian tidak begitu memperhatikan.Dengan langkah yang cepat segera Adrian menuju ke dalam dengan izin yang ada, dan menjumpai Loz yang memang tak bekerja lagi setelah Lizy menghilang itu.“Loz!” panggil Adrian dengan napas yang tersengal dan tatapan yang gemetar.“Ada
Lizy merasa sangat senang. Meski sering kali ditinggalkan oleh Adrian untuk urusan pekerjaan, Adrian tak pernah melewatkan satu haripun untuk bisa memasak dan menemani Lizy.Sampai beberapa bulan berlalu. Dimana anak Loz dan Nana sudah lahir, dan kehamilan Lizy juga sudah mulai membesar. Ia tak menyangka bahwa membawa perut sebesar ini akan membuatnya sedikit kewalahan. Jujur saja, Lizy bisa merasakan bahwa sekarang ia tak mampu melakukan apapun.Kakinya membengkak dan juga sekarang Lizy merasa sangat cepat kepanasan. Badannya juga terus berkeringat dan membuat Lizy merasa tak nyaman karena saking lengketnya. Tak sekali dua kali Lizy mandi dalam sehari.“Sayang, apa kamu akan mandi lagi?” tanya Adrian yang baru saja selesai mencuci piring di hari liburnya.Lizy yang sudah membawa handuk itu hanya bisa tertawa kecil mendapati dirinya sudah terpergok oleh suaminya yang mengenakan pakaian cukup tebal tersebut.“Haha. Panas sekali, Adrian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mandi,” bal
“Sudah, sudah. Jangan membicarakan hal seperti itu. Tidak baik,” Lizy segera menyela agar nantinya tidak terjadi pertengkaran di antara Adrian dan juga Loz.Mereka berbincang dengan topik yang lain setelah Lizy mengalihkan. Memang agak aneh karena ternyata mereka berdua masih memiliki sedikit dendam yang bisa disadari dengan mudah.“Kapan kamu akan melahirkan, Nana?” tanya Lizy.“Sebentar lagi. Yah, paling lambat sebulan lagi. Tapi kemungkinan lebih cepat juga mungkin. Jadi aku harus tetap siap sedia,” jawab Nana.“Kamu sudah menyiapkan peralatan bayinya?” tanya Lizy, lagi.Nana menganggukkan kepala. “Tinggal beberapa yang bisa dibeli belakangan. Untuk nanti baru lahirnya aku sudah ada,” jawab Nana.Lizy menyiku Adrian yang ada di sampingnya, kemudian berbisik pelan. Ia meminta izin kepada suaminya untuk memberikan sesuatu yang dari awal sudah salah debeli, jadi tidak ada salahnya kalau ditawarkan ke orang lain.“Apa kamu perlu alat pengayun bayi otomatis, Nana?” Adrian menawarkan.“M
Lizy menganggukkan kepala membenarkan berita tersebut kepada Adrian. Adrian yang mendengarnya pun tak percaya awalnya. Tetapi, melihat bahwa Lizy sampai menangis membuat Adrian juga tak bisa menyangkal sama sekali. Semakin jelas bahwa memang Lizy sekarang sedang hamil.Segera Adrian memeluk Lizy dengan sangat erat dan memberikan kecupan yang begitu manis pada Lizy. Lizy membalas pelukan tersebut untuk memberikan selamat kepada Adrian atas apa yang sudah mereka dapatkan.“Terima kasih…, terima kasih, Lizy,” ucap Adrian dengan amat suka cita.Orang-orang yang ada di sekitar mereka juga merasa sangat senang dengan berita bahagia tersebut. Bahkan beberapa orang bertepuk tangan membuat Lizy makin merasa terharu.“Lizy!” Suara itu menggema dan membuat Lizy langsung menolah ke arah Loz yang baru saja memanggilnya.Loz melotot memandangi Lizy. Ia sepertinya juga sudah mendengar berita tersebut dari Nana. Kelihatan bahwa Loz menyambut kehamilan Lizy yang sangat ditunggu tersebut. Loz langsung
Kali ini Lizy mulai punya lingkup keluarga yang lebih besar lagi. Ibu juga sudah mulai bicara dengan keluarga Nana, mendengarkan lebih banyak dan mencaritahu lebih detail. Ibu juga meminta maaf atas sikapnya selama ini.Jadi, sekarang bisa dikatakan bahwa keluarga Lizy, Adrian, dan juga Nana bisa menjadi satu setelah semua kesalahapahaman yang tidak diperlukan selesai. Mereka kini bisa menerima satu sama lain dengan baik tanpa rasa curiga sama sekali. Lizy merasa senang sekali.Kehamilan Nana yang kini sudah makin membesar jelas disambut dengan hangat sekali. Ayah memfasilitasi Nana di rumah. Dan ibu juga memanjakan Nana dengan segala perawatan dan juga latihan bagi ibu hamil pastinya.Lizy merasa senang, tetapi juga merasa sangat iri sekali. Ia juga ingin berada di posisi tersebut. Meski pastinya akan sangat sulit sekali untuk bisa benar-benar berada di posisi Nana. Lizy perlu perjuangan yang besar sekali.“Lizy!” seru Nana yang memanggilnya.“Ya?” Lizy membalasnya saat ia sedang mem
Nana mau makan dengan lahap setelah Lizy menyuapinya dan takkan berhenti apabila makanannya belum habis. Nana memang sakit, tapi Lizy tidak mau sakitnya malah merambat pada anak dalam kandungannya, dan akan membuat sakit Nana lebih besar nantinya.“Kamu sangat baik, Lizy. Bahkan suamimu juga baik,” ucap Nana.“Haha, terima kasih. Aku akan tetap baik kalau orang lain juga memperlakukanku dengan cara yang sama,” balas Lizy.Tampak Nana memandangi Lizy dengan tatapan yang membulat dan juga seperti hendak mengatakan sesuatu kepada Lizy. Lizy menyadarinya, jadi ia langsung melihat ke arah Nana dengan tatapan yang bertanya.“Ada apa? Apa masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Lizy sambil merapikan semua wadah yang ia bawa.“Aku penasaran…, bagaimana caranya diterima di keluargamu. Suamimu juga tampaknya sangat diterima baik sekali,” tanya Nana yang merasa sangat iri dan juga bisa dilihat bahwa dia seperti merasa tak tega sama sekali.Lizy terdiam sejenak sambil hendak menyiapkan jaw
Lizy yang mendengar ibunya mengeluh itu sebenarnya merasa sangat jengkel sekali. Dia juga seorang ibu dan sama-sama seorang wanita juga. Tapi bisa-bisanya sang ibu malah berkata begitu.Di depan ruangan igd sang ibu mengomeli Loz berkali-kali meski sudah sangat diabaikan. Sayangnya suara ibu itu seperti menusuk ke dalam telinga. Karena Lizy juga merasa sangat kesal meski hanya dengan mendengarkannya.“Ibu tidak mengerti, padahal ini hari pentingnya, kenapa dia bisa-bisanya-““Bu!” Lizy menggertak karena merasa kesal sekali.Orang-orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Lizy dengan Ibu yang langsung terdiam dari omongannya yang tidak berarti sama sekali saat ini. Lizy merasa kesal meski hanya dengan mendengarkan saja.“Aku mengerti ibu kesal sekarang ini. Tapi, ibu tak pantas berkata begitu. Nana juga tidak mau hari pentingnya berada di rumah sakit. Apa ibu memikirkan bagaimana perasaannya kalau mendengar ibu mengatakan hal itu padanya?” Lizy mulai mengoceh karena tak bisa mena
Setelah perjalanan panjang karena adanya pertentangan dari keluarga pihak perempuan, akhirnya Loz bisa melangsungkan pernikahan meski secara tertutup atas permintaan keluarga perempuan.Meski sebenarnya terlihat beberapa pihak keluarga Lizy yang tidak senang, Lizy lebih melihat bahwasannya kakaknya tampak sangat menyukai pernikahan tersebut. Tampaknya tidak ada permasalahan bagi Loz saat itu.“Kamu merasa gugup?” tanya Lizy pada Nana, calon istri Loz.“Sedikit. Aku hanya merasa tidak enak hati pada Loz. Keluargaku sangat banyak menntut darinya. Pasti rasanya berat sekali menurutinya,” ucap Nana yang merasa sangat bersalah memberikan jawaban Lizy.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Loz ada dipihakmu, dan itu jelas jauh lebih dari cukup untuk kamu bisa berhadapan kedepannya,” ucap Lizy.Nana yang sedang mengenakan gaun pengantin dan duduk di depan cermin itu tersenyum menatapinya lewat pantulan cermin. Lizy membalas senyuman itu dan menepuk bahunya dengan pelan.“Jangan terlalu stres
Tetapi, sayang sekali lelucon Adrian sama sekali tidak masuk ke dalam humor Loz yang sangat tidak garing tersebut. Jadi Lizy memilih menyiku sedikit Adrian agar tidak tertawa. Karena leluconnya tak mampu mencairkan suasana.“Tapi, kenapa kamu ke sini? Tak mungkin kamu datang hanya untuk menanyakan perihal tersebut, kan?” singgung Lizy.Loz yang tadinya khawatir tersebut kini mendadak berubah menjadi tegang dan tidak bisa bicara selama beberapa saat. Dia terpaku di tempatnya tak bisa mengatakan sepatah kata apapun selama beberapa saat.Lizy yang melihat keanehan itu jelas langsung merasa curiga sekali. Tak biasanya Loz akan berubah seperti ini dengan begitu cepatnya. Ini persis seperti bagaimana dia sebelumnya pernah datang dengan membawa perasaan bersalah kemari.“Ada apa?” Lizy mulai bertanya dengan suara yang halus kepadanya.Loz tampak merasa ragu hendak memberikan jawaban kepada Lizy. Kalau sepert ini, Lizy jadi makin yakin memang sengaja ada yang coba disembunyikan dan juga ditut
Luna yang sempat tak mampu menjawab itu ingin marah setelah mendengar jawaban Adrian. Ia tak puas sama sekali. Luna terlalu berlebihan dalam mengejar orang yang sudah dimiliki orang lain.Baru saja Adrian menarik Lizy dan hendak berjalan meninggalkan tempat. Mendadak saja Luna kembali mengejar dan kembali menghadang mereka berdua yang kini berdiri lagi.Wajahnya tersengal dengan emosi yang memuncak besar sekali. Sampai-sampai Lizy bisa melihat tatapan kebenciannya yang menyatu dengan rasa iri hati yang terlalu besar memandangi Lizy.“Aku tidak peduli, Adrian! Kamu harus jadi milikku! Dan itu mutlak! Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!” tegas Luna sambil memukul diri berkali-kali menegaskannya.Orang-orang yang ada di sana sudah memandangi mereka dan bahkan menyodorkan layar ponsel merekam kegilaan dari Luna. Keanggunan Luna yang tadi Lizy lihat sudah sirna. Kini ia berubah menjadi dirinya yang sebenarnya.‘Wow, dia kalau dipasangkan dengan Hito pasti sangat cocok sekali,’ bati