Adrian tak berkutik setelah Lizy berkata begitu. Jantungnya yang berdegup kencang membuatnya tak bisa berkata lebih banyak lagi. Ia sekarang dibuat bungkam oleh Lizy.Mereka yang saling bertatapan itu membuat suasana jadi makin terasa dingin. Lizy memilih menunggu sampai paling tidak Adrian bisa bicara mengenai apa yang ingin Lizy tahu. Sementara Adrian berusaha untuk menghindar tapi tak menemukan celah sama sekali.Melihat Adrian yang tak kunjung bicara sempat membuat Lizy merasa heran. Dia yang paling frontal mengatakan niatnya, tetapi dia juga yang paling berusaha menghindar.Padahal juga dia sendiri tak kuat kalau didiami oleh Lizy. Tetapi, dia juga yang tak bisa berhadapan dengan Lizy setelah hari itu.“Hei.” Lizy memanggil sambil berusaha hendak memegang tangan Adrian.Adrian yang terkejut langsung menarik tangannya sebelum akhirnya Lizy mendekat kepadanya. Itu membuat Lizy malah makin bingung dengan responnya. Bagi Lizy itu terlalu berlebihan dan sangat-sangat tidak bagus bagi
Dan sekarang lebih parah lagi daripada biasanya. Orang-orang yang mereka temui selalu memberikan selamat. Bahkan saat Lizy sedang sendirian pun dia selalu mendapatkan ucapan dari orang-orang yang tidak ia kenal. Saat tahu beritanya benar-benar tersebar, dan ada foto mereka saat Adrian sedang melamarnya, membuat Lizy jadi merasa tidak nyaman. Karena itu berarti ada orang yang mengikuti mereka kemana pun. “Aku tidak paham. Siapa yang mengikuti kita sampai seperti ini? Saat kita pergi, tidak ada orang yang mencurigakan sama sekali. Bagaimana mungkin ada yang bisa mengambil gambar kita dengan cepat,” gerutu Lizy saat ia dan Adrian sedang berada di ruangan kerja Lizy yang ditinggalkan oleh Bu Hana. “Yah, memang jurnalis kadang seperti ini. Demi bisa membuat berita yang wah dan juga bisa mendapatkan perhatian publik, ini adalah salah satu cara yang pas untuk bisa mendapatkannya,” ucap Adrian yang tetap santai duduk di sofa. Lizy yang daritadi mondar-mandirtidak karuan itu langsung duduk
Lizy hanya bisa tertawa kecil menjawab pertanyaan dari Adrian. Sejujurnya ia merasa tidak enak hati kepada Bu Hana. Lizy sudah menumpang di sini, belum lagi dirinya malah berpacaran dengan Adrian. Mungkin orang-orang akan berpikir dirinya aji mumpung karena itu. Adrian memegang tangannya dengan erat, sambil memasang wajah sedih setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy. Dia cemberut, sedikit mau ngambek tapi ingat kalau ia tak bisa tanpa Lizy. “Maaf ya. Aku masih belum terbiasa. Hubungan kita masih tunangan, rasanya kalau seperti tadi, tidak etis,” ucap Lizy. Adrian memandangi Lizy dengan lamat-lamat. Lizy tidak berusaha menghindar demi mencari alasan untuk membuat Adrian tak mendekatinya. Melainkan Lizy berkata begitu karena memang seperti itu yang sedang ia rasakan. Kemudian Adrian tersenyum memandangi Lizy, dan megecup punggung tangan Lizy dengan manis, “Tentu. Maaf, seharusnya aku tahu kamu pasti kadang merasa tak nyaman.” Tak lama dari itu, mereka berdua keluar dari ruan
Lizy tak bisa berkata apa-apa. Ini bisa dikatakan jelas sebagai salahnya karena jelas ialah yang secara tak langsung tak mau diberitahukan mengenai berita itu. Air mata Lizy tak bisa tertahankan sama sekali. Ia menyesalkan dirinya yang dulu sangat menurut dan mau-mau saja diminta oleh Hito untuk melakukannya. Rasanya bodoh, padahal mungkin bisa saja ia bisa bertemu segera dengan keluargamu. Bu Hana Iba melihat Lizy yang seperti itu. Jelas rasanya sangat kasihan sekali. Bagaimana mungkin ia akan menjelaskan perihal ini dengan mudah? Seorang gadis yang ditinggalkan sejak kecil kini mendengar kabar keluarganya. “Lalu…, apa Ibu tahu, di mana keluargaku?” tanya Lizy. Bu Hana memberikan ekspresi wajah yang lesu dan seperti orang yang tak bisa berkata-kata lagi. Dia seolah dibuat tak mampu untuk memberitahukan yang sebenarnya kepada Lizy. Ia merasa berat hati menjelaskan hal ini kepadanya. “Kalau kamu mendengar ini, jangan marah, ya? Kami masih berusaha mencari celah untuk bisa bertemu d
Pasca tersebarnya berita soal Lizy yang sudah dilamar, jelas membuat Mia yang membacanya merasa sangat kesal. Melihat bahwa hubungan mereka yang masih baik-baik saja, dan bahkan akan segera menikah membuat Mia tak bisa terima begitu saja. Rasanya jelas ada yang aneh di sini.Di depannya masih terpampang berita soal Lizy dan Adrian yang dipublikasikan oleh media lewat ipadnya itu. Tangannya mengepal kuat dan juga hatinya bergejolak marah.‘Bagaimana mungkin mereka akan menikah?!’ kesal Mia dari dalam hatinya.“Sayang…, mau aku belikan sesuatu? Aku akan keluar sebentar bertemu teman-teman,” ucap Hito.Mia langsung mengangkat kepala melihat ke arah Hito yang ternyata sudah bersiap hendak pergi keluar. Ia kesal dan marah karena melihat suaminya yang jarang di rumah.“Apa?! Kamu mau pergi lagi? Bukannya baru kemarin kamu bertemu mereka?!” gerutu Mia.“Ya itu kan kemarin. Hari ini kami berencana untuk pergi ke bar. Kamu bersihkan rumah. Cuci pakaian, jangan laundry. Aku tidak akan mengirimka
Adrian yang daritadi sedang bersenandung senang karena sekarang ia sudah punya kekasih itu, tak bisa berhenti memikirkan Lizy meski hanya sejenak saja.Bahkan selama bekerja pun dia memilih fokus untuk tetap memikirkan tempat kencan lainnya, dan memikirkan apa yang sekiranya ingin ia beri kembali kepada Lizy. Rasanya benar-benar menyenangkan memiliki seseorang yang sangat ia cintai.“Permisi, Pak, ada yang mencari anda,” ucap sekretarisnya yang baru saja masuk.“Oh, apa memang ada janji temunya?” tanya Adrian.“Tidak, Pak. Tapi dia bilang dia teman dekat anda,” jawabnya.Adrian sempat terdiam sejenak. Seingatnya, kalau temannya mau datang, mereka pasti akan mengabari dan setidaknya mengirimkan pesan kepadanya. Tapi, ini tidak ada sama sekali. Jadi, Adrian menduga kalau yang datang pasti orang yang hanya mengaku-ngaku saja.Awalnya ia sedikit curiga dan tidak mau menerima tamu ini. tetapi, setelah dipikir-pikir, orangnya sampai berbohong mengaku teman Adrian, jadi pasti ada urusan pent
Hito tersentak mendengarnya. Ia sangat ingin membantahnya, tetapi, entah kenapa badannya dibuat membeku seketika. Seperti bahwa apa yang dikatakan oleh Adrian itu adalah sebuah kebenaran.Adrian melihat bagaimana Hito sangat terkejut mendengar kabar itu. Yah, Adrian tahu jelas bahwa Hito pasti akan datang mencoba mencari banyak masalah. Terlebih, mengingat bagaimana dia sangat mencoba mendekati Lizy lagi.“Kamu harus berhenti, Hito. Aku tahu kamu berusaha mendekati Lizy lagi dengan mengirimkan orang untuk mengikutinya. Dan aku juga tahu kamu beberapa kali berusaha kembali meretas ponsel Lizy. Sayangnya, Lizy sekarang lebih hati-hati, ya,” ucap Adrian.Tergagap Hito hendak menjawabnya. Apa yang dikatakan oleh Adrian semuanya benar sekali. Tetapi, Hito sangat bingung. Darimana dia bisa tahu semua itu? Selama ini Hito selalu melakukannya dengan rapi tanpa ketahuan.“Kamu sudah menikah. Seharusnya kamu fokus saja dengan Mia, dan biarkan Lizy dengan hidupnya,” sambung Adrian.“Tidak! Kenap
Melihat Lizy datang membuat Hito mencari kesempatan untuk menjadi orang yang sudah dilukai oleh Adrian itu. Dengan cepat langsung menghampiri Lizy dan hendak memegang tangannya untuk memohon.Sayangnya Lizy langsung menepis dan menjauh dari Hito. Dia sudah hapal kalau orang ini pasti akan mencoba mencari simpati dari dirinya yang biasanya akan langsung merasa iba kepadanya.“Lizy. Dengarkan aku. Aku hanya datang bicara padanya. Tetapi dia langsung memukulku. Kamu tak boleh menikah dengan pria yang gampang memukul seperti itu,” ucap Hito, berusaha menjatuhkan Adrian.Lizy sempat melirik ke arah Adrian. Pria itu santai saja. Dia seolah memberikan kode dari tatapannya kalau terserah Lizy mau merespon bagaimana ucapannya barusan itu.Karena Adrian sangat percaya bahwa Liy pasti tahu yang mana yang baik dan mana yang bukan. Lizy bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selama ini Lizy bisa menilai Adrian selama bersamanya.“Kamu jangan berbohong! Adrian tak akan memukul seseorang kalau bu
Setelah naik taksi, dan juga turun di sebuah pinggir jalan, Adrian mengajak Lizy berjalan kembali. Lama-lama Lizy merasa sangat capek karena merasa bahwa tempatnya tak kunjung sampai. Yang ada malah mereka seperti terus mencari tempat yang bahkan Lizy tidak tahu.Tak jauh dari sana, Adrian mendadak masuk ke sebuah toko yang hendak mereka lewati. Adrian memintanya menunggu di luar sebentar. Saat mendongak melihat nama tokonya, Lizy melihat ada gambar sebuah sepatu yang dibawahnya ada besi.‘Apa itu?’ batin Lizy.Tak lama dari itu Adrian keluar sambil membawa dua pasang sepatu yang persis seperti apa yang dia lihat tadi di atas sana. Dengan wajah kebingungan Lizy bertanya kepada Adrian mengenai apa yang hendak dilakukan sebenarnya.“Apa ini? kita mau kemana sebenarnya?” tanya Lizy yang sudah benar-benar tidak paham.“Kita main seluncur es. Karena sekarang sudah musim salju, jelas ada banyak tempat yang dibuka untu melakukannya,” ajak Adrian dengan bersemangat.“Ha- Ha? Kamu bisa main se
Seperti bagaimana mereka merencanakan hari-hari sebelumnya, dan kini sudah tiba jadwal bulan madu mereka yang sudah didamba-dambakan sejak lama. Adrian sudah menjanjikan bahwa dia akan membawa Lizy pergi ke negara bersalju untuk melihat betapa indahnya gumpalan-gumpalan bola putih itu.Ketika sampai di negara yang dituju, Lizy sudah bisa dibuat takjub ketika melihat bahwa mereka benar-benar bisa menyaksikan salju pertama yang baru saja turun. Lizy tak pernah membayangkan cantiknya ini.“Indah sekali,” pujinya dengan tatapan berbinar yang memandang ke atas langit saat berada di balkon kamar hotelnya tersebut.Adrian memeluknya dari belakang dan juga ikut menyaksikan bagaimana salju pertama yang turun itu. Malam itu menjadi dingin yang berbeda, namun juga terasa hangat dalam waktu yang bersamaan.“Ya, ini juga kali pertama aku melihat salju turun,” balas Adrian.“Andai saja kita punya anggota keluarga tambahan untuk bisa menikmati keindahan ini, pasti rasanya menyenangkan sekali,” celet
“Kamu tidak keberatan?” Dokter Maya sedikit kaget.Lizy menggelengkan kepala menjawabnya, “Aku bisa mengatasinya. Apalagi sekarang kita sudah suami istri, jadi ini bukan perihal yang sulit,” ucap Lizy.“Baguslah. Kalau semisal ada apa-apa, kamu bisa datang padaku dan membicarakannya. Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan untuk sedikit meringankan tugasmu. Misalnya saran-saranku,” Dokter merasa lega.Lizy menganggukkan kepala. Setelah banyak perbincangan akhirnya Dokter Maya pergi dari rumah. Kini hanya mereka berdua yang ada di rumah yang sudah mereka beli dan juga segala isinya sudah sangat lengkap sekali.Badan Lizy terasa capek sekali sekarang ini. ia sudah hendak berada di atas kasur dan juga hendak segera tidur untuk mengistirahatkan diri. Tetapi, Adrian menyentuhnya dari belakang sampai membuat Lizy berbalik badan melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanya Lizy.“Ini malam pertama kita sebagai pasangan sah. Aku ingin merayakannya,” pintanya.Lizy segera memutar badan dan duduk melihat k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.