Dave keluar dari rumah Zara. Sebelum itu dia membalik badan, melihat Zara yang menatap kepergiannya di depan pintu gerbang.
Dave menyempatkan diri melambai sampai akhirnya dia masuk ke dalam mobil yang disupiri oleh Dion
Begitu melihat mobil mewah itu sudah menjauh, Zara menutup gerbang rumah kemudian masuk kembali ke dalam.
Zara menuju kamarnya, ada aroma berbeda yang Zara rasakan dari sebelumnya.
Aroma milik Dave yang masih terasa di udara, seperti jejak yang ditinggalkannya. Zara duduk di tepi ranjang, memandang cermin di depan yang memantulkan bayangan wajahnya yang tampak kosong.
“Rumah ini kembali terasa sepi” Gumamnya
Di sisi lain, di dalam mobil yang melaju, Dave duduk terdiam di kursi belakang, tangannya nampak sibuk pada sebuah ipad.
Dion, sesekali melirik melalui kaca tengah, mencoba membaca ekspresi majikannya.
“Dion” panggil Dave membuat Dion terkesiap
“Ya Tuan”
&ld
‘1 jam lagi aku datang, siapkan dirimu’Zara menghela napas panjang kala membaca pesan Dave. Mau tak mau Zara beranjak ke kemar mandi. Tak berselang lama Zara kembali keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya, dia membuka lemari pakaian, mencari kira-kira baju mana yang akan dikenakannyaPilihan Zara jatuh pada sebuah dress polos satin berwarna biru tua dengan lengan panjang. Zara ingat, dulu dia membeli dress itu saat mencari pakaian kantor bersama dengan Harry, tentunya menggunakan kartu yang Dave berikan padanyaTing.. suara bell membuat Zara terkesiap, Zara dengan cepat memoleskan bedak diwajahnya lalu memoleskan lipstickDia tidak mengira jika Dave tiba lebih cepat. Zara meraih sebuah hells bertumit rendah lalu membuka pintu“Ayo” Ucap Zara sambil berusaha memasang heels bertumit rendahnyaSedangkan sang tamu yang Zara kira Dave nampak tertegun. “Ay- Mas Harry?”Zara melotot, dia terkejut melihat Harry ada didepannya, tangan pria itu nampak mengepal, wajahnya terlihat emosi terle
Zara merasa aneh, dia melihat-lihat sekitar “Bukannya mall ini terlalu sepi?” Tanya Zara pada DaveJujur saja dia merasa canggung berjalan di samping Dave. Terlebih saat para pegawai pertokoan seperti menyambut kedatangan mereka“Entahlah” Jawab acuh tak acuh meskipun sebenarnya, diam-diam sudut bibirnya terangkat.Zara berhenti sejenak, matanya menatap Dave penuh curiga. “Kamu menutup mall ini kan?”Dave menoleh, mencoba menahan senyum. “Mungkin saja” jawabnya dengan nada misterius “Jika kututup kita tidak mungkin disini” SambungnyaZara menghela napas, menyadari bahwa Dave sedang merencanakan sesuatu. “Baiklah, apa yang sedang kau rencanakan?”“Tidak ada”“Dave” decak ZaraDave terkekeh, dia merangkul pinggang Zara lebih dekat “Aku hanya tidak ingin diganggu oleh orang lain” Bisiknya“Selamat datang, Tuan D
“Aku akan menjemputmu besok pagi” kata Dave dengan nada yang tidak menerima penolakan.Zara menggelengkan kepalanya. “Dave, aku bisa berangkat sendiri. Aku tidak ingin orang-orang di kantor mulai bergosip tentang kita.”Ekspresi Dave berubah. Ada kilatan marah di matanya yang membuat Zara sedikit mundur “Kau malu?” Tanya Dave membuat Zara tak habis pikir“Sama sekali tidak, aku hanya tidak mau menjadi bahan gossip”“Akan kupastikan tidak ada seorangpun yang berani menyebut namamu”“Dave” Zara mengerang frustasi “Tolong mengerti posisiku. Aku ini wanita yang baru bercerai”Kemarahan Dave mulai mereda, digantikan oleh senyum samar sebelum dia menjawab “Baiklah, jika itu maumu.”*** ***Zara menatap pantulan dirinya dicermin. Kemeja polos lengan panjang dengan potongan V-neck berwarna biru muda dipadukan dengan celana kain berwarna putih. Rambutnya diikat satu dengan tatanan rapi.Zara meraih lipstick berwarna peach lalu memoless tipis di bibirnya, melengkapi makeup simple yang mempercan
Zara berjalan cepat menuju ruangan Dave, hatinya berdebar kencang. Setibanya di ruangan, Dave menutup pintu dengan keras, membuat Zara semakin cemas.“Apa yang kau pikirkan, Zara?” tanya Dave dengan nada datar yang membuat Zara cemasKetenangan pria itu jauh lebih berbahaya dari kemarahannya“Apa maksudmu?” Zara mencoba menenangkan diri, namun tatapan dingin Dave membuatnya sulit berpikir jernih.Dave mendekat, matanya menatap tajam ke arah Zara. "Jangan memberi kesempatan pada pria lain untuk mengenalmu Zara"“Kami hanya berbicara sebentar Dave” Ucap Zara menenangkanPlukk..Dave menarik pinggang Zara, memeluknya dengan erat. Kepalanya tersandar dipundak Zara“Jangan bohongi aku Zara, aku tahu kau bersembunyi dariku.” Zara menelan ludah, merasa terpojok.“Aku tidak bersembunyi dari mu, Dave.”“Tapi kau menghindariku Zara”Zara menghela napas panjang. Ayolah, ini bahkan belum ada satu jam sejak dia datang ke kantor“Aku lihat dia memandangimu..” Dave membungkam kata-katanya ketika sua
Warning 21+Dave memasuki sebuah ruangan besar nan megah, didalamnya seorang pria tampan nampak duduk menunggunya“Jadi, Dylan menyuruhmu lagi?” Tanya yang pria yang sempat dijuluki Casanova itu“Apa lagi, jalur aman adalah lewatku” Kekeh Dave mengambil posisi duduk disofa yang berhadapan dengan sang lawan bicara“Dimana barangnya?” Tanya Alesio, pewaris Kingston Grup sekaligus ketua dari kelompok mafia yang paling ditakuti, Siegra.“Sedang dalam pengangkutan jalur laut, tenang saja 1 jam lagi sampai” Jawab DaveAlesio mengangguk pelan, tampak berpikir sejenak sebelum menambahkan “Bagus. Pastikan tidak ada gangguan. Keamanan kali ini harus lebih ketat. Kita tidak bisa membiarkan kesalahan seperti sebelumnya terulang.”Dave mengangguk mengerti “Sudah diatur. Anak buahku sudah disiapkan di setiap titik pengawasan. Kapal juga dikawal ketat. Jadi bisa selesaikan pembayarannya sekarang, ada seseorang yang menungguku pulang”Alesio menyipitkan matanya “Sejak kapan kau punya tempat pulang?” S
Warning 21+“Akh akh Dave enghh” Desahan Zara semakin keras kala Dave semakin memperdalam sodokannya. Entah sudah berapa lama mereka melakukannya, namun tak ada niat untuk berhenti. Napas mereka berpadu dalam irama yang tak teratur, tubuh mereka bergerak seiring dengan intensitas yang semakin meningkat.“Dave, aku… aku tidak tahan lagi” Zara terengah, tangannya mencengkeram bahu Dave dengan erat.Zara hanya bisa meremas sprei hingga kusut dengan mata yang membelalak serta mulut yang tak henti mendesah keras. “Dave akh leb..bihh..khh..cepatttt!!” Pinta Zara dengan rintihan kuat membuat Dave mengayunkan pinggulnya semakin keras, dalam dan cepat“Engh Ahhhh-“ Zara mengeluh panjang kala mendapatkan pelepasan kesekian kalinya“Kau membuatku semakin sesak, Zara” Dave berbisik dengan suara serak disela hujamannya sembari menatap wajah cantik Zara yang terlihat begitu menikmati percintaan merekaDia terus bergerak dengan gairah yang tak terbendung, menyatu dalam keintiman yang tak terbatas de
Warning 21+“Morning Darling” Sapa Dave sambil memberikan kecupan ringan pada bibir ZaraZara membuka matanya perlahan, mengerjapkan kelopak matanya dan sesekali mengusapnya “jam berapa ini?” tanya Zara“Jam 6.14” Jawab DaveZara beranjak dari ranjang, bersiap untuk memulai hari, namun Dave menghentikannya dengan cara melingkarkan lengannya ke pinggang Zara. "Mau kemana?" tanya Dave, suaranya sedikit serak.“Siap-siap kerja” jawab Zara sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Dave.Namun, Dave tak bergeming, membuat Zara merasa bingung. Dia merasakan sesuatu yang keras menyentuh bagian bokongnya. "Milikmu bangun lagi?" tanya Zara dengan wajah melongoDave tersenyum lebar lalu mengangguk dengan polosnya. "Sepertinya dia punya ide lain untuk pagi ini" candanya sambil menarik Zara lebih dekat.“Ide apa?” Tanya Zara“memasuki rumahnya yang nyaman dan menumb
"Aku bisa mandi sendiri" protes Zara. Mereka baru saja selesai dengan kegiatan panas mereka dan Dave tetap kekeh ingin memandikannya“Dave”"Sst, biarkan aku memandikanmu" ucap Dave lembut mengambil sabun dan mulai mengusapnya ke kulit Zara. Gerakan tangannya lembut dan penuh perhatian, membuat Zara merasa rileks meskipun awalnya merasa canggung."Dave..." Zara berusaha protes lagi, tetapi suaranya melemah saat merasakan sentuhan lembut Dave."Tenang saja, aku hanya ingin memastikan kamu benar-benar bersih dan segar" katanya sambil tersenyum.“Tapi milikmu itu mengangguku” Decak ZaraZara benar-benar frustasi, dia tidak terbiasa dengan gairah besar pria itu. Terlebih kejantanan Dave yang nampak selalu tegang dan mengenai tubuhnya. Baru kali ini Zara memperhatikan milik Dave sepenuhnya.Zara tidak tahu apakah milik Dave memang selalu terlihat tegang atau karena ukurannya yang besar dan nampak gagahJika b
“Darling” Suara itu sontak mengagetkan Zara. Tubuhnya membatu dan sontak beberbalik. Dave sedang bersandar di pintu sambil bersedekap dada menatapnya dengan tatapan tajam mengintimidasi“D..Dave.. kamu sudah kembali?” Tanya Zara tersendat-sendatDave tidak menjawab. Sekarang, ia melangkah mendekati Zara. Zara merasa seperti penjahat yang tertangkap basahDan di sana, di ambang pintu, berdiri Dave. Wajahnya tampak tenang, tetapi matanya penuh dengan sesuatu yang tidak bisa Zara baca dengan jelas—apakah itu penyesalan, rasa bersalah, atau bahkan sesuatu yang lebih gelap?"Mencari sesuatu?" tanya Dave dengan nada yang sulit ditebak, matanya tertuju pada tumpukan foto di tangan Zara.Zara menelan ludah, merasa seluruh tubuhnya menegang. "Dave... apa maksud semua ini? Mengapa ada foto-foto ini? Siapa yang memotretku?" tanyanya dengan suara yang bergetar, menuntut jawaban.Dave melangkah lebih dekat, tetapi Zara mundur selangkah, menjaga jarak di antara mereka. Dia tidak ingin mempercayai b
‘Kau bisa mencaritahunya sendiri dirumah itu’ Pesan terakhir yang Sylvia tinggalkan membuat Zara gelisah dan penasaranZara mempercayai Dave namun dia ingin tahu apa yang Dave sembunyikan darinya. Zara berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong rumah besar itu menuju ruang kerja DaveZara nampak ragu sejenak sebelum dia masuk dan menatap isi ruangan itu. Zara mengigit bibir bawahnya lalu mengeluarkan sebuah kunci yang Sylvia berikan.Dalam ruang kerja Dave, terdapat sebuah pintu yang selalu terkunci rapat dan kini kunci itu ada ditangannyaCtak..Saat dia mendorong pintu itu perlahan, ruang rahasia terbuka di depannya. Ruangan itu dipenuhi oleh berkas-berkas, dokumen, dan peta besar yang tergantung di dinding. Mata Zara tertuju pada satu dokumen yang tergeletak di atas meja besar, seperti sesuatu yang sengaja dibiarkan terbuka. Tangan Zara gemetar saat dia meraih dokumen itu.Mata Zara mulai membaca, dan semakin dia membaca, semakin cepat jantungnya berdetak.Tubuh Zara membeku di tempa
“Aku baru tahu jika sepupuku ini bodoh” Ucap Sylvia yang ditujukan pada DaveDave mengernyit, menatap Sylvia kesal “Apa maksudmu, Sylvia?” tanyanya, suaranya masih diliputi amarahSylvia mendesah, menyilangkan tangan di depan dada sambil menatap Dave dengan tatapan penuh penilaian. “Kau selalu memikirkan segalanya dengan begitu terencana, begitu strategis. Tapi ketika menyangkut Zara, kau benar-benar buta, Dave” katanya dengan nada tajam.“Kau menjadi lemah karena perasaan tak bergunamu itu” SambungnyaDave menahan diri untuk tidak memaki atau bahkan memukul Sylvia.Marcus, yang sedari tadi hanya menonton, tertawa kecil. “Lihatlah kau, Dave. Bahkan adik perempuanku bisa melihat betapa bodohnya kau dalam hal ini. Kau mungkin seorang pemimpin yang hebat, tapi dalam urusan hati, kau hanya seorang amatir.”Dave menoleh tajam ke arah Marcus, tetapi dia tahu bahwa Sylvia dan Marcus, meski
Dave tiba di markas dengan langkah cepat, pandangannya menyapu ruangan yang penuh dengan kesibukan. Anak buahnya bergerak cepat, mencoba mengendalikan situasi yang jelas sedang berada di luar kendali. Beberapa dari mereka tampak terluka, dan suasana tegang terasa di udara."Apa yang terjadi di sini?" tanya Dave dengan nada tajam, suaranya memotong kebisingan di ruangan itu. Semua orang berhenti sejenak dan menoleh ke arahnya, merasakan otoritas yang dibawa Dave ke dalam ruangan.Seorang pria dengan luka di bahu mendekati Dave, wajahnya penuh kecemasan. "Tuan Carpenter, ada penyerangan mendadak. Kami tidak tahu dari mana mereka datang, tapi serangan itu terorganisir dengan sangat baik.""Siapa yang menyerang kita?" Dave mendesak, matanya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Dia merasa marah dan frustasi, tidak percaya bahwa markas mereka bisa diserang dengan begitu mudah.Pria itu menelan ludah, tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Kami masih mencari ta
"Selamat, Tuan Carpenter. Istri Anda mengandung anak kembar" ucap Dokter kepada Dave yang menemani Zara saat memeriksakan kesehatan kehamilannya."Benarkah?" sahut Dave sambil menatap Zara yang duduk di sampingnya. Tatapan bahagia jelas terlihat di wajahnya"Iya, bayinya dalam kondisi sehat, tolong jaga kesehatan dan jangan mudah lelah.""Itu pasti, Dok. Aku akan menjaga istriku selalu."Zara tersipu malu saat Dave mencium pipinya di hadapan dokter itu. "Ini resep vitamin, jangan lupa diminum secara teratur" kata Dokter sambil memberikan selembar kertas pada Dave."Terima kasih, Dok." Ucap Zara. Setelahnya dia berdiri dan Dave menggandeng tangan Zara keluar ruangan itu."Setelah ini kita mau kemana, Dave?" Tanyanya"Makan malam. Kau mau makan di restoran mana?""Emm aku tidak mau di restoran mana pun."Dave mengernyit bingung. "Lalu kau mau makan dimana?"“Aku ingin kau yang masak” kata Zara sambil ter
“Luna, aku ingin menamainya Luna”Dave terdiam sejenak. Wajahnya yang semula penuh kasih dan ketenangan berubah menjadi kaku, seperti baru saja ditampar oleh kenyataan yang menyakitkan. Tangannya berhenti bergerak di atas perut Zara, dan dia menariknya perlahan, seolah-olah menyadari bahwa nama itu adalah sesuatu yang tidak pernah ingin dia dengar lagi dalam konteks ini.Nama itu, Luna, membawa banyak kenangan yang bercampur antara manis dan pahit. Luna, wanita yang pernah ia cintai, dan wanita yang harus ia relakan pergi, kini kembali menghantuinya dalam bentuk yang sama sekali tidak ia duga—sebagai nama untuk anak yang ia nantikan bersama Zara.Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak memperlihatkan ketegangan yang tiba-tiba melanda dirinya. "Darling... Luna adalah nama yang sangat indah, tapi...," suaranya sedikit serak, dan dia berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat. "Apakah kau yakin itu nama yang kau inginkan untuk anak kita
Dave selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan rambut masih sedikit basah. Dia mengenakan kaus sederhana dan celana panjang, terlihat lebih santai dari biasanya.Di meja makan, Zara sudah menyiapkan makan malam dengan tampilan yang rapi dan sempurna, seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang berbeda malam itu, sesuatu yang Dave tidak langsung sadari.“Bagaimana kondisimu?” tanya Dave“Lebih baik, tadi aku emosional karena hormone kehamilan” Jawab ZaraMereka duduk berhadapan di meja makan, tetapi percakapan yang biasanya hangat dan penuh canda terasa hambar malam itu. Zara menjawab setiap pertanyaan Dave dengan singkat, dan sering kali dia hanya mengangguk tanpa benar-benar melihat Dave.Ekspresi wajahnya datar, tidak ada senyum yang biasanya menghiasi wajahnya saat mereka makan bersama. Dave merasakan dingin yang perlahan merayap di antara mereka, tetapi dia memilih untuk tidak menanyakannya saat itu, berpikir mungkin Z
Dave yang baru saja pulang dibuat kaget melihat Zara yang bersandar pada ranjang sambil menangis“Darling?” Dave memanggil lembut, suaranya penuh dengan kekhawatiran saat melihat Zara. Pikirannya langsung dipenuhi oleh seribu kekhawatiranapa yang terjadi saat dia pergi?“Apa Sylvia melakukan sesuatu padamu?” tanya DaveDave segera mendekati Zara, duduk di tepi ranjang dan meraih tangannya.“Darling, katakan, apa Sylvia yang membuatmu begini?”Zara menggeleng, kepalanya mendongak menatap Dave. Air mata bercucuran dari netra hazel itu“D..Dave..” Rintih Zara"Aku disini Darling. Katakan, apa yang terjadi padamu?” matanya berusaha mencari penjelasan di wajah istrinya.Zara mencoba menahan isakan yang masih tersisa. "Dave… kenapa kau harus pergi? Kenapa semuanya terasa begitu sulit?" suaranya terdengar putus asa.Dave merasakan hatinya tercabik-cabik meliha
"Aku tidak bisa kehilangan dia, Sylvia. Aku butuh dia... kita butuh dia" ujarnya, suaranya hampir bergetar“Kau bodoh” Ucap Sylvia, kali ini nada bicaranya terdengar sinis “Kau lemah Zara, apa kau paham itu?”Zara mengangguk pelan, dia sadar bahwa yang Sylvia ucapankan adalah kebenaran“Kau terlalu percaya padanya, terlalu mudah jatuh ke dalam perangkapnya. Seorang Carpenter bukanlah orang tulus, Zara.”“Aku menasehatimu sebagai seorang wanita” lanjut Sylvia, suaranya kini lebih lembut namun tetap tegas. Ia bersandar pada sofa, pandangannya menjelajahi sekeliling rumah. "Dave memberikanmu sangkar yang bagus" gumamnya, seakan berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Zara.Zara mengikuti pandangan Sylvia, memperhatikan setiap sudut rumah yang indah ini. Rumah yang dulu terasa seperti tempat berlindung yang aman, kini terasa seperti penjara mewah. Setiap sudutnya mengingatkannya pada kebaha