[Kalian cari di mana keberadaan istri dan anakku, laporkan segera.] Tulis Juan pada sebuah pesan.
[Baik, Tuan,] balas seorang yang dikirim pesan tersebut.Juan kembali melajukan kendaraan roda empat, menuju kediaman. Sebelum sampai tidak lupa dia singgah ke sebuah mini market membeli beberapa bungkus rokok dan minuman bersoda, guna mengusir gundah di hati.Tiba di rumah hatinya semakin teriris saat tidak menjumpai anak serta istri, lelaki itu menghela napas dan membuangnya kasar.Langkah gontai dia ayunkan menuju kamar, dan langsung menuju balkon dan duduk di sana. Juan meletakkan minuman yang dia beli kemudian mulai menghisap rokok dengan tatapan menerawang.“Kalian di mana, Sayang,” ucap Juan lirih.Matanya seolah enggan mengantuk, pikirannya kacau dan membuatnya berjam-jam berada di sana. Dia tidak bergeser sedikitpun hingga saat ini puntung rokok sudah mulai penuh bahkan beberapa sudah berseraka“Siapa ya itu?” tanya Melani sambil berbisik.“Nyonya diem di sini dan jangan bersuara. Saya mau buru-buru buka pintu,” jawab Bu Murni sambil berbisik juga.Perlahan Bu Murni ke luar kamar dan menuju pintu utama, tampak olehnya tiga orang lelaki berpakaian hitam berwajah sangar menunjukkan foto Melani.“Maaf ganggu, Bu. Apa pernah liat orang di dalam foto ini?” tanya salah satu dengan nada sangat sopan.Bu Murni sengaja membuka pintu lebar-lebar agar tidak menimbulkan kecurigaan, dia sengaja duduk di teras dan berpura menatap foto Melani dengan serius.“Seingat saya gak pernah liat perempuan ini di sekitar komplek,” kata Bu Murni sambil menyerahkan kembali foto tersebut.Seseorang mencoba melihat ke dalam guna mencari tahu apakah ada orang lain atau tidak, Bu Murni mengetahui dan membiarkan saja. Salah satu dari ketiga orang tersebut menegur dan mengajaknya pergi usai berpamitan.Ketig
Juan terkejut dan merasa tidak enak sudah menganggu, dia memastikan nomor yang tertera di pintu kamar benar adanya.“Oh maaf, Bu. Saya salah kamar. Duh maaf ya udah menganggu saya permisi,” pamit Juan.Tepat saat akan membalikkan tubuh terdengar suara tangisann balita. “Rafael!” seru Juan.Tanpa meminta ijin Juan melesak masuk ke dalam kamaar, yang hampir sajaaa di tutup. Dia melihat putranya menangis sedang dipangkuan Melani yang menyusui. “Sayang,” ucap Juan dengan suara bergetar.Melani mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Juan berada di sana, kedua bola mata membulat sempurna. Bu Murni mengirim pesan teks kepada Candra dan memberitahu lokasinya saat ini, perlahan dia ke luar dari kamar dan memilih menunggu di luar saja.Bu Murni merasa bahwa itu adalah urusan pribadi sepasang suami istri tersebut dan dia tidak tepat berada di sana.“Mau apa kamu? Sana kau sama perempuan yang k
“Juan, kau gila ya? Jujur aku ragu apa kamu beneran kenal istrimu itu. Dengar, aku masih mencintai Melani sampai detik ini. Ingat itu aku masih mencintainya bahkan semakin besar rasa cintaku, tapi itu harus ku kubur dalam dan kubawa sampai mati. Melani tidak akan pernah mau kembali kepada orang yang udah meninggalkannya, dia akan bertahan dengan orang yang dia cintai sampe batas kesabarannya sebagai manusia. Kita sama-sama tau kalo sabar gak ada batas tapi kita sendiri yang buat batas itu, meski aku berjuang merebut Melani dia gak akan pernah mau kembali, paham!” bentak Candra.Rafael terkejut dan mulai bergerak gelisah, Melani berlari menuju tempat tidur dan menenangkan putranya yang kini kembali terlelap.Melani terkejut dengan pengakuan perasaan Candra, mantan suaminya tersebut benar. Sekeras apapun Candra berusaha dia tidak akan pernah kembali kepada orang yang sudah berkhianat kepadanya, kemungkinan besar dia juga akan melakukan hal yang sama dengan
“Bentar, aku liat ke luar dulu ya,” bisik Juan.“Ikuuut, aku kepo,” rengek Melani manja.Mereka kemudian menuju pintu dan melihat melalui sebuah lubang apa yang terjadi, ternyata di luar tampak dua orang wanita sedang mabuk dan menggedor kamar mereka.“Loh, itu kan si ondel-ondel kesiangan? Ngapain dia di sini sama si Clarissa?” tanya Juan.Melani melihat ke arah lubang kecil yang mengarah ke luar dan matanya terbelalak melihat Riana dan temannya. Pakaian mereka sangat terbuka dan itu membuat dia tidak mengijinkan Juan untuk melihat mereka.Wanita itu membuka pintu perlahan dan segera ke luar, kedua wanita itu tertawa terbahak-bahak lalu meninggalkan Melani sambil meminta maaf sambil berjalan sempoyongan. Sesekali mereka berbisik-bisik kemudian terkikik genit. Melani menggelengkan kepala.“Dasar orang aneh, oh …, jadi yang tadi itu yang namanya Clarissa? Cantik juga, pantesan,” sindir Melani.“Sayang, udah deh jangan car
[Apa? Di rumah sakit mana? Oke tunggu di sana, saya sama suami berangkat sekarang,] ujar Melani kemudian mengakhiri panggilan telepon.“Siapa, Sayang? ada apa?” tanya Juan sambil menyerahkan Rafael kepada pengasuhnya.“Candra kecelakaan, Sayang. Itu tadi Bu Murni yang kasih tau,” jawab Melani dengan wajah khawatir.“Ya udah kalo gitu ayo kita ke sana,” ajak Juan sambil berdiri.Melani menuju kamar dan mengambl tas serta dompet, tidak lupa membawa serta dompet sang suami. mereka kemudian menuju rumah sakit di mana Candra sedang mendapat penanganan.Di perjalanan Juan merasa cemburu kepada sang istri yang tampak khawatir, dia curiga jika Melani masih menyimpan rasa kepada mantan suaminya tersebut. Tanpa dia sadari kini raut wajahnya berubah muram, an Melani menyadari hal itu.“Sayang, kamu kenapa? Cemburu?” tanya Melani.“Udah tau nanya,” jawab Juan ketus.Melani tertawa ter
“Ada apa? Kok kamu ngeliatin aku gitu, Sayang?” tanya Juan.“Kamu kok tau Clarissa nginep di hotel yang sama? Jangan-jangan kamu tau di mana kamarnya,” tuduh Melani.Juan tertawa terbahak saat Melani mengatakan hal yang demikian, menurutnya itu tuduhan yang tidak masuk akal sama sekali. Bukan wanita namanya jika tidak mencari masalah saat keadaan sedang damai, ya …, meski tidak semua wanita demikian. Jua menyadari hal itu dan tahu jika sang istri butuh penjelasan darinya.Akhirnya dia menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak tahu apapun tentang di mana Clarissa tinggal, dia merasa itu bukan urusannya dan tidak perlu mencari tahu hingga sejauh itu. Dia juga menjelaskan jika keluarga kecilnya dalah prioritas baginya dan tidak butuh orang ketiga dalam biduk rumah tangganya.Juan juga menyadari jika wanita butuh bukti bukan jannji, Juan mengatakan bahwa hari ini dia sengaja tidak bekerja karena ingin meluangkan banya waktu bersama Melani, meski dia sebenarnya sedang membuat kejutan esok ha
“Kamu? Ngapain ke sini?” tanya Juan dengan nada tidak suka.“Kenapa? Kaget? Istrimu cantik juga, ini yang kamu ceritain dulu kalo kamu bucin sama dia? Cantik.” jawab Hadi sambil tersenyum nakal.“Aku peringatkan kamu jangan main-main sama keluargaku. Aku gak bakal tinggal diam,” ancam Juan.Melani mundur dan dudk di balik mejanya, dia memberikan ruang kepada dua lelaki yang kini berada di kantornya.Istri Juan itu juga ingin mengetahui apa tujuan Hadi datang ke kantornya, padahal seingatnya lelaki itu mengatakan bahwa sekretarisnya akan mengurus semuanya terkait kontrak.Hadi duduk dengan angkuh dan Juan duduk berseberangan sambil melipat kedua tangan di dada lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.“Santai, ngapain tegang begitu mukamu. Apa kamu takut? Hahaaha,” ejek Hadi.“Aku gak takut apapun, Hadi. Yang aku gak suka cara kamu menatap istriku,” balas Juan.“Siapa suruh punya istri cantik. Oh ya, kamu jangan berpikir kalo kedatanganku ke sini karena masa lalu dan Vivian. Bisn
Rita mundur kemudian menutup pintu, tetapi kalah cepat dengan lelaki kekar dan tampan yang kini berada di depannya.Lelaki itu memegang tangannya dan menyeringai serta menatap penuh gairah.“Lepas, pergi kamu dari sini!” usir Rita sambil menarik lengannya.“Mana bisa, aku pengen nikmati tubuh kamu,” tolak lelaki tersebut.“Jangan gila kamu ya,pergi!” usir Rita.Lelaki tersebut mendorong tubuh Rita ke dalam sehingga pintu terbuka lebar, wanita itu meronta sekuat tenaga mencoba melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut.Lelaki tersebut menghempaskan Rita di sofa empuk lalu mengambil sesuatu berbentuk pil dari dalam sakunya, lalu mengambil segelas air yang berada di atas meja, dia memaksa Rita membuka mulut lalu mesukkan pil tersebut dan memberinya minum hingga tersedak.Penampilan Rita kini tampak berantakan, lelaki itu kemudian menuju meja yang sudah ditata sedemikian romantis olehnya.‘Cih, dulu waktu pacaran sama aku kamu gak pernah siapkan makan malam romantis begini. Menciummu a
Diam-diam Juan dan Ambar menyusun rencana dengan cermat untuk menyelamatkan Melani dan menangkap Alex, lalu menyerahkan kepada pihak berwajib. Tidak lama, tiga unit mobil berwarna hitam mengapit kendaraan Juan, lelaki itu meminta Alex agar berhenti. Empat lelaki bertubuh kekar datang dan mengetuk jendela, Juan meminta Alex membuka pintu. Seorang pria dengan sigap menarik Alex dari balik kemudi, asisten Melani tersebut meronta dan salah seorang merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Aex. “Hei, apa-apaan ini? Bos, tolong!” teriak Alex panik. “Bawa dia dan tunggu kabar dariku,” perintah Juan. “Baik, Tuan,” ucap seorang lelaki dengan suara bariton yang khas. Juan ditemani salah seorang pengawal yang mengemudi segera menuju tempat Melani disekap, sementara Ambar menunggu Juan tiba. Sebuah pesan masuk ke ponsel Juan, dia membuka pesan yang berbentuk rekaman video. Seketika wajahnya memerah karena marah dan terdengar umpatan berkali-kali. “Kurang ajar, mereka main-main sa
Keesokan harinya Melani mulai mengurangi interaksinya dengan Alex, meski tidak tampak sedang menghindar tetapi sang asisten bisa merasakannya.Sudah seminggu Melani selalu bersama Ambar, Alex lebih sering mengurus tugas di kantor dan sesekali mereka pergi bertiga.Alex semakin kesal karena tidak bisa berduaan dengan Melani, di mejanya dia meremas kertas yang sedang dipegang dengan tatapan penuh amarah.‘Baiklah, sepertinya ini terlalu lama untuk aku biarkan. Juan sialan itu harus merasakan akibatnya,” batin Alex.Dia menatap komputer dan memilih beberapa file penting dan mengirimkan ke seseorang, dia kemudian menyunggingkan senyum licik.[Bos, data penting sudah kukirim. Jangan lupa bayaran ya.] Alex menulis pesan kepada seseorang.Tidak lama sebuah pesan masuk ke ponsel Alex, ternyata notifikasi atas sejumlah pembayaran secara daring. Lelaki itu tersenyum puas kemudian dia menulis pesan dan mengirimkan kepada beberapa orang dengan isi yang sama.Sesuai kebiasaan Melani, dia pulang te
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat, satu bulan sudah Alex dan Ambar bekerja dengan Melani. Mereka sangat akrab bak saudara.Alex selalu berperan penting dan selalu berada di depan jika Melani membutuhkan bantuannya dan juga dua rekannya, alasannya karena dia adalah lelaki di sana. Tentu saja Ambar dan Lisa merasa sangat senang, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dengan baik oleh lelaki tersebut.Kabar bahagia juga datang dari Rita dan Candra, ternyata wanita tersebut hamil tiga minggu. Hal ini diketahui saat mereka memeriksa kesuburan Candra. “Apa rumah sakit yang dulu salah kasih hasil? Jangan-jangan anak riana kemaren itu beneran anakku? Ah, kok jadi bingung aku,” kata Candra.“Kamu ini sebenernya seneng gak sih aku hamil? Kok malah mikirin masa lalu,” rajuk Rita.“Seneng dong, Sayang. Cuma kepikiran aja kok tadi aku minta maaf ya, lain kali gak aku ulangi,” sesal Candra.Begitulah kehidupan mereka berjalan dengan baik dan penuh bahagia, begitu juga dengan Melani
[Ada kabar baru nih, Tuan Juan lagi cari asisten sekaligus bodyguard buat istrinya. Kamu tau kan harus apa,] ucap wanita muda yang mencuri dengar pembicaraan Juan.[Oh ya? Kerjaan bagus. Nanti aku transfer uang jajan kamu kalo udah gajian.] Lelaki yang menjadi lawan bicara mengakhiri pembicaraan telepon.Keesokan harinya seorang lelaki datang menemui Rita dan melamar pekerjaan, karena memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh atasannya maka dia menerima lelaki itu dan seorang wanita lain yang cakap dan juga cekatan.Juan kini kian sukses dan bertambah sibuk. Dia sengaja menutupi dari Melani tentang kesibukannya belakangan ini, Juan merasa tertekan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat dan kerap kesulitan membagi waktu untuk keluarga kecilnya di rumah. Apalagi saat melihat Melani yang kerap memarahi putra mereka, sebenarnya dia merasa sedih karena perhatiannya terbagi.Juan memiliki ide untuk membantu mengurangi beban pekerjaan sang istri di kantor, Juan memutuskan untuk mempe
Candra menghela napas kemudian diam sejenak sebelum mengutarakan pikirannya.“Iya, Sayang. Memang disiplin harus sejak dini supaya kelak dia gak seenaknya, kalau aku boleh saran nih, gimana kalo disiplin itu dimulai umur tiga tahun? Kan dia udah mulai tuh paham, udah bisa ngomong juga. Kamu gak perlu sering marah, tinggal tegur trus hukum dia kalo melanggar lagi. Gimana?” tawar Juan.“Masuk akal sih, Sayang, tapi kayanya bakal rada telat kalo kita ngajarin Rafael dari umur tiga tahun deh. Pas hamil aku kan baca-baca di internet, masa keemasan anak itu dari dia hidup sampai umur dua tahun, ada juga yang menulis masa itu dari baru lahir hingga umur lima tahun. Aku gak mau anak kita terlambat dididik, makanya tadi aku marah,” urai Melani.“Oke, jangan terlalu keras ya. Aku gak ulangi bela dia kalo lagi kena marah, biar dia tau kesalahannya dan gak diulang. Kamu jangan marah lagi dong.” Juan merayu sang istri dengan mencium puncak kepalanya.Bagi Juan, kehidupan rumah tangganya penuh deng
“Apalagi sih? Perasaan dari tadi aneh terus deh sikap kamu,” sembur Rita.“Itu liat.” tunjuk Candra.Tampak oleh Rita seorang wanita dengan wajah sombong berjalan ke arah mereka.“Ah, dunia ini sempit ya, Mas. Takdir bawa kamu kembali sama aku.” Riana bergelayut di bahu Candra.Rita mendorong Riana agar menjauh dari sang suami, meski dia tidak mengenal siapa wanita yang berada di depannya, istri Candra meyakini bahwa yang sedang menggoda suaminya bukan wanita baik-baik.Candra memeluk pinggang sang istri dengan mesra kemudian mencuim mesra pipinya, wajah Riana tampak merah karena merasa sedang diejek.“Ini istri aku, sebaiknya kamu menjauh dari hidup kami karena aku punya kebahagiaanku sendiri. Minggir sana,” usir Candra.“Kamu jangan gitu dong, Sayang. Dia pasti gak bisa melayani kamu dengan baik, pasti jauh lebih aku dari dia. Kamu inget kan kalo aku yang terbaik,” ucap Riana penuh rasa percaya diri.“Maaf, aku gak tertarik lagi sama pelakor seperti kamu,” cemooh Candra.Sepasang pe
“Bu, Candra ke mana?” tanya Riana dengan ketus dan bernada angkuh.“Pak Candra lagi bulan madu ke luar negeri,” jawab Bu Murni berdusta karena kesal.Riana menghentakkan kaki dan duduk di teras dengan wajah kesal, Bu Murni meninggalkannya di teras lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.“Bisa-bisanya bulan madu ke luar negeri, waktu sama aku di kamar aja gak ke mana-mana. Gak adil,” gerutu Riana.Riana kini penampilannya semakin cantik penuh pesona, dia kesal kepada Candra yang kini telah menikah lagi dengan Rita, Dia berencana akan mengacaukan rumah tangga Candra dan Rita, dengan harapan Candra akan kembali dan bisa dimanfaatkan seperti di masa lalu. Riana memulai rencananya dengan mengirim pesan romantis penuh rayuan kepada Candra, Wanita itu mengatakan bahwa dia telah berubah dan menyadari serta meminta maaf atas kesalahan di masa lalu. Dia juga merayu Candra agar kembali bersamanya dengan berbagai janji manis yang tentu saja dusta“Ini orang ngapain sih ngirim pesan aneh begini?
Tidak teras pukul delapan malam sudah tiba, Juan dan Melani sudah hadir beserta keluarga dari Rita. Candra terperangah menatap calon istrinya yang tampak sangat cantik saat dirias.Ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan, Rita menitikkan air mata karena terharu dan tidak menyangka akan menjadi seorang istri mulai malam ini.Usai resmi dinyatakan suami istri para tamu yang diundang dipersilakan menyicipi hidangan yang disedikan terbatas. Melani yang memiliki ide untuk memesan beberapa menu maknan bserta hidangan penutup dan juga aneka minuman ringan.“Selamat, ya. Semoga langgeng,” ucap Juan sambil menyalami Candra.Beberapa mengucapkan semoga mendapatkan buah hati, Candra tersenyum lebar dan diam-diam hatinya bak teriris pedih tak terkira.Juan dan Melani memahami perasaan Candra dan mengalihkan ke perbincangan lain, Rita tahu jika dia tidak akan pernah memiliki keturunan dari suaminya. Akan tetapi dia sudah memikirkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk me
“Iya, maaf aku salah gak bisa menahan diri. Aku akan bertanggungjawab dan nikahin kamu,” cakap Candra.Rita menangis sedih dan juga bahagia, Candra berusaha menenangkan tapi menjaga jarak kemudian .memakai kembali pakaiannya.Lelaki itu akhirnya berpamitan dan kembali ke rumah, di dalam mobil dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia sedemikian ceroboh. Candra akhirnya menuju toko perhiasan, mencari satu set perhiasan emas serta sepasang cincin nikah. Dia meminta Bu Murni mencarikan pemuka agama untuk menikahkan dirinya dengan Rita nanti malam.[Buru-buru banget, Pak. Gak ada masalah kan? Kena grebek misalnya?] tanya Bu Murni dalam panggilan telepon.[Gak, Bu. Cuma gak pengen nunda aja,] jawab Candra dan kemudian panggilan telepon berakhir.Candra memilih kebaya putih beserta setelannya dan menyiapkan banyak seserahan untuk Rita nanti malam, kemudian dia meminta agar diantar pukul delapan malam ke alamat yang diberi.Candra kembali ke apartemen Rita, wanita itu kini tampak segar denga