“Kok rumahku rame bener? Ada apa? Parkir di sini aja deh,” gumam Candra.
Suara teriakan serta kehebohan terjadi. Sesekali terdengar suara memaki juga.“Huuuu, arak keliling komplek!”“Usir dia!”Kerumunan warga semakin ramai, tampak Mulyadi dan Pak RT kewalahan menenangkan suasana yang semakin memanas.Perasan Candra semakin tidak nyaman, jantungnya berdegup kencang dan wajahnya tampak sangat khawatir.Candra susah payah menyeruak hingga sampai ke teras rumahnya, tampak olehnya Riana dengan tubuh dililit selimut dan seorang lelaki bertelanjang dada menunduk.“Maaf, ada apa ini, Pak RT?” tanya Candra dengan raut bingung.“Tenang, Pak Candra, Mul, ambil minum dulu. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, pemilik rumah sudah datang. Mohon kembali ke rumah masing-masing dan jangan membuat keributan,” cakap Pak RT dengan tegas.Warga bersungut-sungut dan perlahan kembali ke ruma[Aku tunggu di kantin ya.] Candra membaca pesan dari Lusi.“Padahal aku udah sarapan, ga papa deh,” gumam Candra.Candra tampak senang pagi ini dan bergegas menuju kantin, tiba di sana dia mencari keberadaan Lusi. Sekretaris Juan melambaikan tangan dan tampak dia sedang duduk bersama wanita lain yang menggunakan hijab, posisinya membelakangi Candra.‘Kirain sendirian biar makan berdua, ga taunya ada orang lain. Zonk aku,’ batin Candra.Candra kemudian tiba di meja di mana Lusi berada, betapa terkejutnya saat melihat siapa yang duduk bersama Lusi.“Loh, Diana!” seru Candra.“Loh, Pak Candra?” tanya Diana.“Kalian saling kenal?” tanya Lusi.Diana menceritakan kisah perjumpaan mereka, Candra hanya menunduk dalam. Dia merasa malu dengan kisah masa lalunya.Tidak lama kemudian Rian datang, lelaki itu juga adalah pekerja di kantor Candra. Mereka sama terkejutnya mendapati mantan atasan mereka berada di kantin
“Aldo, apa-apaan kamu!” bentak Clarissa.“Cla-Clarissa? Kamu ngapain di sini?” tanya Aldo sambil mendorong tubuh wanita yang bersamanya.Clarissa dan Aldo perang mulut hingga seorang oetugas keamanan datang dan menegur mereka, Clarissa diam dan masuk ke dalam lift dan meninggalkan Aldo. Aldo mengikuti Clarissa begitu juga dengan wanita yang bersama Aldo. Tiba di depan pintu kamar Clarissa kembali murka dan mengusir Aldo beserta wanitanya. Aldo yang kesal meninggalkan Clarissa, tetapi tidak dengan wanita yang bersamanya.“Ngapain kamu di sini? Pergi sana!” usir Clarissa.“Cih, jangan sombong kalo lagi hamil. Lagian juga gak tau siapa bapaknya, kenapa gak digugurin aja sih? Nikmati masa muda lah, punya anak bikin repot dan kita terikat,” sahut wanita itu.“Bukan urusanmu, dasar pelacur!” hardik Clarissa marah.Saat dia akan masuk ke dalam kamar, wanita itu malah mengikuti dan ini membuat Clarissa semakin berang
[Kalian cari di mana keberadaan istri dan anakku, laporkan segera.] Tulis Juan pada sebuah pesan.[Baik, Tuan,] balas seorang yang dikirim pesan tersebut.Juan kembali melajukan kendaraan roda empat, menuju kediaman. Sebelum sampai tidak lupa dia singgah ke sebuah mini market membeli beberapa bungkus rokok dan minuman bersoda, guna mengusir gundah di hati.Tiba di rumah hatinya semakin teriris saat tidak menjumpai anak serta istri, lelaki itu menghela napas dan membuangnya kasar.Langkah gontai dia ayunkan menuju kamar, dan langsung menuju balkon dan duduk di sana. Juan meletakkan minuman yang dia beli kemudian mulai menghisap rokok dengan tatapan menerawang.“Kalian di mana, Sayang,” ucap Juan lirih.Matanya seolah enggan mengantuk, pikirannya kacau dan membuatnya berjam-jam berada di sana. Dia tidak bergeser sedikitpun hingga saat ini puntung rokok sudah mulai penuh bahkan beberapa sudah berseraka
“Siapa ya itu?” tanya Melani sambil berbisik.“Nyonya diem di sini dan jangan bersuara. Saya mau buru-buru buka pintu,” jawab Bu Murni sambil berbisik juga.Perlahan Bu Murni ke luar kamar dan menuju pintu utama, tampak olehnya tiga orang lelaki berpakaian hitam berwajah sangar menunjukkan foto Melani.“Maaf ganggu, Bu. Apa pernah liat orang di dalam foto ini?” tanya salah satu dengan nada sangat sopan.Bu Murni sengaja membuka pintu lebar-lebar agar tidak menimbulkan kecurigaan, dia sengaja duduk di teras dan berpura menatap foto Melani dengan serius.“Seingat saya gak pernah liat perempuan ini di sekitar komplek,” kata Bu Murni sambil menyerahkan kembali foto tersebut.Seseorang mencoba melihat ke dalam guna mencari tahu apakah ada orang lain atau tidak, Bu Murni mengetahui dan membiarkan saja. Salah satu dari ketiga orang tersebut menegur dan mengajaknya pergi usai berpamitan.Ketig
Juan terkejut dan merasa tidak enak sudah menganggu, dia memastikan nomor yang tertera di pintu kamar benar adanya.“Oh maaf, Bu. Saya salah kamar. Duh maaf ya udah menganggu saya permisi,” pamit Juan.Tepat saat akan membalikkan tubuh terdengar suara tangisann balita. “Rafael!” seru Juan.Tanpa meminta ijin Juan melesak masuk ke dalam kamaar, yang hampir sajaaa di tutup. Dia melihat putranya menangis sedang dipangkuan Melani yang menyusui. “Sayang,” ucap Juan dengan suara bergetar.Melani mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Juan berada di sana, kedua bola mata membulat sempurna. Bu Murni mengirim pesan teks kepada Candra dan memberitahu lokasinya saat ini, perlahan dia ke luar dari kamar dan memilih menunggu di luar saja.Bu Murni merasa bahwa itu adalah urusan pribadi sepasang suami istri tersebut dan dia tidak tepat berada di sana.“Mau apa kamu? Sana kau sama perempuan yang k
“Juan, kau gila ya? Jujur aku ragu apa kamu beneran kenal istrimu itu. Dengar, aku masih mencintai Melani sampai detik ini. Ingat itu aku masih mencintainya bahkan semakin besar rasa cintaku, tapi itu harus ku kubur dalam dan kubawa sampai mati. Melani tidak akan pernah mau kembali kepada orang yang udah meninggalkannya, dia akan bertahan dengan orang yang dia cintai sampe batas kesabarannya sebagai manusia. Kita sama-sama tau kalo sabar gak ada batas tapi kita sendiri yang buat batas itu, meski aku berjuang merebut Melani dia gak akan pernah mau kembali, paham!” bentak Candra.Rafael terkejut dan mulai bergerak gelisah, Melani berlari menuju tempat tidur dan menenangkan putranya yang kini kembali terlelap.Melani terkejut dengan pengakuan perasaan Candra, mantan suaminya tersebut benar. Sekeras apapun Candra berusaha dia tidak akan pernah kembali kepada orang yang sudah berkhianat kepadanya, kemungkinan besar dia juga akan melakukan hal yang sama dengan
“Bentar, aku liat ke luar dulu ya,” bisik Juan.“Ikuuut, aku kepo,” rengek Melani manja.Mereka kemudian menuju pintu dan melihat melalui sebuah lubang apa yang terjadi, ternyata di luar tampak dua orang wanita sedang mabuk dan menggedor kamar mereka.“Loh, itu kan si ondel-ondel kesiangan? Ngapain dia di sini sama si Clarissa?” tanya Juan.Melani melihat ke arah lubang kecil yang mengarah ke luar dan matanya terbelalak melihat Riana dan temannya. Pakaian mereka sangat terbuka dan itu membuat dia tidak mengijinkan Juan untuk melihat mereka.Wanita itu membuka pintu perlahan dan segera ke luar, kedua wanita itu tertawa terbahak-bahak lalu meninggalkan Melani sambil meminta maaf sambil berjalan sempoyongan. Sesekali mereka berbisik-bisik kemudian terkikik genit. Melani menggelengkan kepala.“Dasar orang aneh, oh …, jadi yang tadi itu yang namanya Clarissa? Cantik juga, pantesan,” sindir Melani.“Sayang, udah deh jangan car
[Apa? Di rumah sakit mana? Oke tunggu di sana, saya sama suami berangkat sekarang,] ujar Melani kemudian mengakhiri panggilan telepon.“Siapa, Sayang? ada apa?” tanya Juan sambil menyerahkan Rafael kepada pengasuhnya.“Candra kecelakaan, Sayang. Itu tadi Bu Murni yang kasih tau,” jawab Melani dengan wajah khawatir.“Ya udah kalo gitu ayo kita ke sana,” ajak Juan sambil berdiri.Melani menuju kamar dan mengambl tas serta dompet, tidak lupa membawa serta dompet sang suami. mereka kemudian menuju rumah sakit di mana Candra sedang mendapat penanganan.Di perjalanan Juan merasa cemburu kepada sang istri yang tampak khawatir, dia curiga jika Melani masih menyimpan rasa kepada mantan suaminya tersebut. Tanpa dia sadari kini raut wajahnya berubah muram, an Melani menyadari hal itu.“Sayang, kamu kenapa? Cemburu?” tanya Melani.“Udah tau nanya,” jawab Juan ketus.Melani tertawa ter