Share

16. Kencan Pertama

last update Last Updated: 2024-02-01 18:18:42
"Mengapa lama sekali?" Arya menatap tajam Dinda yang baru saja datang ke ruangannya.

"Hmm, Maaf, Pak. Tadi pagi badan saya agak meriang, tapi sekarang sudah lebih baik."

"Kamu sudah sarapan?"

"Sudah, Pak."

"Banyak?"

"Dua lapis roti tawar plus selai kacang dan keju, satu gelas coklat panas."

"Berarti itu belum cukup untuk mengembalikan stamina kamu hari ini. Temani saya makan." Arya bangkit dari duduknya, dan tanpa banyak bicara ia langsung menarik tangan Dinda, memaksa gadis itu mengikuti kemauannya.

"Eh, tapi, Pak .... Bagaimana kalau ...."

Arya menghentikan langkahnya. Ia menatap wajah Dinda dengan begitu serius. Dinda menjadi salah tingkah sesaat, namun gadis itu tiba-tiba teringat sesuatu. Ia membuka tas lalu mengambil masker dan langsung memakainya.

"Anak pintar." Arya tersenyum tipis, membuat Dinda langsung mengucap kalimat istighfar. 'Mengapa Tuhan menghukum gua dengan melihat pemandangan seindah ini?'

"Ikuti saya dan jangan banyak protes."

Dinda diam. Ia menyerah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   17. Perjuangan Dimulai

    Rudy sedang menata kembali beberapa lembar kertas yang baru saja di tanda-tangani oleh Arya. Ia seperti ingin menanyakan sesuatu. "Ehm, Pak Arya." Pria muda itu sudah tidak dapat menahan rasa penasarannya. "Ya?" "Itu tadi ... kok bisa bareng dengan Mbak Dinda?" "Oh, itu. Kebetulan berpapasan di depan kampus. Ini juga jadwal dia konsultasi dengan saya." "Oooh, begitu ternyata. Sekarang Pak Arya menjadi pembimbing Mbak Dinda. Syukurlah kalau begitu. Pak Arya harus membantu Mbak Dinda. Mendorong sepenuhnya agar Mbak Dinda bisa lulus secepatnya." "Secepatnya gimana Pak Rudy, orang jadwal sidang juga masih tetap, tiga bulan. Tidak berubah." "Ya maksud saya, di sidang besok, Mbak Dinda bisa lulus, nggak seperti kemarin, Pak Arya." Arya hanya tersenyum. "Tugas berat ini." Rudy tampaknya paham dengan maksud. "Tidak, Pak Arya. Jika Pak Arya melakukannya dengan penuh cinta dan kasih sayang, pasti hasilnya juga bagus." "Bercanda, Pak Rudy. Saya akan membantu sebisa saya, selebihnya

    Last Updated : 2024-02-02
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   18. Peran

    Dinda membeli dua bungkus es krim coklat dengan taburan kacang almond di atasnya. Ia mulai menggigit sedikit demi sedikit es krimnya, sambil memikirkan semua ucapan Arya. Semakin direnungkan, semakin banyak ia menemukan kebenaran dalam kata-kata sang dosen pembimbing. Sudah waktunya ia mengenyahkan nama Mega Sandrina dari pikirannya. Toh sekarang dia sudah bukan pembimbingnya lagi. Saatnya ia kembali memusatkan perhatiannya pada skripsinya. Ia akan mengikuti semua saran Arya. Jikalau mantan pembimbingnya itu mencari gara-gara lagi, ia akan memilih untuk diam. Dari jauh ia sempat melihat sosok dosen pembimbingnya melangkah keluar dari ruang dosen. Pria tampan itu seperti sedang mencari seseorang, sayangnya, Dinda harus melihat sosok yang sangat ia benci datang menghampiri pria tampan itu. Mereka terlibat percakapan sesaat, tapi raut wajah Arya terlihat tidak senang. Ia mengangkat kedua tangannya, seperti sedang menolak sesuatu atau permintaan dari mantan pembimbingnya. Pria itu lanta

    Last Updated : 2024-02-02
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   19. Hasil Rapat

    Mita berguling-guling di atas kasur Dinda. Ia yang baru saja mendengar cerita Dinda, merasa malu sendiri. Wajahnya ia tutupi dengan bantal. Perlakuan Arya terhadap Dinda selaku dosen pembimbing, benar-benar tidak biasa. Tidak seharusnya seorang dosen pembimbing bersikap seperti seseorang yang sedang jatuh cinta. Mita langsung bangun, menegakkan punggungnya. Mungkinkah jika sang dosen sudah menyimpan perasaan khusus pada sahabatnya itu? Mita menatap Dinda dengan sangat serius. "Din!" serunya. "Hmm?" "Lu nggak ngerasa aneh gitu dengan sikap dosbing lu itu?" Dinda diam sambil berpikir. Sebenarnya, sejak awal pertemuan mereka, ia sudah merasa sangat aneh dengan sifat pembimbing barunya itu, tapi ia berusaha mengenyahkan perasaannya itu dan berusaha bersikap biasa saja. Tapi sekarang, sikap sang pembimbing makin ke sini makin aneh. Apa itu cuma perasaannya saja? Ia takut jika ia salah menterjemahkan sikap pria itu. "Sedikit." "Cuma sedikit?" Mita mendelik tidak percaya. "Nurut gua,

    Last Updated : 2024-02-04
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   20. Berjuang Bersama Atau Sendiri?

    "Berangkat sekarang, Pa?" tanya Anggun pada Dermawan yang baru saja selesai mandi. Mereka memang merencanakan untuk bertemu dengan Broto di suatu tempat. Tidak di rumah salah satu dari mereka. "Tidak menunggu Arya dulu?" Anggun menggeleng. "Barusan telpon Mama, kalau dia tidak langsung ke rumah, tapi mampir ke rumah temannya sebentar. Ada hal penting yang harus diselesaikan." "Oh. " Dermawan kini merapikan rambutnya, menyemprotkan sedikit parfum ke pakaiannya."Ayo, kita berangkat. Jangan pulang malam-malam. Besok Papa ada rapat direksi." Anggun mengambil tas yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ia berjalan mendahului Dermawan untuk memberitahu asisten rumah tangga-nya agar memanaskan makan malam jika Arya sudah tiba di rumah. -0- "Loh, Pak Arya!" seru Rudy terkejut menemukan Arya sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya. Ia sendiri sedang menggendong putranya yang masih berusia empat bulan. Rudy segera membuka pintu pagar rumahnya. "Maaf, Pak Rudy. Saya mengganggu sebentar."

    Last Updated : 2024-02-04
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   21. Oke Gas

    Dinda melihat Arya dengan wajah penuh tanda tanya. Pertanyaan aneh yang ia dengar, yang sama sekali tidak berkaitan dengan skripsinya. Dalam konteks apa pertanyaan itu diajukan? Mereka tidak sedang membicarakan pernikahan. Ops!! Kedua netra Dinda membola. Mana mungkin mereka mendiskusikan pernikahan, lawong hubungan antara mereka adalah hubungan dosen pembimbing dan mahasiswa yang dibimbing? "Permisi, Pak. Itu maksudnya apa? Perjuangan? Bersama? Sendiri? Saya kok tidak paham sama sekali." Otak Dinda tidak bisa berpikir. Ia mencari topik yang memiliki hubungan dengan pertanyaan itu, tapi tidak kunjung ia temukan. "Apa kamu tidak mendengar percakapan saya tadi dengan Bu Mega?" Dinda menunduk. "Mendengar sedikit, tapi saya tidak paham apa yang dibicarakan." Arya tidak melanjutkan pertanyaannya. Moodnya tiba-tiba menjadi buruk. "Jika saja ada peraturan baru, yang mengatakan jika pembimbing tidak diperbolehkan menjadi bagian dari tim penguji, apakah kamu siap?" Dinda mengangkat ke

    Last Updated : 2024-02-05
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   22. Calon Mertua atau Rekan Bisnis?

    Arya tengah mengeluarkan laptop dari tas ketika Rudy menghubunginya. Tidak biasanya, Rudy menghubungi malam-malam begini. "Halo?" *Halo. Selamat malam, Pak Arya. Maaf malam-malam mengganggu. "Iya, Pak Rudy. Ada apa? Tumben telpon malam-malam." *Itu, Pak Arya. Barusan saya ditelpon Pak Hasan. Tadi pagi Pak Hasan dapat undangan seminar Manajemen Ekonomi Syariah di Semarang, tapi Pak Hasan tidak dapat hadir. Beliau meminta Pak Arya untuk menggantikan beliau dan beliau sudah konfirmasi ke panitia tapi lupa memberitahu Pak Arya di kampus tadi. "Seminarnya kapan, Pak Rudy? Biar saya cek jadwal saya dulu." *Lusa, Pak. Arya membuka ponselnya dan memeriksa jadwal kerjanya minggu ini. "Jadwal saya kebetulan masih kosong, tapi saya belum beli tiket." *Tiket sudah siap, Pak. Pak Arya tinggal berangkat saja. "Baiklah.Terima kasih, Pak Rudy. Arya kembali memeriksa jadwalnya di ponsel. Ada jadwal mata kuliah Manajemen Komunikasi besok lusa. Arya segera mengirim pesan kepada Dinda. Untuk

    Last Updated : 2024-02-07
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   23. Undangan Seminar

    Calon mertua-rekan bisnis. Calon mertua-rekan bisnis. Calon mertua-rekan bisnis. Dinda mengucap secara bergantian, menghitung jarinya, mencari tahu dengan tebakannya sendiri.Pemberitahuan dadakan dari Sari, sungguh membuat batin Dinda penasaran. Ia menjadi gelisah sendiri. Bagaimana jika itu benar-benar tamu yang bakal menjadi mertuanya? Jika memang itu calon mertuanya, seharusnya mamanya menyuruh dirinya untuk hadir dalam jamuan makan malam itu, tapi mengapa ini tidak?Apakah mereka baru akan membahas itu? Kesediaan sang tamu untuk menjodohkan anaknya dengan dirinya? Sebentar-sebentar, Dinda sepertinya harus kembali menanyakan sesuatu pada Sari. Dinda segera turun dari kamarnya, mencari Sari yang saat itu berada di dapur. "Ma.""Loh? Kok belum mandi?""Malas. Ntar aja. Dinda mau tanya sesuatu. Kalau tamu papa besok adalah calon mertua Dinda, berarti papa tahu soal itu?""Soal itu soal apa?""Ya itu, Ma. Yang Dinda minta mama carikan calon suami buat Dinda, kemarin itu." Wajah Dind

    Last Updated : 2024-02-08
  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   24. Ganti Rugi

    "Bapak sedang sibuk?" tanya Dinda begitu wajah Arya muncul di ponselnya. Tapi tunggu dulu. Siapa yang ada di samping pembimbingnya itu? Wanita itu tengah tersenyum manis dan manja tepat di samping sang dosen dengan lengan menempel satu dengan yang lain. "Bapak tampaknya sedang sibuk Lain waktu saja, saya telpon lagi." *Eh, tunggu-tunggu dulu. Jangan kamu tutup. Saya tidak sedang sibuk. Saya justru sangat longgar. Tidak mengerjakan apa-apa. "Tapi, Bapak sedang bersama ... " Dinda tidak melanjutkan kalimatnya, *Nanti saya hubungi begitu sampai di hotel. Arya menutup panggilan itu dan memasukkan ponselnya ke saku jaket bagian atas. "Maaf, Bu Mega. Apakah duduknya bisa bergeser ke kanan? Ini terlalu dekat. Tidak baik karena kita bukan muhrim dan kita juga bukan pasangan." Mega dibuat salah tingkah mendengar teguran Arya. Ia segera menjauhkan diriya dari Arya. Tapi bukan Mega namanya jika ia akan mundur hanya karena teguran kecil seperti itu. Ia akan memikirkan cara lain agar dirin

    Last Updated : 2024-02-09

Latest chapter

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 9

    Rasa was-was yang dirasakan Mita menular ke Dinda. Secara tidak sadar, perhatian Dinda kini beralih pada sosok pria tinggi yang sepertinya sengaja menutupi wajahnya dengan topi berwarna hitam. Pria itu mulai menyadari jika kehadirannya sudah diketahui Dinda. Ia memutar tubuhnya secepat mungkin, berpura-pura sibuk memilih jam yang dipajang di toko yang berada tepat di belakangnya."Buruan cabut aja deh, Din. Gua takut kenapa-kenapa." Mita mendorong kereta belanja dengan sekuat tenaga. Dalam pikirannya, mereka harus segera meninggalkan supermarket ini. Tidak ada Fahri atau Arya di samping mereka, membuat Mita bersikap sangat waspada, terlebih lagi mereka membawa dua bocah, yang sejak kedatangan mereka, sudah menarik banyak perhatian terutama Brilian.Dinda mengangguk setuju. Mereka bergegas menuju meja kasir yang kosong, untuk kemudian meninggalkan supermarket itu. Bulir keringat bermunculan di kening Mita. Ia sungguh gugup. Takut jika kejadian buruk akan menimpa mereka. Ia membawa mo

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 8

    Suasana tegang melingkupi ruangan Arya. Yusna mengusap keringat yang mulai memenuhi keningnya, sedangkan Burhan menatap nanar pemuda tampan di hadapannya, yang memiliki aura tak kalah menyeramkan dengan pemilik yayasan."Bagaimana?" Arya masih setia menunggu penjelasan kedua pria paruh baya di depannya. Batin Burhan masih terjadi pergulatan batin. Ia tidak ingin mengaku salah karena dalam kacamatanya, mengaku salah berarti salah. Ia tidak sudi mengakui kesalahannya di depan pemuda belum matang di depannya."Saya mengadakan perekrutan ini bukan tanpa pertimbangan, Pak Arya. Semua berdasarkan permintaan masing-masing fakultas. Ada banyak dosen yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun. Jika kita tidak cepat mencari calon pengganti mereka, saya khawatir ini berpengaruh pada jumlah serapan mahasiswa baru tahun depan."Yusna mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Burhan tidak jauh berbeda dengan pemikirannya. Mereka harus mempersiapkan calon pengganti lebih awal beberapa bulan sebelum

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 7

    Rudy mengikuti Arya dari belakang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada sang rektor muda. Tentang kabar Dinda dan putra mereka, termasuk kehidupan yang keluarga kecil itu jalani selama pendidikan di Inggris. Namun, aura Arya mencegahnya untuk bertanya apapun. Bibirnya seperti dikunci paksa.Keduanya kembali ke ruangan rektor. Sekretaris memberi beberapa dokumen kepada Rudy, untuk selanjutnya disampaikan kepada Arya.Rudy berhenti sejenak untuk mengecek dokumen apa saja yang diterimanya, sebelum diserahkan kepada Arya. "Yusna dan Burhan." Arya menggumam dan gumamannya berhasil mengalihkan perhatian Rudy."Ada yang harus saya lakukan, Pak Arya?" Rudy mendekat dan meletakkan dokumen yang sudah ia periksa."Apa yang mereka lakukan selama aku berada di luar negeri?" Tatapan lurus Arya membuat Rudy sontak mendekat."Saya sudah berusaha menjelaskan beberapa hal kepada beliau berdua, Pak, Akan tetapi, mereka justru menilai saya sebagai perusuh dan tidak mengerti kebutuhan kampus saat i

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 6

    Dinda baru saja selesai membantu Anggun menyiapkan sarapan pagi bersama Mita, saat dilihatnya Arya sudah berpakaian rapi dengan tas kerjanya. 'Bukannya ke kampus besok? Kenapa berubah? Pagi banget lagi?' Netra Dinda mengikuti kemana pun Arya bergerak. "Pergi kemana? Ke kantor?" Akhirnya Dinda tidak tahan juga untuk bertanya. Wajah Arya yang sangat serius cukup mengganggunya."Ke kampus dulu." Arya mendekat ke arah Dinda, lalu mengecup kening istrinya. "Ada sesuatu yang harus diselesaikan.""Mendadak sekali."Arya mengangguk. "Nanti malam saja ceritanya," bisiknya di telinga Dinda sembari memberi kecupan lembut di sana."Penting banget?" Dinda sepertinya tidak rela jika suaminya itu kembali ke rutinitasnya sebagai dosen."Sangat penting."Dinda mulai menerka-nerka urusan apa yang dimaksud suaminya. Jangan-jangan sosok yang disebut Mita kemarin?"Jangan pergi sebelum sarapan. Hari ini sangat spesial karena dimasak oleh tiga wanita cantik di rumah ini. Kalau kamu tolak, bakal rugi dan k

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 5

    Mega? Kembali? Wanita itu berada di tempat yang sama dengan mantan dosen pembimibingnya untuk kedua kali? Dinda mengerjapkan kedua netranya. Ia hanya menatap Mita kosong."Tsk. Bener kan tebakan gua. Lu bakal kaget.""Ngapain dia balik lagi ke kampus? Apa belum dipecat?" Dinda mendadak merasa kesal. Mungkinkah Arya sudah membohonginya? Mita tertawa kecil melihat kening Dinda berkerut-kerut. "Pak Arya nggak akan pernah bohong sama elu. Beliau tipikal setia sampai akhirat."Dinda tersipu malu. "Gua sebenernya nggak pa-pa juga kalau dia balik lagi ke kampus.""Serius?" Mita sontak memutar badannya. "Asal doi bukan jadi dosen aja. Balik ke kampus kan tidak selamanya dia balik jadi dosen lagi. Kali aja pas ketemu sama elu, dia numpang lewat atau nganterin temen atau sodaranya yang mau daftar di sana jadi maba.""Bisa jadi juga. Gua begini karena gua masih kesel aja sama dia. Kenapa orang seperti dia malah awet di muka bumi ini, sih?""Hush! Nggak boleh ngomong begitu. Kali aja Tuhan mau

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 4

    "Mama!!"Teriakan Brilian membuat Dinda langsung memutar tubuhnya dan dengan gerakan super cepat kaki-kakinya yang panjang dan jenjang sudah mengantarkannya ke depan pintu teras. Ia melihat Brilian menangis dalam gendongan Arya.Dinda mendekat ke arah dua pria penting dalam hidupnya. Dinda menyentuh lembut pundak suaminya. Tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun, Arya menceritakan sebab musabah Brilian menangis histeris. "Saking besarnya dia melompati ini hingga jatuh terjerembab di situ." Arya menunjuk ke dinding pemisah antara teras rumah dan pekarangan rumah setinggi enam puluh senti, dan lokasi tempat Brilian jatuh."Mana anak tampan Mama?" Dinda mencoba melihat wajah putranya. Brilian, demi mendengar suara lembut sang mama, langsung mengangkat wajahnya. Ia berusaha keras menahan tangisannya yanga berujung pada cegukan.Dinda tersenyum geli. "Nggak apa-apa kalau masih ingin menangis. Tuh, lihat. Om Fahri sudah berhasil menangkap tikusnya."Dari kejauhan tampak Fahri memegang ta

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 3

    Fahriza masih tertegun di jok belakang. Ia masih tetap menatap ke arah bocah laki-laki yang ditunjukkan mamanya. "Sayang... Kamu tidak ikut turun?" Panggilan Mita membuyarkan lamunan Fahriza. Bocah kecil itu keluar dengan terburu-buru, lalu lari menghambur mencari sang nenek"Nenek!"panggil Fahriza heboh. Ia tidak mempedulikan beberapa tamu yang tengah duduk berbincang dengan Dermawan. Fahriza tiba-tiba berhenti di tengah ruang tamu. Netranya menabrak sosok asing yang tidak pernah ia temui sebelumnya.'Mengapa Papa ada dua?' gumam Fahriza keheranan. Perhatian Fahriza terpusat pada sosok yang sedang menuruni tangga. Pria tinggi, putih dan sangat tampan. Sekilas memang mirip papanya, tapi jika dilihat lebih dalam, pria dewasa itu lebih tampan dari papanya. Mita yang berjalan di belakang Fahriza menatap penuh heran melihat tingkah putrinya. "Ada apa, Za? Ada hantu? Mana? Biar Mama pukul pakai tas Mama ini." Mita megusap lembut pucuk kepala Fahriza."Mama!""Ya, Sayang.""Mengapa Papa

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing    Extra Part 2

    Jawaban jujur Fahriza membuat Anggun tidak dapat menahan tawanya. Namun, demi menjaga wibawa Mita di hadapan putrinya sendiri, Anggun berusaha keras untuk meredam tawanya.A: "Oh. Mama ngomel. Mama ngomelin apa kalau Nenek boleh tahu?"F: "Ehm. Apa ya?"Fahriza ingin menjawab tapi melihat ekspresi Mita yang mengerikan, bocah kecil itu memutar badannya hingga Mita tidak dapat melihat wajahnya.A: "Halo?" F: "Iya, Nenek. Fahriza masih di sini. Nenek tunggu dulu. Fahriza sedang memikirkan jawaban yang benar."Jawaban Fahriza mengundang tawa Anggun. Bocah kecil itu begitu pintar, mencari alasan. Tampaknya, kepandaian Mita dalam bersilat lidah menurun kepada Fahriza.A: "Baiklah. Nenek akan sabar menanti jawaban kamu, tapi jangan lama-lama karena Nenek masih harus membungkus kado untuk tamu spesial yang akan datang menjenguk Nenek."Netra Fahriza yang bulat menjadi semakin bulat saat gadis kecil itu mendengar kata 'kado' dan 'tamu spesial, yang baru saja diucapkan Anggun.F: "Kado? Tamu sp

  • Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing   Extra Part 1

    "Mama! Kakak mau itu." Teriak Brilian ketika kaki kecilnya baru saja turun dari gendongan Arya. "Mainan lagi? Bukannya kemarin Papa baru saja beliin Kakak mobil balap?" Dinda menggandeng tangan kecil putra pertamanya itu, mengikuti sang suami yang berjalan ke tempat pengambilan bagasi sebelum meninggalkan bandara."Tapi, Kakak beyum punya yang kayak itu..." ujar Brilian dengan bahasanya yang masih cadel. "Gimana kalau kita pulang ke rumah dulu? Papa takutnya Om Fahri sudah menyiapkan hadiah untuk Kakak." "Om Fayi peyit. Suka bohong."Dinda terkekeh. Ia teringat dengan janji Fahri yang hendak mengunjungi dirinya dan Arya. Namun, sampai dua tahun mereka tinggal di Inggris, Fahri tidak juga menepati janjinya, membuat Mita terus saja merengek agar dirinya segera pulang ke Indonesia."Nggak. Om Fahri pasti sudah beli sesuatu untuk Kakak. Hanya saja, Om Fahri masih repot, jadi belum bisa kirim hadiahnya." Alhasil, sepanjang jalan Dinda dan Arya mendengar omelan penuh kekesalan Brilian.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status