Troy menegak alkoholnya lagi. Ia tak habis pikir, kenapa orang yang dikenalnya sebagai ibu yang sudah melahirkannya enggan menemui Troy. Ia bingung apa kesalahannya. Mana ada ibu yang tak menyayangi anaknya? Mana ada ibu yang tak peduli pada putranya.
Troy lelah, harapannya memiliki keluarganya lagi tiba-tiba harus menguap ke udara. Ia putus asa. Mungkin memang benar, takdirnya adalah menjadi boneka sang kakek dan harus berjodoh dengan perempuan menyebalkan seperti Vivian.
"Tuan, minum lagi? Minum tak baik untuk kesehatan." ujar Ismail yang melihat tuannya tengah memegang botol minuman.
"Kenapa dia lari? Kenapa dia harus menghindariku? Apa salahku? Aku hanya ingin memeluknya, memanggilnya mamah. Merasakan bagaimana punya ibu, setidaknya aku tak merasa sendiri."
"Ibu anda punya alasan untuk melakukan itu." Jawab kepala pelayannya singkat, Troy malah terkekeh ngeri. Alasan apa yang dapat membenarkan perlakuan ibunya. Ibunya malah
"Uhuk... uhuk... uhuk..." Senja membersihkan lantai dua bengkel suaminya. Tempat ini lumayan kotor maklum penghuni sebelumnya adalah para laki-laki yang minim menjaga kebersihan. Beruntung ruangannya cukup luas bisa di pakai untuk tidur, duduk atau sekedar belajar. Kalau kamar mandi ada di bawah, bersandingan dengan kamar mandi bengkel. "Loe yakin gak perlu gue panggilin jasa tukang bersih-bersih?" Tawaran Saga begitu menggiurkan tapi Senja menolaknya karena mereka harus belajar mandiri, hidup sendiri. Belajar bekerja sama dan menguatkan satu sama lain. "Gak usah, kamu bisa bantuin aku buat bersih-bersih kan? Angkat barang-barang." Lagi pula kalau mereka menyewa jasa tukang bersih-bersih akan memakan waktu dan menghabiskan uang. Memang uang Saga di ATM masih utuh belum tersentuh tapi itu uang hanya di gunakan saat darurat saja dan saat ini bukanlah saat genting sehingga uang itu harus di gunakan.
Senja baru saja akan mengangkat sendok sebelum Fara datang membawa semangkuk bubur ayam untuk bergabung makan siang dengannya. "Makan siang sama loe kayak gini bentar lagi jadi hal yang langka!" Ucapnya dengan nada suara yang dibuat sesedih mungkin. "Kenapa?" "Karena loe mau lulus dan gue belum lulus-lulus. Loe jadi kan wisuda akhir tahun?" Senja hanya tersenyum menanggapi muka kawannya yang di tekuk masam. "Jadi! Makanya loe cepet-cepet susulin gue. Yah siapa tahu kita bisa lulus barengan." Hal yang mustahil, Fara tahu kalau kekuatan otaknya dengan Senja berbanding terbalik. "Gak mungkin deh kayaknya. Dosen pembimbing gue itu sensi banget sama gue. Skripsi,baru sampai bab 1 muluk. Gak ada peningkatannya." Dengan kesal Fara mengaduk-aduk buburnya. Ia ingat kenapa dosen pembimbingnya bisa tak suka dengannya, karena Fara dulu sengaja mengerjai dosen itu dengan mengempiska
Di rumah Senja merasa tak nyaman. Di Cafe tempat kerjanya apalagi. Ia harus menghadapi Vano yang menunggunya di meja nomer 12. Kenapa laki-laki itu tak bosan mengganggunya, apa yang ia mau?. "Nja, kalau kamu gak nyaman biar aku suruh keamanan buat usir dia pergi". Tanya Arthur ketika melihat Senja ragu-ragu membawa nampan pesanan ber nomer 12. "Nggak kak, masalah buat di hadapi. Lagi pula dia juga pelanggan kita". Arthur tahu Senja itu dewasa. Awalnya ia merasa khawatir kini tak lagi. Pemilik Cafe, tempat Senja mencari nafkah itu mempercayai kalau Senja mampu menghadapi masalahnya. Atas dasar profesionalitas kerja. Ia mulai melangkahkan kaki. Senja tak akan takut, Devano harus di hadapi karena di hindari pun percuma. Laki-laki kurang ajar itu akan terus-menerus mengganggu hidupnya yang kini telah tenang. "Vano, ini pesanan kamu!" Senja meletakkan Taro milkshake dan juga Greentea lava cake tep
Saga tak tahu apa yang ia rasakan kini. Senangkah? Menyesalkah? Sedihkah? Yang jelas semuanya tercampur aduk. Ia benar-benar berhasil, Senja itu istrinya tapi ini semua juga salah. Karena terbawa emosi dan merasa bahwa Senja jadi menjauhinya . Saga kalap sampai melakukan hal di luar batas.Khilaf tapi ia melakukannya dengan sadar. Saga tak mabuk, sadar bercinta dengan istri. Bisa dikatakan bercint
"Ada apa kak?" "Oh ini, aku mau ngasih undangan sama kalian. Undangan pertunangan aku, Sabtu malam besok. Jangan lupa datang ya?" Senyum yang di miliki Farah seketika lenyap. Digantikan dengan ekspresi kecewa sekaligus nelangsa. "Pasti kak!" Senja yang menyahut sementara Farah hanya diam meratapi sakit hatinya. Kesadarannya belum juga terjaga karena terlalu mendramatisir hatinya yang patah. "Aku ke Arthur dulu. Dia ada di dalam kan?" "Iya kak, ada kok!!" Beberapa menit setelah Troy pergi, tangis Fara pecah. Bukan tangis tergugu tapi tangis yang meraung-raung. Mirip seorang gadis kecil yang kehilangan pita kesukaannya. "Hua... hua... hua... hua...." "Kok loe nangis kenceng banget sih?" "Tabok muka gue. Ini mimpi kan cuma mimpi!!" Farah dengan penuh kekesalan dan kecewa merebut kartu undangan yang berada di tangan Senja lalu membolak-baliknya sebelum menghempaskan benda itu ke meja. "Nama Troy ada disini d
Senja masih tak menyerah membujuk Fara untuk datang ke pesta pertunangan Troy. Tapi Farah malah berjongkok sambil mulutnya di tekuk masam. "Jauh, kita harus datang! Kak Arthur udah nungguin di luar. Gue gak enak sama dia!!" Senja menarik-narik tangan Farah untuk berdiri tapi kawannya itu masih enggan menurut. Ia ngotot berjongkok, malah seolah memaku tubuhnya dengan lantai. "Aku gak mau dateng, kamu gak ngrasain kan gimana perasaan aku. Coba misal Saga punya cewek lagi, sakit kan pasti?" Iya tentu sakit Senja sudah me
Acara apa intinya telah di mulai. Saatnya Troy menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Vivian Elizabeth Sutekja. Perempuan yang akan menjadi tunangannya entah berapa lama."Aku doa'in tuh cincin glinding kemari dan aku yang nemu terus aku umpetin supaya mereka gak jadi tunangan!""Fara..." Ucap Arthur dan Senja secara bersamaan sedang Farah sudah tertawa jahat tapi seketika tawanya sirna tatkala mendengar tepuk tangan para tamu undangan."Kita ke kak Troy ngucapin selamat yuk!!" Ajak Senja."Males," jawab Farah ketus."Nanti aja,tuh yang ngasih selamat antrinya panjang. Kita nyicip kue dulu. ""Dari tadi kak Arthur nyicip kue muluk.""Buat referensi Cafe. Siapa tahu ada kue yang menarik bisa di jadiin menu. ""Heem, bener tuh Senja. Gue juga mau cari kue coklat. Katanya kan coklat bisa balikan mood gue yang ancurr!!" Senja akui coklat batangan bisa meringankan patah hatinya saat Saga
Senja tak tahu harus melakukan apa saat satu tangannya sudah di genggam Saga dan di tarik untuk pergi dari pesta. Sebenarnya tadi Arthur ingin menghalangi Saga tapi ia cegah, karena ia tak mau kalau Saga akan berkelahi dengan Arthur lagi pula kalau Arthur membantunya, siapa yang akan menemani Fara."Masuk!" Saga membukakan pintu mobil untuk Senja. Ia dengan sedikit kasar mendorong tubuh istrinya agar masuk mobil. Tak tahukah Saga kalau Senja kesal di perlakukan kasar dan layaknya tahanan.Tak berapa lama Saga menyalahkan mesin mobil dengan tergesa-gesa. Kakinya menekan pedal keras-keras. Ia terbawa emosi sampai membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Senja tak bergeming, harusnya di saat seperti ini a berteriak ketakutan atau menghentikan Saga. Tapi Senja terlalu gengsi jika membuka mulut. Ia memilih diam, nyawanya diserahkannya pada Tuhan.Entah apa yang terjadi pada Saga, mobil yang mereka naiki mendadak menepi di pingg