Share

Polos Dan Lugu

last update Last Updated: 2021-03-26 10:02:55

“Ini untukmu…!”

 Cantika berkata, sembari memberikan sesuatu padaku yang aku tidak ketahui barang apa itu sebenarnya.

“Apa ini…..?”

Aku seketika berkata pada Cantika malam itu. Penasaran sekali menanyakan benda apa yang diberikan cantika padaku. Kami berjalan untuk menuju sebuah tempat dunia malam. Tepat di sebuah jalan dekat gedung pertunjukan kami berhenti saat itu, gedung yang jika siang hari digunakan untuk berbagai kepentingan umum. Tapi jika malam hari, tempat itu berubah sepi. Hanya terlihat beberapa kendaraan melintas serta remang-remang  cahaya lampu penerangan jalan, terlihat sudah rusak sebagian oleh tangan-tangan jahil.

“Bodoh sekali kau..!”

“Kau tak tahu itu apa……?"

“Astaga.....,Hahaha. Kemana saja hidupmu selama ini…….?”

Cantika hari itu tertawa dengan puasnya, tertawa dengan pertanyaan diriku yang dianggapnya sangat bodoh dan tak pantas untuk ditanyakan. Begitu polos dan belum terlalu mengenal dunia malam yang begitu asing bagiku.

“Itu namanya pengaman,”

“Satu lagi pelicin.”

“Kau paham sekarang?

Cantika berkata padaku saat itu juga.

“Ini kau pakai ketika ingin melakukan hal itu,”

“ supaya barang masuk keluar lancar, mengerti? Hahahah…..”

Cantika kembali menertawaiku saat malam itu. Teman yang aku kenal sudah lama di dunia kelam itu melanjutkan kembali kata-katanya.

“Kau hidup di zaman apa sih?

“Masa barang itu saja kau tidak tahu….,"

"Apa kau pura-pura bodoh?”

Malam itu dia kembali menertawakan aku. Bodoh dan sama sekali tidak mengenal barang apa yang diberikannya itu. Aku pun kembali menjawab pertanyaan yang dilontarkannya, berkata dengan apa adanya saat itu.

"Mana aku tahu dengan benda itu....!"

"Aku hanya gadis biasa berasal dari sebuah kampung kecil, jangankan melihatnya langsung, Memegang benda itu saja baru pertama kalinya di sana dan di tempat itu.

Aku yang mendengar kata-kata dari Cantika seolah jijik  dengan kata-kata itu. Kata-kata tentang barang yang diberikannya padaku.

“Untuk apa….?

Tanyaku kemudian pada Cantika, begitu polos dan tololnya aku saat itu.

“Kau mau dirimu hamil…?”

"Mengalami penyakit  tanpa memakai barang itu? kemudian mati perlahan….?

“Mau…?”

Saat itu dia bicara lagi padaku.

Aku merinding mendengar kata-kata cantika, seolah takut dengan apa yang dia katakan padaku baru saja itu. Memang, aku takut dengan semua kenyataan. Tapi harus bagaimana, nasib telah membawaku ke t jalan kelam dan penuh lumpur dosa, hanya yang bisa aku lakukan pasrah menjalani hidup yang makin jauh terperosok ke dalam lembah hitam.  Sudahlah, Aku kemudian menyimpan barang itu ke dalam tas kecil yang aku bawa. 

“Oh iya, heheheh…”

Aku menjawab seolah ikut tertawa saat itu. Tertawa seperti orang bodoh di depan cantika yang menertawaiku dengan sangat lucu, seolah tak mau berhenti saat itu.

Tidak lama kami berjalan dari arah kontarakan untuk menuju tempat dunia malam. Hanya berjarak beberapa meter saja, kami pun sampai di tempat itu. Tempat yang dikatakan orang adalah tempat maksiat. Aku lihat agak sepi tempat itu, hanya beberapa kerlip sinar lampu yang begitu minim pencahayaan.

Maklum, lampu jalan ada yang mati serta ada juga yang sudah rusak, tidak berfungsi dengan baik. Membuat jalan itu terlihat begitu seram. Tetapi, demi mencari sesuap nasi aku beranikan saja berada di tempat itu.

“Ayooo Mawar…..!”

“Mau sampai kapan kau duduk di sana….?”

Cantika yang memanggil namaku dari arah tepat di persimpangan jalan. Sementara, aku  hanya duduk di bawah atap halte bus saja, belum berani melakukan pekerjaan hina itu. Memang, sudah lama aku duduk di dekat tembok di bawah atap bangunan halte bus usang termakan usia.

Cantika Memanggilku yang hanya dapat memeluk erat tubuh yang kedinginan, dingin karena pakaian yang aku kenakan begitu minim, ditambah malam itu cuaca begitu sangat ekstrim. Dinginnya angin semilir malam yang berhembus perlahan, seolah menyuruhku untuk pergi dan pulang saja dari tempat yang memang tak pantas aku singgahi itu. Mengenakan pakaian seksi yang baru pertama kali.

“Nanti saja, aku masih capek.”

Aku bicara pada cantika dengan alasan yang menurutku tidak jelas.

“Nanti kau tak dapat uang!”

“Bagaimana kau makan esok hari? kita butuh makan! Tak seperti orang kantoran di luar sana, hanya tinggal duduk di kursi santai menikmati hidup!”

Cantika saat itu membangunkan diriku dari rasa  malas dan malu  yang tentunya tetap bersarang dalam otak dan pikiran. Membangunkan aku dari rasa malas Saat berada lama di bawah atap halte yang sudah agak berkarat dimakan waktu.

Benar juga kata Cantika. Kalau aku tidak segera bekerja? bagaimana aku makan esok hari serta membayar uang kosan serta semua persoalan yang membuat pusing kepala itu.

Aku kesini! memang untuk tujuan itu. Aku berdiri lalu menyingkirkan rasa malu serta malasku. Sebenarnya saat itu masih malu melakukan pekerjaan yang tak dapat aku bayangkan, benar-benar tak ada harga diri.

 Rasa Malu pada tuhan, pada keluarga, bahkan pada diriku sendiri.Tapi sekali lagi aku mencoba tetap kuat, aku melakukannya terpaksa di tengah kota 

Related chapters

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Takut

    Aku mencoba berdiri bangkit dari halte tempat aku berteduh, menghampiri temanku Cantika yang aku lihat telah berdiri di pinggir jalan raya. Tempat itu masih terlihat kendaraan roda dua atau roda empat melintas. Terkadang, aku berpikir dalam hati tentang bahaya yang mengancam jiwa. Bisa saja kami terserempet kendaraan yang lalu lalang di jalanan itu yang tak ada etika mengebut dengan kecepatan tinggi, melihat peluang jalan yang begitu lenggang. Seolah, jalan raya umum adalah sirkuit balap bagi mereka. Terpikir dalam benak serta pikiranku. Tentang orang-orang jahat yang tak akan aku duga melintas di tempat itu, apalagi jika keadaan malam hari seperti saat ini, tingkat kejahatan tentunya semakin rawan mengingat orang-orang yang sekarang semakin sulit mendapatkan pekerjaan, menghalalkan segala cara hanya untuk mencari harta. Sering kali remaja berumur lewat di tempat kami menjalani pekerjaan kotor itu. Sekedar mampir atau menggoda, “Aku takut

    Last Updated : 2021-03-26
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Melawan Rasa Dan Keraguan

    Gedung pertunjukan itu berlantai dua dengan halaman luas yang telah di aspal kasar di bawahnya. Hanya terlihat dari jauh gedung itu, tepatnya sekitar sepuluh meter dari jalan raya tempat kami berdiri. Ada gerbang masuk yang memang tak terkunci, penjaga gedung mungkin sudah maklum dengan kami yang mencari nafkah di area saa. Terlihat cuek dan acuh dengan segala aktifitas malam kami. Mungkin, penjaga gedung itu hanya berpikir yang penting kami tidak mengganggunya. Jalan itu simpang tiga tepatnya, pada bagian tengah kami berdiri tepat di pinggir jalan raya. Ada tiga jalur terbagi. Bagian tengah jalan terdapat pembatas yang seolah membelah jalan yang terbagi menjadi dua arus. Arus balik kendaraan dan arus pergi kendaraan. Di tengahnya terdapat beberapa tanaman yang berdiri di atas trotoar, terlihat layu dalam jambangan. Di bawah trototar hanya terlihat remang-remang cahaya yang terkena sorot malam lampu penerangan jalan yang sudah sebagian rus

    Last Updated : 2021-03-26
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Hubungan Terlarang

    Disaat aku duduk di sana, aku lihat pria pemilik mobil itu membuka kaca mobilnya. Dari halte usang itu, aku lihat dia memanggilku. Disaat itu aku belum berani dan masih terlihat ragu dan takut. Sejenak hatiku berontak, aku mencoba berdiri untuk melawan rasa malu, aku memaksa langkah kakiku berjalan ke arah mobilnya demi untuk bertahan hidup. Benar juga kata cantika, mau sampai kapan aku duduk di halte ini. Bagaimana hidupku esok hari dan seterusnya, kalau aku masih bertahan dengan rasa malu dan ketakutan yang saat itu melanda. Tampilannya keren dengan sedikit brewok di dagu, bermata sipit bertubuh kekar sempurna, terlihat rapi dengan kemeja hitam. Ya, pria berumur, kira-kira umur empat puluh tahunan. “Ayo masuk…,” kata pria itu seraya membuka pintu mobil, menyuruhku masuk ke dalam mobil miliknya malam itu. Aku pun menurut saja perkataan pria itu yang lebih layak dipanggil Om. Daripada tak makan dan hanya membuang waktu di

    Last Updated : 2021-03-27
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Hina

    “Om, udah yah. Ini udah jam setengah empat.” “Aku takut temanku akan mencariku nanti,” “Maklum, aku baru di sini,Aku tak mau temanku cemas dan marah padaku, kalau aku terlambat pulang…” Aku berkata pada pria yang bertubuh gempal serta berisi. Pria yang tentu saja masih memeluk erat diriku di atas tempat tidur empuk, tepat di dalam kamar hotel yang dia sewa malam itu. Terasa sangat erat pelukannya, seakan tak mau melepas dekapan hangat yang aku rasa semakin nyaman. Tetapi apa daya, aku tak mau membuat Cantika temanku khawatir. “Aduhhhh…, bagaimana ini?” pikirku saat malam itu. “Kalau aku tak segera pergi dari hotel ini? bagaimana cantika mau percaya padaku lagi. Cantika yang telah mengajarkanku bertahan di ibu kota yang kejam serta keras ini. Tak kuasa aku hari itu di dalam cengekraman pria ini. Aku rasa begitu kuat badan pria itu, semakin lama seakan mendekapku semakin erat, tak mau lepas lagi. “Kamu tuh hebat…!” Ka

    Last Updated : 2021-03-28
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Orang- Orang Merasa Suci

    Yang pesan taksi ya mbak? Supir taksi kendaraan online itu bertanya serta menghampiri diriku yang hari itu keluar dari room kamar hotel dan berdiri di dekat loby sembari memandang sedikit agak aneh. ‘Iya…,” Ucapku yang seolah tak mau bertele-tele pagi itu, sembari masih terlihat kesal dengan tamuku sewaktu berada di dalam kamar hotel tadi.Tak mau memang membuang waktu karena memang berpacu dengan waktum agar segera sampai di tempat Cantika, Aku pun masuk ke dalam mobil, berharap langsung pergi dari hotel. Tempat laki-laki tak punya hati itu. Sudah pasti ku duga, temanku Cantika pasti akan khawatir dengan keadaanku yang memang bersalah hari itu, tak memberi kabar dan pergi malam itu begitu saja. Di dalam Taksi Online itu, Aku kembali merenungi jalan hidup yang memang harus seperti ini. Sudahlah… ini memang takdir! pikirku saat itu, memang sudah jalannya seperti ini. Merasa hal itu tak penting lagi aku terlalu memikirkannya, hanya membuat

    Last Updated : 2021-03-29
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Menyembunyikan Luka

    Aku mengetuk pintu kamar kosan cantika saat itu, sangat terburu-buru. Sedikit lama aku menunggu, mengulang beberapa kali ketukan pintu kamar. Mungkin dia sedang tertidur pikirku hari itu,aku masih menunggu. Setelah lama aku menunggu di depan pintu, dia pun sudah berdiri dan mempersilahkan aku masuk saat itu. Terasa kusam wajahnya, wajar mungkin dia lelah semalam. “Kamu ke-napa? “kemana aja kamu….? Cantika berkata padaku, seolah terlihat dia begitu khawatir padaku saat itu yang baru pulang dari kegiatan melayani laki-laki semalam yang begitu buruk memperlakukanku. “Tak a-pa, apa kok....” Jawabku gugup. Dia bertanya seolah penasaran dan terlihat begitu cemas hari itu. Perlu kalian tahu, persahabatan kami yang memang masih baru itu tak sedikit pun terlihat rasa ego atau mau menang sendiri. Semuanya saling melindungi. Tak seperti orang orang munafik di sekitar kami. “Aku sudah mencarimu kemana-mana semalam? “Aku begitu takut sesuat

    Last Updated : 2021-03-29
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Oh...Ibu

    Aku telah pulang dari kosan cantika siang itu, kembali ke kosanku yang sudah aku tunggu beberapa bulan ini tentunya. Semua peralatan dan bekal untuk makan serta menjalani hidupku sudah aku beli dan terasa cukup. Aku lihat di rantang berasku itu terisi penuh. Sebenarnya, ada rasa bersalah juga dengan uang yang aku gunakan untuk makan itu. Tetapi aku rasa tuhan tahu keluh kesahku, aku pun Cuma manusia biasa yang tidak luput dari dosa dan nista. Hanya bisa aku jalani, tetap meneruskan ibadahku meskipun tak tahu, tuhan menerima atau tidak? Semua kuserahkan padanya. Sisa uang yang aku dapatkan itu akan aku gunakan untuk aku tabung. Sebagai persiapan nanti jika terjadi sesuatu yang sama seperti kemarin di bulan berikutnya. Tak mau boros atau pun berfoya-foya saat itu, agar tak kelabakan seperti hari kemarin yang sudah membuat hatiku cemas serta selalu khawatir akan kehilangan tempat tinggal. Mau tidur di mana lagi diriku kalau aku diusir dari kontrakan ini pi

    Last Updated : 2021-03-29
  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Pemilik Kontrakan Datang

    Ketukan Pintu itu semakin keras aku dengar dari dalam kamar, aku sedikit membuka gordeng pintu sedikit mengintip dengan rasa takut barangkali ada orang jahat di luar sana yang memang tak aku undang datang. Tak kulihat siapa-siapa. Terlihat seseorang sedikit bersembunyi di depan pintu. Aku masih baru di kota ini, berbuat jahat pada orang pun aku tak pernah, lantas siapa pikirku dalam hati. Kubuka gorden tirai itu dengan perlahan lagi. "HUffff....." syukur sedikit lega aku rasanya, ketika membuka tirai dalam bagian kamarku itu. Kulihat wajah yang tak asing lagi saat itu. Ya, itu perempuan pemilik kontrakan yang galak ternyata sudah berdiri di depan pintu. Mati aku! Pikirklu hari itu, aku sadar memang beberpa hari ini sudah menunggak uang kontrakan tepat tiga bulan. Tak apalah, kuhadapi saja. Ibu kota memang kejam begitu juga orang-orangnnya, sesuai dengan semboyan ada uang ya disayang tak ada uang ya ditendang. Aku pun membuk

    Last Updated : 2021-03-31

Latest chapter

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   ENDING

    “Aku sagat berterimah kasih padamu atas pembelaan yang kau lakukan, aku tak tahu jika kau tak membelaku, mungkin saja aku telah dihakimi para warga waktu itu.” Aku mengucapkan hal itu lagi yang seharusnya telah melupakan hal buruk itu yang telah berlalu beberapa tahun. Sekarang, Ya sekarang aku telah menikah dengan Herman dan telah dikarunian seorang anak perempuan. Herman yang mendengar kata-kataku lalu hanya bisa tersenyum sembari bicara padaku. “Kau tak perlu menyesali semua perbuatan dan masa lalumu mawar,” “Sudahlah! “Yang telah terjadi biarkan saja terjadi, kau tak hidup di dunia itu lagi bukan? “Toh, aku juga menerima semua kekuranganmu dan masa lalumu yang kelam itu.” Herman tak lupa untuk selalu saja membela dan membenarkan masa laluku yang salah. Sungguh berhati mulia laki-laki ini yang mau menerimaku apa adanya dengan masa lalu yang mungkin laki-laki lain tak mau mengerti dengan keadaan dan masa laluku yang buruk. Tetapi Herman, laki-laki ini memang begitu tulus menci

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Pergi

    “kemari kau!“Berikan penjelasan jika kau benar-benar bersungguh-sungguh mengakhiri kisah buruk ini!“Aku tak mau lagi mendengar banyak alasan darimu.”“Baron! kau benar-benar keterlaluan padaku!“Menduakan aku dengan wanita tak baik ini.”Kata-kata itu memang keluar dari mulut wanita itu yang memang berstatus resmi sebagai istri Om Baron yang kini datang lagi ke rumah ini. benar memang dugaan dan rasa takutku benar-benar terjadi. Kini, wanita itu dan Om Baron duduk di hadapan aku dan juga Herman yang terus saja menenangkan wanita itu agar tak menghakimiku dengan suaranya yang lantang dan begitu keras.Seolah memang apa yang dia katakan semuanya benar.“Ini bukan sepenuhnya salah mawar!“Baron!“Tolong bantu Mawar.Setidaknya kalian pernah bersama.”Herman yang memang ikut bicara kini terlihat ambil andil dalam rumitnya masalah yang kami hadapi ini. Sementar

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Dia Orang Baik

    Dui tengah kegundahan yang memang sedang melanda hatiku, aku mencoba untuk selalu tegar dan menghadapi cobaan yang sudah terjadi.“ Ya, apapun yang terjadi akan aku hadapi!“Langkahku tak akan berhenti untuk bisa merubah semua penyesalan yang terjadi.”Hanya itu kata-kata yang kini terbesit di pikiranku sembari melamun di depan laki-laki bernama Herman itu. Usianya memang belum terlalu tua, sekitar tiga puluh tahunan. Aku memang baru kali ini melihat laki-laki itu, tetapi ada rasa yang memang aku lihat dari ketulusan hatinya.“Jangan melamun, sudahlah tak baik memikirkan kejadian dan peristiwa yang telah terjadi,”“Toh masih ada kesempatan untuk dirimu merubah semua hidup ini.”laki-laki yang baru aku kenal dan lihat itu berbicara sembari terus memandangiku.Memandangiku denga penuh tatapan Iba dengan penampilanku yang telah kusut marut lantaran peristiwa hari ini yang begitu mengenaskan. Sudah diperm

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Jalan Keluar Itu Datang

    “Sudahlah aku tahu posisimu saat ini.Kau tak perlu menyesali semua yang terjadi,”“Jika kau ingin hidupmu lebih baik, semua akan aku bantu sebisaku.”Herman yang memang berprofesi sebagai rukun warga itu pun menanyakan keadaanku yang memang telah tahu semua tentang diriku. Aku hanya bisa tertunduk malu di hadapan pria yang memang umurnya belum terlalu tua itu. Aku memang belum begitu dekatk mengenalnya, aku tak tahu siapa dia dan darimana dia berasal. Tetapi, entahlah aku pun berpikir heran kenapa laki-laki itu menaruh perhatian yang memang jika dipikirkan aku bukanlah siapa-siapa di sana, hanya pendatang yang hanya bisa buat kenyamanan warga dan tugasnya sebagai rukun warga seolah memang tak berguna.“Kenapa kau tak melapor padaku sebagai warga yang baik, kalau memang kau tinggal di sini?“Apakah kau malu?Tanya laki-laki itu yang menatapku dengan tatapan serius di saat kami sedang berada di ruang tamu rumah ini

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Pertolongan

    “Kenapa kau menyalahkan aku?“Salahkan suamimu yang dengan sendirinya datang padaku?“Aku tak pernah merayunya atau membujuknya untuk menduakan kau!Aku yang memang tak tahan lagi dengan penyiksaan yang dilakukan wanita yang berstatus sebagai istri Baron itu seketika melakukan perlawanan dengan segera menangkis serangannya menjambak rambutku dengan begitu kasarnya. Tak bisa lagi aku tahan, memang harus aku melakukan perlawanan jika tak ingin mati perlahan di tangan wanita ini yang terus saja memukuliku tanpa ampun.“Kau bilang apa?“Kau bilang kau tak pernah merayu suamiku katamu!“Dengan mata kepalaku saja kalian itu sudah kepergok berduaan di dalam rumah ini?“Aku tahu itu!“Kau mau mengelak bagaimana lagi, Ha!“Dasar wanita kotor tak tahu diri, berani sekali kau mengelak dari tuduhanku!Wanita itu kembali marah-marah di dalam rumah yang memang telah berhasil

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Amukan Singa Betina

    Belum lama aku bertengkar dengan laki-laki beristri ini, ternyata memang benar dugaan burukku seseorang datang mengetuk pintu rumah dengan begitu kerasnya. Om Baron yang memang saat itu sedang naik darah langsung panik dan khawatir sekali dengan suara khas itu. Ya, siapa lagi kalau bukan yang datang istri Om Baron.“Buka Pintunya!“Aku tahu kalian di dalam!“Buka!Teriakan perempuan yang memang benar dugaan burukku akan datang itu sudah berada di depan pintu dan sekarang berteriak dengan begitu keras. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, sementara saat itu aku lihat Om Baron panik sekali dengan teriakan yang memang dia kenal itu.“Gawat!“Sialan!“Dari mana istriku tahu alamat rumah ini, semua gara-gara kau….!Laki-laki itu marah dan panik sembari memakiku yang saat itu ku lihat dia sedang melangkahkan kaki ingin pergi terburu-buru mencari jalan keluar. Om Baron sepertinya memang tipe la

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Mimpi Buruk

    “OK ini jakarta!“Aku paham aku harus bertahan walau dalam keadaan apapun serta bagaimana pun!Aku kembali tertegun mencoba untuk bertahan walau dalam keadaan yang begitu merasa tertekan dan tak tahu memang harus apa yang aku lakukan. Disatu sisi aku merasa bahwa hidup ini memang tak adil seperti apa yang aku jalani, disatu sisi juga aku harus menerima tentang semua resiko merebut suami orang yang sudah aku lakukan dengan jalan yang memang tak seharusnya aku lakukan itu.“Aaaaa…begitu peliknya masalah ini?“Kenapa semua terjadi ketika aku berada di atas puncak kejayaan?“Aku memang hanya seorang perempuan malam , aku juga berhak untuk dapat kebahagian?“Tapi mengapa? Mengapa semua harus berakhir seperti ini…!Aku memang mengutuk keadaan yang memang tak beruntung ini, terus menyalakan waktu dan takdir yang memang telah berjalan dengan seiring waktu yang memang tak bisa aku hentikan.

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Sang Istri Mengamuk

    “Barooonnn!“Baroon!”“keluar kau!“Aku tahu kau bersembunyi di dalam.”Sang perempuan istri dari Om Baron begitu kencang berteriak di depan pintu rumahku, sehingga bena-benar menimbulkan suara gaduh. Berbagai macam cacian serta makian keluar dari mulut perempuan itu yang memang terlihat marah sekali dengan Om Baron serta diriku.“Gawat itu suara istriku!“Aduh bagaimana ini?“Mau kemana aku lari dari perempuan itu!”Om Baron yang panik sekali dengan kedatangan istri yang memang tak disangka-sangkanya akan datang ke rumah itu dan juga mengetahui alamat rumah yang memang tidak aku ketahui dari mana dia mendapatkan alamat rumah ini.“Om berikan alamat rumah ini padanya?Aku seketika berbiara pada laki-laki itu untuk mencari tahu dari mana perempuan itu berhasil menemukan alamat rumah ini. Aku pun ikut merasakan kepanikan yang teramat sangat, mengetahu

  • Diary Sang Kupu Kupu Malam   Hanya Seonggok Sampah

    “Jadi aku harus menghadapi masalah ini sendiri Om?“Andai saja Om Menceraikan Istri sah Om, Mungkin tidak akan begini ceritanya!”Aku yang memang tak sempat lagi berpikir jernih dengan masalah yang terjadi mencoba untuk berbicara pada laki-laki yang kini berdiri tepat di hadapanku.“Jadi kau mau aku menceraikan Istriku?“Lantas aku menikah denganmu Begitu!Laki-laki itu sedikit berbicara keras di depanku. Aku memang sebenarnya tak punya hak untuk mengatur hidupnya, memang semua keinginanku yang semula hanya ingin menggerogoti Harta dan Uang Om Baron sejenak berpikir tentang solusi yang aku anggap akan selesai dengan melakukan hal ini. Tetapi apakah semua akan selesai dengan melakukan hal itu?“Aaaa entahlah, aku memang berasa belum siap untuk melakukan hal ini!“Ini terlalu rumit bagiku.”Aku hanya masih ingin hidup bebas, sementara rasa trauma ku pada setiap laki-laki masih

DMCA.com Protection Status