Beranda / Romansa / Diary Rain / Part 17 - Benar-Benar Kembali

Share

Part 17 - Benar-Benar Kembali

Penulis: Pyp Raesland
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 10:41:23

Mataku mengerjap-ngerjap karena silau. Tanganku menutupi wajah dan mataku agar aku bisa membuka mataku dengan sempurna. Sejenak kemudian aku mencoba mengembalikan kesadaranku secara utuh. Kutepuk-tepuk pipiku dan kukucek mataku. 

Beberapa detik kemudian aku teringat kejadian semalam. Mataku langsung membulat. Kulihat sekelilingku dan aku menyadari sesuatu. 

Ini bukan kamarku! 

Lantas di mana aku? Aku merasa asing dengan dekorasi kamar ini. Aku ingat bahwa aku belum pernah melihat kamar ini sebelumnya. 

Kuedarkan pandanganku sekali lagi, menyapu seluruh sudut kamar. Barangkali ada salah satu tanda pengenal atau barang yang mungkin saja mengindikasikan bahwa ini kamar milik seseorang yang kukenal. Tapi nihil. Aku gagal mengenali kamar ini. 

Sekelebat ingatanku kembali pada sesosok yang menahanku. Apakah mungkin dia? Aku bahkan tak sempat melihat wajahnya ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diary Rain   Part 18 - Makan dan Kejutan

    Aku berdiri di belakang Zevran yang tengah memasak. Kusilangkan dua tanganku di dada dan mengamatinya memasak. Dia sepertinya menghiraukan keberadaanku dan hanya fokus memasak. Aku tidak mau dicuekkan olehnya. Aku pun memberanikan diri membuka suara. "Zev, apakah kamu sedang mengabaikanku?" Tanyaku dengan nada penuh penekanan dan seakan-akan mengintimidasi. "Tidak. Hanya fokus masak aja biar gak gosong. Kamu duduk aja di kursi biasanya. Nanti kita makan bareng di situ." Jawabnya tanpa menoleh sedikit pun. Aku mendengus kesal. Aku pun mau tidak mau menunggu di tempat kami berdua biasa makan. Meja makan yang letaknya persis di depan bar dapur. Duduk di sini membuatku mengingat hari sebelum Zevran pergi selama 2 Minggu ke Jerman, setelah pesta koleganya hari itu. Setelah sebelumnya kesal, sekarang aku tersenyum-senyum sendiri mengingatnya. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Diary Rain   Part 19 - Sejenak Bahagia

    "You accept my ask about being my wife. You promises too that you accept me as a husband in state of joy and sorrow." Jawab Zevran cepat.Seketika senyumku melebar.Dia tahu artinya dan menjawab dengan tepat."Zev." Aku sangat bahagia dia tahu dan aku juga sangat menantikan moment ini.Zevran memandangku lekat. Aku menatapnya juga. Mata hazel itu, bibir yang menarik, tatapan yang teduh. Aku seakan terhipnotis dengan semua yang ada padanya."Rain." Ucapnya lagi. Kali ini dia menggenggam tanganku erat. Wajahnya ia majukan sehingga posisi wajahku dan wajahnya semakin dekat,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Diary Rain   Part 20 - Badai

    Zevran POVAku dengan santai bersiul-siul dan memasuki kamar mandi. Kunyalakan keran air untuk mengisi bath up. Tak lupa aku juga menyalakan musik box yang terletak tak jauh dari keran air. Kemudian kulepas satu per satu pakaianku hingga tubuhku tidak terbalut sehelai benang pun. Kuceburkan diriku ke dalam air, kemudian kuraih botol aroma terapi dan kusiramkan ke air. Sisanya kubiarkan terbuka agar bisa kuhirup sambil menenangkan diriku.Aku sesekali tersenyum mengingat kejadian tadi pagi. Perasaanku jauh lebih bahagia karena Rain menerima cintaku. Sekarang, rasanya aku bisa tidur nyenyak tanpa perlu mengalami mimpi buruk yang tiap malam menghantuiku.Sambil berendam, aku menikmati alunan lagu dari Celine Dion. Kurasakan hangatnya air dan aroma terapi yang menenangkan.Brakkk!!Zack mendadak ke mendobrak pintu kamar mandiku. Seketika aku terhenyak da

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Diary Rain   Part 21 - Dingin

    5 tahun kemudianBerlin, Jerman, 20 Januari 2020Kuletakkan berkas-berkas di hadapanku dengan kasar. Mataku menatap tajam wanita di hadapanku. Dia hanya menunduk."Kamu gak bisa kerja?! Keluar!" Bentakku sambil berdiri.Wanita itu membungkuk sesaat, sebelum akhirnya berjalan mundur dan keluar dari ruanganku dengan penuh ketakutan. Kuusap wajahku kasar. Dia hari ini benar-benar membuat mood-ku berantakan."Zack! Zack!" Teriakku seperti orang kesetanan.Dalam hitungan detik, Zack masuk ke ruanganku sambil membungkuk hormat. Usianya sudah hampir 65 tahun, tetapi aku masih mempekerjakannya karena aku masih belum menemukan pengganti dirinya yang bisa kupercayai menjalankan tugas dariku. Lagipula, Zack masih cukup sehat dan sanggup menjalankan segala tugas yang kuberikan. Dia cukup disegani dan memiliki pengaruh besar selama 8 ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Diary Rain   Part 22 - Sedikit Berbeda

    Aku menggeliat malas. Kulirik jam weker di sebelahku menunjukkan pukul 8.30. Kutarik selimutku kembali untuk menutupi tubuhku yang hanya dibalut celana dalam. Kebiasaanku memang selalu tidur hanya memakai celana dalam. Apalagi aku tinggal di apartemen sendirian. Tidak akan ada yang akan tergoda melihat tubuhku yang sixpack telanjang ini. Aku pun memutuskan untuk tidur kembali. Kemarin aku telah memerintahkan Zack untuk mengosongkan semua jadwalku hari ini, sehingga hari ini aku berniat untuk tidur dan bermalas-malasan sepanjang hari. Aku tidak ingin menemui satu orang pun hari ini agar mood-ku yang buruk bisa lekas membaik. Setidaknya itulah rencanaku. Namun, belum sempat aku memejamkan mata kembali, sebuah ingatan mengejutkanku. "Astaga! Aku lupa!" Aku segera meloncat dari tempat tidur. Aku berlari ke kamar mandi dengan segera. Kugosok gigiku secara kasar dan kubasuh wajahku deng

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Diary Rain   Part 23 - Terkuak

    "Hah? Yang benar saja. Ini tidak beres, Zack. Selidiki kasus ini dan laporkan semuanya padaku. Cari juga Rain! Dia memiliki bekas luka di dekat bibit dan kakinya pincang. Sesuatu yang besar telah terjadi, Zack." Jawabku dengan tak sabar. Aku benar-benar kehilangan akal dan mondar-mandir di ruanganku seperti orang gila. "Siap, Tuan. Saya akan mengerahkan semua koneksi kita. Dalam sehari semua akan terkuak." Jawab Zack meyakinkan. Aku paham sekali dengan keyakinan Zack. Meski baru 5 tahun terakhir ini usahaku maju pesat dan menjadi sorotan di mana-mana, tetapi koneksiku dan pengaruhku telah berkembang sangat pesat. Bahkan jika aku menjentikkan jari saja, akan ada lebih dari 7 juta orang yang siap mati untukku. "Dan satu lagi, Zack. Siapa pun dia yang telah membuat wanitaku memiliki bekas luka dan pincang, buat dia menyesal telah melakukannya! Pastikan dia dan keluarganya benar-benar hancur sampai ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Diary Rain   Part 24 - Pengepungan

    Aku melangkah maju dengan percaya diri. Kubuka semua pintu dan kuterobos semua penjagaan yang ada di gedung itu. Bahkan satpam di sana tak berani menghentikanku. "Minggir!" Teriakku dengan tatapan penuh ancaman dan aura sedingin kutub selatan. Di depanku, semua orang yang berkerumun di hadapan resepsionis langsung menepi, memberiku jalan yang kumaksud. Brakkk! Aku menggebrak meja resepsionis, membuat wanita petugas resepsionis langsung menunduk. Kulihat wajahnya. Orang Indonesia. Dia pasti paham perkataanku. "Berikan aku akses ke ruangan Dhananjaya. Cepat!" Hardikku. Wanita itu sontak ketakutan dan gemetar. Dia pasti tahu aku siapa dan tidak mungkin bereaksi seperti ini kalau ia tidak menyadari identitasku. Namun setelah mendengar suaraku, ia bahkan bungkam dan tak bergerak sama sekali. Ia bahkan tak menjalankan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Diary Rain   Part 25 - Hilang Ingatan

    Aku mendobrak pintu rumah keluarga Dhananjaya. Di sana banyak asisten rumah tangga dan para pegawai yang terkejut melihat kedatanganku lengkap dengan pasukan bersenjata. Aku memberikan kode pada sejumlah pasukan untuk mencari orang yang kumaksud. Tanpa pengulangan, mereka dengan sigap menyebar ke segala penjuru rumah. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah, mencoba memahami situasi di sini. Tak berselang lama, terdengar suara berisik dari lantai 2… Aku yang mendengarnya segera berlari ke atas, meninggalkan para pegawai keluarga Dhananjaya di bawah yang menjadi sandera pasukan khususku. Begitu menginjakkan kaki di ubin pertama lantai 2, aku melihat Bhaskara tengah meronta-ronta di bawah kendali pasukan khususku. Sementara di sampingnya, Rain tengah memandangku datar. Ia seakan-akan tanpa ekspresi dan seperti mayat hidup. Hatiku bergetar. Tanpa aba-aba, aku reflek berlari dan memeluknya e

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23

Bab terbaru

  • Diary Rain   Part 32 - Neraka (2)

    Bhaskara membawaku ke sebuah paviliun yang sangat jauh dari rumah utamanya. Bentuk paviliun tersebut bergaya klasik, persis seperti dari era romantik saat Jerman berada di periode pertengahan di tahun 1700-an. Ketika kami berdua masuk, hamburan debu tak terelakkan beterbangan, menandakan bahwa paviliun itu hampir tak pernah terjamah oleh manusia, bahkan oleh pembantu keluarga Dhananjaya sekali pun. Bhaskara menurunkanku di sebuah sofa panjang di ruang tamu. Sekilas sofa itu terlihat cukup bersih, sepertinya ia baru saja membersihkannya sebelum membawaku ke sini. Ia kemudian beranjak ke sudut ruangan, membuatku menengok sekilas dan mendapati sebuah kotak obat yang entah sejak kapan berada di sana. Bhaskara mendekat, dengan hati-hati ia membuka kotak obat tersebut, mengambil kapas dan alkohol lalu membasahi kapas dengan alkohol. Sesaat kemudian aku meringis menahan sakit saat kapas itu digunakan mengusap luka-luka di lutut dan

  • Diary Rain   Part 31 - Neraka (1)

    Aku duduk di ujung kasur putih yang empuk. Hatiku masih berkecamuk dengan perkataan Zevran yang terakhir. 'Nina. Ada apa dengan Nina? Apa yang akan dia lakukan?' Batinku bertanya-tanya. Aku meringis. Mendadak memoriku kembali terlempar ke kejadian 5 tahun silam. -Flashback Dimulai- Aku berjalan dengan tertatih-tatih. Kadang aku juga menyeret kakiku karena tidak bisa kuangkat atau gerakkan. Rasa sakit dan perih itu masih menderaku, membuatku hanya bisa menangis tanpa mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Aku meraba-raba pintu gudang tersebut, mencoba mencari engsel yang menahannya. Klik. Ketemu! Aku mencoba menggesernya. Tidak bergeser. Kucoba sekuat tenaga, tetap tidak bisa. Aku menyerah setelah hampir 15 menit mencoba berbagai macam cara membuka pintu gudang itu.

  • Diary Rain   Part 30 - Bangkit

    Aku melangkah masuk ke apartemen pribadi berlantai belasan yang bak istana ini. Aku cukup terkesan dengan interior yang mewah namun minimalis ini. Zevran memang tidak pernah salah soal selera desain. Ia selalu berhasil menghipnotisku dengan desain rumah yang cukup elegan, modern, dan ciamik. Aku melenggang masuk lebih dalam mengikuti Zevran yang telah lebih dulu masuk. Kami berdua sama-sama berhenti di ruang tengah, sebuah ruang keluarga yang cukup luas. Di sana telah menanti sekitar 8-9 asisten rumah tangga yang mengurus apartemen Zevran setiap hari. "Mari, Non." Salah satu asisten itu menawarkanku membawa koperku yang nampak berat. Aku sejenak membeku, kemudian melihat ke arah Zevran. Ia mengangguk. Aku pun menyerahkan kopernya kepada mereka, kemudian aku dibimbing menuju ke sebuah kamar tamu yang cukup bersih dan luas. "Nona Rain, di sini kamar Anda. Mohon untuk ber

  • Diary Rain   Part 29 - Persiapan

    "Apa maksudmu, Zev?" Tanyaku ketika aku menatapnya. Dia dengan tenang melangkah ke arahku. "Mereka hanya tidak boleh bebas setelah apa yang mereka lakukan padaku dan padamu. Terlebih untukmu, aku tidak akan diam saja." Aku bisa merasakan aura yang pekat dan cukup mengerikan dari setiap kata yang dikatakannya dengan penuh penekanan. Aku hanya mengangguk pasrah sebagai ganti jawaban dari perkataannya. Berdebat dengannya tidak akan membuatku menang. Justru aku sendiri juga menginginkan dalam hati bahwa suatu saat akan ada yang menuntut balas atas apa yang telah terjadi padaku. Selama 5 tahun berada dalam penyiksaan dan ancaman, aku merasakan bahwa sekarang aku akhirnya bisa bebas dari neraka yang membelengguku. Kini aku justru tengah dilindungi oleh orang yang mencintaiku. Lantas, kenapa aku harus mendebatnya lagi? Zevran menatap ke arahku dengan senyum simpul.

  • Diary Rain   Part 28 - Dua Hati yang Kembali

    Napasku seketika memburu kencang. Ingatanku masih sangat baik-baik saja dan aku tahu siapa yang menerobos masuk ke kamarku. Dia berusaha mendekat, sebelum akhirnya kedua lengannya dicekal oleh para penjaga. Ia memberontak, namun semuanya sia-sia. Ia tak mampu melawan penjaga-penjaga yang berjumlah 10 orang itu. Kini dia hanya berakhir dengan lemas dan menatapku intensif. Aku perlahan mendekatinya, membuatku meninggalkan Zevran di belakang. Aku yakin Zevran tahu maksudku, sehingga ia hanya memandangku tanpa berkata sedikit pun. Aku tersenyum perlahan. "Tolong lepaskan dia. Aku ingin bicara dengannya." Kataku kepada para penjaga. Para penjaga itu bergeming sesaat. Mereka kemudian melirik ke arah Zevran dan aku melihatnya mengangguk. Dengan segera mereka melepaskan tangan pria itu dan pergi keluar ruangan sembari menutup pintu. Aku lantas men

  • Diary Rain   Part 27 - Masih Ragu

    Rain POV Aku terduduk lemas di sudut kamar inapku setelah Zevran melenggang keluar dari kamarku. Sejenak pikiranku kembali melayang ke hari pertama aku pergi dari hidupnya. -Flashback Dimulai- "Tapi nyonya..." sahutku terpotong. "Kamu tidak usah banyak tapi. Tinggal pilih! Mau Zevran mati di tanganku atau kau tinggalkan dia dan mengabdikan diri kepadaku." Jawab Tamara dengan suara penuh penekanan. "Apa alasan Anda begitu jahat padaku, hah?" Aku benar-benar tidak mampu lagi menahan diriku. Ia pasti tahu bahwa nada suaraku sudah lumayan tinggi dan cukup kesal. Tetapi aku lupa bahwa ia adalah Tamara Dhananjaya yang begitu kuat dan bukan tandinganku. "Kamu masih bertanya? Ingat, perempuan jalang! Nina, istri Bhaskara, hampir bunuh diri karena Bhaskara terus memikirkanmu. Kau pikir aku tidak akan membalas dendam karenanya? Dia bahk

  • Diary Rain   Part 26 - Terkuak

    Aku menghentikan laju mobilku di sebuah jembatan tak jauh dari tempatku menemui Zack. Kututup pintu mobil dari luar dan aku membuang pandanganku ke sungai yang mengalir di bawahnya. Kuhela napas panjang dan aku benar-benar merasa bahwa aku tak mampu lagi berdiri dengan kakiku. Seketika aku luruh sambil menyangga tubuhku di tiang jembatan. Aku masih ingat setiap kata Zack. -Flashback Dimulai- "Cepat ceritakan padaku, Zack!" Ujarku tak sabar ketika bertemu Zack di ruanganku. Zack menunduk takut-takut, seakan-akan sesuatu yang akan dibicarakannya adalah hal besar. "Tuan, saya harap Tuan tidak akan terkejut mendengarnya." Zack berkata dengan sangat hati-hati. "Hmmm." Kulemparkan tatapan dinginku padanya sebagai balasan. Zack menunduk seketika. "Jadi begini, Tuan...." ia memulai l

  • Diary Rain   Part 25 - Hilang Ingatan

    Aku mendobrak pintu rumah keluarga Dhananjaya. Di sana banyak asisten rumah tangga dan para pegawai yang terkejut melihat kedatanganku lengkap dengan pasukan bersenjata. Aku memberikan kode pada sejumlah pasukan untuk mencari orang yang kumaksud. Tanpa pengulangan, mereka dengan sigap menyebar ke segala penjuru rumah. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah, mencoba memahami situasi di sini. Tak berselang lama, terdengar suara berisik dari lantai 2… Aku yang mendengarnya segera berlari ke atas, meninggalkan para pegawai keluarga Dhananjaya di bawah yang menjadi sandera pasukan khususku. Begitu menginjakkan kaki di ubin pertama lantai 2, aku melihat Bhaskara tengah meronta-ronta di bawah kendali pasukan khususku. Sementara di sampingnya, Rain tengah memandangku datar. Ia seakan-akan tanpa ekspresi dan seperti mayat hidup. Hatiku bergetar. Tanpa aba-aba, aku reflek berlari dan memeluknya e

  • Diary Rain   Part 24 - Pengepungan

    Aku melangkah maju dengan percaya diri. Kubuka semua pintu dan kuterobos semua penjagaan yang ada di gedung itu. Bahkan satpam di sana tak berani menghentikanku. "Minggir!" Teriakku dengan tatapan penuh ancaman dan aura sedingin kutub selatan. Di depanku, semua orang yang berkerumun di hadapan resepsionis langsung menepi, memberiku jalan yang kumaksud. Brakkk! Aku menggebrak meja resepsionis, membuat wanita petugas resepsionis langsung menunduk. Kulihat wajahnya. Orang Indonesia. Dia pasti paham perkataanku. "Berikan aku akses ke ruangan Dhananjaya. Cepat!" Hardikku. Wanita itu sontak ketakutan dan gemetar. Dia pasti tahu aku siapa dan tidak mungkin bereaksi seperti ini kalau ia tidak menyadari identitasku. Namun setelah mendengar suaraku, ia bahkan bungkam dan tak bergerak sama sekali. Ia bahkan tak menjalankan

DMCA.com Protection Status