“Apa yang akan kamu lakukan kalau ternyata Abang sudah kembali terjun ke dunia itu lagi.” “Aku mungkin akan pergi dari rumah,” ucap Ayu datar. Sungguh aku benar-benar takut jika ia benar-benar melakukan apa yang dia katakan. “Aku membenci seseorang yang berbohong, tetapi aku akan bersimpati pada orang yang jujur meski itu begitu menyakitkan.” Aku benar-benar bingung mengapa Ayu seakan tahu apa yang telah kulakukan di belakangnya. “Abang capek banget, hmm tidurlah Dek besok bangunkan Abang salat subuh.” “Hmm.” Dia tersenyum lagi. Kurasa akhir-akhir ini dia menjadi lebih banyak tersenyum. Kau tahu aku selalu mencurigai sesuatu yang dilakukan secara berlebihan dan berulang-ulang. Hanya satu yang kutakutkan dia tahu dari mana aku mendapatkan uang yang jumlahnya tentu lebih banyak dari biasanya. Aku masih berusaha memejamkan mata, sayangnya tak kunjung terlelap jua. Entah berapa kali aku membolak-balikkan tubuhku. Untung saja hal itu tak membuat Ay
“Mana bisa kamu mundur begitu aja. Aku begini juga demi kamu, demi Ilham dan Rania yang butuh uang untuk masuk ke sekolah terbaik,” ucapku.“Demi anak-anak atau demi impianmu, Bang?” Ayu menatapku nanar. Meski dia tetap merendahkan suaranya aku bisa tahu ada kemarahan yang memancar dari netranya yang memerah, juga setiap embusan nafas yang dia keluarkan dengan perlahan.“Ayu, tolonglah mengerti aku! Apa salah kalau aku punya impian punya kehidupan yang lebih baik? Aku berani bersumpah, kami hanya sebatas profesionalitas. Enggak ada yang lain.” Ayu hanya diam saja, tak ada kata yang terucap darinya. Dia malah memalingkan wajahnya ke arah lain.“Semua orang punya impian begitu pun aku, tapi apa enggak ada cara lain sehingga kamu menghalalkan cara yang salah?”“Aku tidak selingkuh, Ayu.”“Aku tahu.”“Lalu, apa masalahnya aku hanya bekerja.”“Abang p
PoV Ayu“Mamah, kenapa banyak orang yang narik-narik Papah? Aku takut mereka bawa Papah pergi. Ayo balik lagi. Biar kita pulang sama Papah. Ayo Mah, jangan diam aja. Aku enggak suka kalau Papah di foto sama orang lain. Papah cuma boleh foto sama Mamah.”“Mamah ayo, ke sana. Jangan diem aja!” Ilham masih saja menarikku.“Mamah ‘kan yang bilang kalau kita dilarang berdekatan dengan seseorang yang bukan mahramnya. Kenapa Mamah membiarkan Papah begitu?”“Mah?”“Kita pulang saja ya, Nak.”“Mah, tapi Papah berdosa. Kita harus tegur Papah biar mau pulang.”Tapi, bagaimana jika Papahmu sendiri yang tak mau diingatkan. Dia yang sudah berani mengingkari Tuhan dan nuraninya. Apa lagi yang bisa kita lakukan. Harta telah membuatnya kembali pada titik awal.“Kaka, Mamahnya mau nangis,” kata Rania sambil menar
“Aku tahu hatimu sakit, tapi jangan biarkan kezaliman yang menang.” Dian masih saja mencoba meyakinkanku untuk melakukan hal yang sama dengan yang baru saja Bu Siti perbuat pada selingkuhan suaminya. Dia seolah menganggap bahwa wajar bagi seorang istri untuk bertindak seperti itu.“Kamu tahu Dian, sebanyak apa pun kamu menjelaskan, aku tidak mungkin melakukannya. Untuk apa memperebutkan seorang pengkhianat sampai melupakan fitrahku sebagai perempuan. Aku tak mungkin meninggikan suaraku hanya untuk menunjukkan aku lebih kuat, lebih berhak atas suamiku. Sedangkan, hatinya jelas telah berpaling dariku.”“Mbak bagaimana kamu bisa seikhlas itu, dia mengambil suamimu loh?”Tidak ada yang benar-benar ikhlas, aku hanya mencoba menutupinya darimu.Ketika rasa cinta pada Rabbnya semakin memudar, bukan tidak mungkin perlahan imannya akan semakin terkikis. Jika telah hilang sepenuhnya. Bagaimana aku bisa bergantung pada imam
Ayu tersenyum kecut, menyaksikan bagaimana egoisnya Andi yang menginginkan dirinya selalu berada di sisi, tapi senang sekali menyakiti. Pria itu masih menatap tajam ke arahnya. Nafasnya yang memburu menjadi pertanda bahwa ia bersungguh-sungguh kalau yang ia katakan adalah sebuah keputusan mutlak yang tak boleh dilanggar.“Oke aku beri kamu waktu sampai kontrak itu selesai, tapi dengan satu syarat.”“Apa.”“Aku ingin mulai sekarang kita melakukan pemisahan harta.” Pria itu membelalak, tak menyangka jika Ayu yang sejak dulu tak pernah peduli soal harta, tiba-tiba berubah. Andi justru terkekeh pelan.“Sekarang siapa yang berubah? Aku atau kamu, siapa di dunia ini yang tidak butuh uang. Kalau kamu saja ingin melakukan pemisahan harta. Bukankah berarti kamu sama denganku? Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa uang, hahaha.”“Aku hanya ingin meminta hakku, bukan datang
“Harusnya kalian sadar, pernikahan seperti ini sudah tidak sehat, untuk apa masih memaksa bertahan!”Argh! Reno berteriak keras, ia membanting lengannya ke udara. Melepas amarah yang terlanjur membelenggu jiwanya.“Sejak kapan Mamah mengajarkanmu untuk memukul orang tuamu sendiri.”“Kenapa memangnya, apa aku tidak boleh membelamu, Mah? Aku sudah tak tahan melihat Mamah terus menangis sepanjang malam. Mau berapa kali lagi Papah selingkuh? Mau tunggu sampai mati baru tobat? Papah tidak pernah belajar dari kesalahan. Dulu Papah membuatku kehilangan wajah di depan teman sekolahku, sekarang bukannya jera, justru melakukan hal yang sama lagi.” Andi semakin terpojok. Ia tak berpikir banyak saat itu. Mengingat Ayu bukan penggila fashion, jadi kemungkinan untuk tahu kalau ia telah menerima tawaran menjadi model untuk majalah fashion.“Papah mungkin berpikir kalau kami tidak akan tahu, picik sekali.
“Apa hubungannya masalah gue sama Reno yang udah kerja?”“Ya jelas adalah, secara gue sering lihat anak itu sayang banget sama ibunya. Tinggal nunggu waktu aja buat dia bawa Ayu jauh-jauh dari lo.”“Bentar, jadi maksudnya lo juga ngira gue selingkuh sama Alea?”“Lah, memang kenyataanya begitu ‘kan?”“Gila, ngapain gue ngelakuin hal semacam itu.”“Sebenatar Memangnya lo beneran enggak naksir?”“Enggak lah, gila aja.” Syahru justru terkekeh pelan. Seluruh kru dan model yang berada di naungan FCN Entertaimant tahu jika Alea menyukai Andi, mereka juga mengira Andi juga demikian. Mengingat sikap Andi yang kadang memberikan perhatian kecil pada Alea, siapa yang tak akan berpikir kalau mereka tak punya hubungan khusus. Padahal smeua yang Andi lakukan masih dalam batas wajar. Seperti ia yang kerap memberikan jaketnya untuk menutupi bagian tubuh Alea ya
Untunglah Reno datang tepat waktu. Pemuda itu lantas menepis lengan orang yang telah berani menyentuh kehormatannya.“Lepaskan tangan kotormu itu!” sentaknya.“Ren, jangan emosi di depan media. Tahanlah amarahmu, tolong bantu Mamah pergi dari sini saja.” Ayu mulai merasa tak nyaman.“Oh istri sah ternyata, pantas aja Mas Andi sukanya sama Alea. Ternyata penampilan istrinya begini!” Lagi-lagi samar terdengar seseorang mulai merendahkan Ayu. Reno yang sudah tak tahan lagi, lekas menarik Ayu ke luar kerumunan. Reno menggendong Ilham, sedangkan Ayu memilih menggendong Rania.Tangis Rania semakin keras, gadis kecil itu sangat ketakutan. Ayu mulai kewalahan mengatasinya. Apa lagi beberapa wartawan masih saja mengikutinya.“Bu, tolong kasih penjelasan ke kami. Apakah benar kalau ibu ini istri dari Mas Andi.”“Hey! Kalian mau berhenti atau kupanggil polisi supaya kalian semua dituntut. Pergi sana!” tegas Reno. Ia tak main-main dengan ucapannya. Segera ia melakukan panggilan ke kantor polisi a