“Aku tahu hatimu sakit, tapi jangan biarkan kezaliman yang menang.” Dian masih saja mencoba meyakinkanku untuk melakukan hal yang sama dengan yang baru saja Bu Siti perbuat pada selingkuhan suaminya. Dia seolah menganggap bahwa wajar bagi seorang istri untuk bertindak seperti itu.
“Kamu tahu Dian, sebanyak apa pun kamu menjelaskan, aku tidak mungkin melakukannya. Untuk apa memperebutkan seorang pengkhianat sampai melupakan fitrahku sebagai perempuan. Aku tak mungkin meninggikan suaraku hanya untuk menunjukkan aku lebih kuat, lebih berhak atas suamiku. Sedangkan, hatinya jelas telah berpaling dariku.”
“Mbak bagaimana kamu bisa seikhlas itu, dia mengambil suamimu loh?”
Tidak ada yang benar-benar ikhlas, aku hanya mencoba menutupinya darimu.
Ketika rasa cinta pada Rabbnya semakin memudar, bukan tidak mungkin perlahan imannya akan semakin terkikis. Jika telah hilang sepenuhnya. Bagaimana aku bisa bergantung pada imam
Ayu tersenyum kecut, menyaksikan bagaimana egoisnya Andi yang menginginkan dirinya selalu berada di sisi, tapi senang sekali menyakiti. Pria itu masih menatap tajam ke arahnya. Nafasnya yang memburu menjadi pertanda bahwa ia bersungguh-sungguh kalau yang ia katakan adalah sebuah keputusan mutlak yang tak boleh dilanggar.“Oke aku beri kamu waktu sampai kontrak itu selesai, tapi dengan satu syarat.”“Apa.”“Aku ingin mulai sekarang kita melakukan pemisahan harta.” Pria itu membelalak, tak menyangka jika Ayu yang sejak dulu tak pernah peduli soal harta, tiba-tiba berubah. Andi justru terkekeh pelan.“Sekarang siapa yang berubah? Aku atau kamu, siapa di dunia ini yang tidak butuh uang. Kalau kamu saja ingin melakukan pemisahan harta. Bukankah berarti kamu sama denganku? Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa uang, hahaha.”“Aku hanya ingin meminta hakku, bukan datang
“Harusnya kalian sadar, pernikahan seperti ini sudah tidak sehat, untuk apa masih memaksa bertahan!”Argh! Reno berteriak keras, ia membanting lengannya ke udara. Melepas amarah yang terlanjur membelenggu jiwanya.“Sejak kapan Mamah mengajarkanmu untuk memukul orang tuamu sendiri.”“Kenapa memangnya, apa aku tidak boleh membelamu, Mah? Aku sudah tak tahan melihat Mamah terus menangis sepanjang malam. Mau berapa kali lagi Papah selingkuh? Mau tunggu sampai mati baru tobat? Papah tidak pernah belajar dari kesalahan. Dulu Papah membuatku kehilangan wajah di depan teman sekolahku, sekarang bukannya jera, justru melakukan hal yang sama lagi.” Andi semakin terpojok. Ia tak berpikir banyak saat itu. Mengingat Ayu bukan penggila fashion, jadi kemungkinan untuk tahu kalau ia telah menerima tawaran menjadi model untuk majalah fashion.“Papah mungkin berpikir kalau kami tidak akan tahu, picik sekali.
“Apa hubungannya masalah gue sama Reno yang udah kerja?”“Ya jelas adalah, secara gue sering lihat anak itu sayang banget sama ibunya. Tinggal nunggu waktu aja buat dia bawa Ayu jauh-jauh dari lo.”“Bentar, jadi maksudnya lo juga ngira gue selingkuh sama Alea?”“Lah, memang kenyataanya begitu ‘kan?”“Gila, ngapain gue ngelakuin hal semacam itu.”“Sebenatar Memangnya lo beneran enggak naksir?”“Enggak lah, gila aja.” Syahru justru terkekeh pelan. Seluruh kru dan model yang berada di naungan FCN Entertaimant tahu jika Alea menyukai Andi, mereka juga mengira Andi juga demikian. Mengingat sikap Andi yang kadang memberikan perhatian kecil pada Alea, siapa yang tak akan berpikir kalau mereka tak punya hubungan khusus. Padahal smeua yang Andi lakukan masih dalam batas wajar. Seperti ia yang kerap memberikan jaketnya untuk menutupi bagian tubuh Alea ya
Untunglah Reno datang tepat waktu. Pemuda itu lantas menepis lengan orang yang telah berani menyentuh kehormatannya.“Lepaskan tangan kotormu itu!” sentaknya.“Ren, jangan emosi di depan media. Tahanlah amarahmu, tolong bantu Mamah pergi dari sini saja.” Ayu mulai merasa tak nyaman.“Oh istri sah ternyata, pantas aja Mas Andi sukanya sama Alea. Ternyata penampilan istrinya begini!” Lagi-lagi samar terdengar seseorang mulai merendahkan Ayu. Reno yang sudah tak tahan lagi, lekas menarik Ayu ke luar kerumunan. Reno menggendong Ilham, sedangkan Ayu memilih menggendong Rania.Tangis Rania semakin keras, gadis kecil itu sangat ketakutan. Ayu mulai kewalahan mengatasinya. Apa lagi beberapa wartawan masih saja mengikutinya.“Bu, tolong kasih penjelasan ke kami. Apakah benar kalau ibu ini istri dari Mas Andi.”“Hey! Kalian mau berhenti atau kupanggil polisi supaya kalian semua dituntut. Pergi sana!” tegas Reno. Ia tak main-main dengan ucapannya. Segera ia melakukan panggilan ke kantor polisi a
“Buktikan kalau Abang bisa sukses, bahkan tanpa dukungan darinya. Percayalah perempuan yang seperti itu hanya akan menyusahkan kita ke depannya. Kita ini laki-laki, langkahnya panjang dan luas. Jika baru selangkah saja menuju kesuksesan istri Abang sudah mengeluh. Bagaimana menghadapi tantangan ke depannya? Abang tidak berpikir untuk menyelesaikan kontrak lalu kembali keluar dari dunia hiburan ‘kan?” Anwar jelas khawatir. Sejak gabungnya Andi ke agensinya. Sudah banyak sekali perusahaan fashion yang meminta Andi untuk menjadi model bagi produk baru mereka. Mengingat image Andi yang terkenal sebagai selebgram itu, sejak dulu selalu menolak tawaran menjadi model bagi produk mereka. Tak ada yang tahu jika waktu berhasil menggoyahkan keyakinannya. Pada akhirnya ia terjun ke dunia hiburan, bahkan sekarang tengah terlibat kontrak dengan Alea. Sekalinya melangkah, karena tak hati-hati Andi malah menyanggupi menjadi model dari produk fashion
“Bagaimana kalau dia tak mau menceraikan istrinya?”“Tidak mungkin memangnya secantik apa istrinya itu. Bisakah kamu tunjukkan padaku, videonya?” Alea masih saja menyombongkan diri. Sudah lama ia stalking akun instagram Andi, tetapi tetap saja ia tak menemukan satu pun foto istrinya. Sekalinya ada wanita itu justru memakai penutup wajah seperti masker. Andi memang sengaja tak mengumbar foto-foto istrinya di sosial media. Hal ini justru menimbulkan beberapa praduga yang salah, seperti Alea yang meyakini alasan dari sikap Andi adalah karena rupa istrinya yang kurang menawan. Tentu saja itu akan sangat memalukan jika disandingkan dengan Andi.Alea mulai tersenyum sendiri lagi, lantas kembali memindai penampilannya di cermin.“Ini videonya,” kata Rana sembari menyerahkan ponsel ke hadapan Alea. Mata wanita itu lantas langsung terfokus pada wanita dengan gamis rumahan dan kerudung pa
Bagi Rana sosok seperti itu sudah sangat langka. Lelaki dengan akhlak yang mulia seperti Andi seharusnya memang tak cocok berada di tempat yang penuh maksiat seperti ini. Sekarang tak hanya satu bahkan Ayu memiliki dua saingan cinta. Pesona Andi nyatanya tak ikut menua, semakin berumur ia justru terlihat semakin matang dan bersinar.Kedua wanita itu terus saja mengagumi sosok Andi yang tengah berpose dengan begitu gagahnya. Baik Rana maupun Alea sama-sama menyukai setiap gerakan kecil yang Andi lakukan. Mulai dari langkahnya yang tegak, senyumnya bahkan lirikan matanya yang tajam. Pertama Alea melihat Andi adalah ketika ia memangkas habis jambangnya, menurutnya itu adalah momen terindah di sepanjang hidupnya.Sayangnya Andi yang sekarang lebih suka memanjangkan jambangnya tetap tumbuh, tetapi tetap saja hal itu tak mengurangi rasa kagum Alea. Ia tetap rupawan meski ada atau tanpa jambangnya.Alea melirik sekilas ke arah Rana yang duduk di sampi
Amarah bergemuruh di dada Alea. ia tak menyangka jika sifat anaknya jauh berbeda dengan Andi. Ia tak terima dihina seperti itu di muka umum. Sekarang mereka sudah pasti menjadi pusat perhatian di sana. Tangan Alea mengepal. Seiring dengan Reno yang makin menjauh. Melihat hal itu. Rana langsung beranjak dari tempatnya, telat sedikit saja Alea pasti tidak akan mampu mengendalikan amarahnya. “Kenapa menarikku ke luar, aku harus memberi dia pelajaran. Dasar anak kurang ajar.” “Alea, sadarlah. Dia itu anaknya Andi. Setidaknya, bersikap baiklah sampai kalian menikah nanti. Kalau kamu tak bisa menjaga sikapmu. Apa yang akan dia pikirkan tentangmu nanti.” Sejenak Alea berhenti melepaskan lengannya dari jerat Rana. Kemudian, ia berpikir, jika nasihat Rana ada benarnya. Bagaimanapun ia punya keinginan untuk bersama Andi. Jika anak itu mengadu karena ribut dengannya. Andi bisa saja menilaiku gadis yang buruk. “Kalau kalian menikah, tetap saja pahitnya kala
Aku tidak menyadari jika aku terlalu lama berada di toilet, sampai kemudian Mas Syahru menyusul ke sini. Aku buru-buru keluar agar ia tak khawatir.“Ada apa? Kenapa lama banget ke toiletnya? Perutmu sakit?”“Hm, sedikit, tapi udah lebih baik.”“Apa karena obat antidepressant itu?”“Enggak.”“Obatnya sudah habis dan aku udah enggak pernah minum lagi sejak sebulan yang lalu.”“Loh, kenapa?”“Maaf, tapi kepalaku sering sakit kalau terus-terusan minum obatnya.”“Terus sekarang kenapa bisa sakit?”“Mungkin cuma masuk angin. Aku mau ganti baju dulu, gamisku kena muntahan.”“Muntah? Memangnya dari tadi kamu muntah?”“Iya.”“Kapan terakhir datang bulan?”“Hm, ya Allah udah 2 minggu yang lalu.”Pria itu mendadak tersenyum, bukan hanya tersenyum ia bahkan tiba-tiba saja mengangkatku dan memutarnya.Ya Tuhan aku masih lemas karena muntah yang tak kunjung usai, ia malah membuatku pusing dengan berputar-putar.“Mas turunin dulu, aku mabok!”“Maaf ya, Mas seneng aja. Ini kamu pasti hamil Sayang.”
Bahkan sekarang melihatku tak berdaya. Pria ini tak hanya memanggilkan dokter, ia juga rela mengurus rumah bahkan menyuapiku makan dan membantu ke toilet.Entah kenapa dengan fisikku. Aku begitu takut dengan ancaman, setelah berbulan-bulan terus saja ditekan dengan berbagai hinaan, makian bahkan kadang-kadang ada juga beberapa akun yang mengancamku. Aku masih baik-baik saja, karena aku pikir itu hanya ucapan tanpa pembenaran. Namun, nyatatanya saat tahu jika kemarin aku benar-benar diancam. Pertahananku benar-benar runtuh.“Al, kita ke rumah sakit saja ya!”“Enggak Mas, aku baik-baik saja.”“Kamu terus saja waspada sejak kemarin bahkan belum tidur sama sekali.”Bagaimana aku bisa tidur jika, setiap waktu aku terus ketakutan kalau mungkin saja ada yang akan datang ke rumah. Ketakutan itu semakin menjadi mana kala tak ada orang di rumah.“Reza enggak akan ke sini Sayang, kalau kamu terus begini bisa ganggu kesehatan. Kita ketemu psikiater aja oke?”“Aku enggak gila.”“Enggak semua orang
“Ya Allah Mas, itu bukannya orang yang pernah datang ke rumah kita?”“Iya, itu anak buahnya Reza.”“Mau apa lagi coba? Kok bisa tahu kita ada di sini?”“Entah, nah itu Rezanya datang. Kamu jangan jauh-jauh dari Mas. Sini pegangan! Kita emang enggak bisa terus menghindar. Di sini banyak CCTV jadi kalau ada apa-apa banyak saksinya. Kamu jangan takut!”Pria itu menggenggam lenganku lantas mulai berjalan menuju Reza yang kini juga menatap kami ke arah yang sama. Di sampingnya sudah ada dua orang pria berbadan tegak dan besar yang melihat kami dengan tatapan sangarnya yang khas.Tak lama beberapa bawahannya yang lain juga datang dan berjajar di belakangnya. Namun, seolah tak kenal takut Mas Syahru terus melangkah.Sampai kemi berdiri tepat di depan pria itu, ia tiba-tiba saja menghadiahi pukulan yang cukup keras di perut sahabatnya. Hampir saja dua bawahannya membalaskan apa yang ia lakukan pada Reza, kalau saja tak dicegah oleh atasannya, aku yakin Mas Syahru juga sudah mendapatkan pukula
“Apa sih Sayang, pikiran kamu itu ya! Kotor banget.”“Memang kenyataannya begitu ‘kan?”“Suamimu ini masih normal. Mana mungkin mau melakukan hubungan sesama jenis. Membayangkannya saja sangat mengerikan.”“Ya terus kalau Reza nginep dia tidur di mana?”“Di bawah, di sofa tempat Mas biasa tidur.”“Memangnya dia mau.”“Ya, harus mau. Suruh siapa numpang tidur di sini. Sudah tahu rumahnya kecil.”Ternyata berbeda sekali perlakuannya padaku dan orang lain.“Meskipun Mas berteman baik, Mas juga enggak naif. Dia dari awal memang keliatan enggak normal sejak kasus pelecehan itu, jadi harus pintar jaga diri.”“Baguslah.”“Udah enggak marah lagi?”Aku hanya menggeleng.“Cie ada yang cemburu.”“Aku hanya bertanya, tolong jangan menafsirkannya sebagai cemburu.”“Orang enggak akan bertanya jika tidak cemburu.”Entah sejak kapan pria ini menjadi sangat narsis. Sepanjang jalan menuju rumah ia bahkan terus saja memaksaku untuk mengakui kecemburuanku padanya.“Iya, aku cemburu sama Reza. Puas?”Seka
“Loh, memangnya sudah?”Aku bahkan bisa melihat matanya yang sejak tadi meredup, mendadak berbinar.Aku hanya mengangguk, tetapi pria itu malah kembali memelukku. Kali ini ia bahkan mendaratkan kecupan singkat di kening.“Sejak kapan?”“Memangnya harus aku kasih tahu?”“Ya harus dong, Sayang.”“Mungkin sebelum Mas mengutarakan semuanya.”“Ya Allah, ih masa sih. Enggak nyangka deh.”“Terus kenapa kemarin kesannya kamu kayak mau nolak Mas.”“Siapa yang enggak shock lihat pasangan sendiri punya hubungan yang cukup dekat dengan sesama jenis lagi. Aku hanya perlu waktu meyakinkan diriku sendiri, kalau memang semua in hanya salah paham.”“Jadi sekarang ceritanya sudah yakin?”“Insyaallah, melihat bagaimana Mas bersikeras untuk melindungiku. Itu saja sudah cukup untuk membuktikan semuanya.”“Kalau begitu ayo!”“Ke mana?”Ia malah menatap pintu kamar kami yang saat itu masih terbuka. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Reza si pembuat onar itu bahkan tak menutupnya kembali.“Mas memangny
“Kamu di rumah aja. Mas yang ke sana. Kunci pintu ya, jangan keluar kalau ada yang ketuk. Mas ‘kan tahu sandinya jadi pasti langsung masuk.”“Oke.”Aku hanya bisa mengiyakan apa yang diperintahkan suamiku, sebelum akhirnya ia pergi untuk mengatasi kekacauan. Saat itu aku memang mengantarnya sampai ke depan.Namun, begitu aku akan kembali masuk, Luna yang kebetulan tengah membuang sampah malah menyapaku.“Pagi Ka, baik-baik aja ‘kan?” katanya.Entah kenapa ia bertanya seperti itu. Apakah memang wajahku terlihat bermasalah?“Alhamdulillah.”“Syukurlah, oh ya Ka, aku boleh minta tolong boleh enggak?”“Apa?”“Hari ini aku masak banyak buat acara nanti siang. Kakak bisa enggak cobain masakan aku, kurang apa gitu. Aku enggak percaya diri, masalahnya aku baru mau coba masak. Resepnya aja lihat di youtube.”“Boleh.”Gadis cantik berusia 22 tahun ini merupakan seorang karyawan di bank swasta. Setahuku ia memang tak suka memasak, bahkan pernah mengatakan jika ia tak tahu sama sekali tentang bu
Hingga terdengar decit pintu yang terbuka barulah aku berani untuk membuka selimut. Untungnya yang datang suamiku.“Jangan takut Al, itu hanya ban motor yang tetangga yang pecah.”“Astaghfirrullah.”“Kejadian kemarin pasti bikin kamu trauma, ya?”“Enggak kok Mas, aku cuma sedikit takut aja. Enggak sampai ke tahap trauma. Terus bagaimana orang yang bawa motornya baik-baik aja ‘kan?”“Alhamdulillah. Mas Danu baik-baik saja kok. Dia baru aja pulang shift 3.”“Ada-ada saja.”“Iya, sampai tetangga kita keluar semua. Dikira bom.”Aku sampai tertawa karenanya. Memang bunyinya seperti itu.“Nah, begitu dong. ‘Kan tambah cantik kalau ketawa.”“Apa sih Mas, pagi-pagi bukannya sarapan malah gombal.”“Lihat wajah kamu aja sudah kenyang kok.”“Ih, malah tambah gombal. Sudahlah aku mau ke bawah dulu, kita sarapan roti bakar dulu ya.”“Hm, boleh. Asalkan buatanmu semuanya enak.”“Timbang masukin ke panggangan aja kok enak, Mas. Itu mah standar rasanya.”“Tapi, ‘kan beda rasanya kalau makanan dibuat
Tepat saat hantaman keras pada pintu itu semakin intens terdengar, petugas keamanan untungnya segera datang. Barulah aku berani menilik dari celah gorden yang terbuka. Itu pun dari balik kamar yang berada di lantai 2. Rupanya tak hanya ada petugas, orang-orang sekitar rumah pun ikut melihat kekacauan itu.Ya Tuhan aku pikir ia menghantam pintu dengan tangannya. Namun, setelah melihat halaman rumah yang berantakan barulah aku tahu jika ia bahkan tak sekedar datang, tetapi juga merusak.Melihat dari kejauhan saja, sepertinya postur tubuh itu sangat mirip dengan Reza.“Ya Allah jangan-jangan memang dia, yang menyebarkan berita itu. Lagi pula siapa lagi orang terdekat kami yang mengetahui rahasian ini, selain dia.”Aku bergegas turun, mengingat salah satu petugas keamanan mulai mengetuk pintu. Sepertinya mereka ingin aku memberikan keterangan.Luna yang tak lain salah satu tetangga rumahku, seketika menghambur dan memelukku erat.“Ka Alea baik-baik aja, ‘kan?” katanya dengan wajah yag kha
“Mas sebenarnya mau melakukan apa?”“Mas tahu siapa biang dari masalah ini.”“Siapa?”“Kamu juga kenal orangnya. Sudah nanti saja kita bahas!”Ia sudah akan beranjak, tetapi kemudian malah kembali berbalik dan mendekat padaku. Ia tangkupkan kedua telapak tangannya itu di wajahku.Aku harus apa? Bahkan, dalam suasana yang genting saja ia masih saja bersikap romantis.“Jaga diri baik-baik, ya!”“Hm.”Tiba-tiba saja ia menarik kepalaku mendekat, sampai kemudian kurasakan benda kenyal itu menempel di keningku. Ada bekas basah yang kian mengering seiring dengan hembusan angin yang menerpa wajah, begitu pintu rumah kami terbuka.Bodohnya kenapa aku hanya diam saja. Seharusnya berontak saja.“Aku harus pergi Al, jangan sedih. Semuanya akan baik-baik saja. Bahkan jika mereka berhasil mengantongi bukti itu, Mas yang akan membuktikan sendiri kalau pernikahan kita memang sungguhan.”“Terima kasih, tapi bisakah berjanji satu hal saja padaku.”“Apa?”“Aku cuma punya Mas di sini, janji buat kembali