Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 143 Tak ada negosiasi

Share

Bab 143 Tak ada negosiasi

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-03-22 23:43:10
Hampir sepanjang malam, Jacob tidak memberikan kesempatan bagi Luna untuk beristirahat. Tubuhnya terasa lelah, nyeri di pinggangnya seperti mengingatkannya pada setiap detik yang mereka habiskan bersama. Saat pukul empat dini hari, Luna terbangun dengan perlahan, matanya berkedip beberapa kali mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan kamar. Di sebelahnya, Jacob masih tertidur dengan posisi yang posesif, tangan kanannya melingkari pinggang Luna dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya meski dalam tidur.

Luna menghela nafas pelan, mencoba mengatur pikirannya yang berantakan. Momen-momen yang terjadi beberapa jam lalu terlintas kembali di benaknya, membuat dadanya sesak. Ia tahu, ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Jacob tidak boleh terus terjerat dalam masalah yang semakin besar karena dirinya. Dengan hati-hati, Luna mencoba memindahkan tangan Jacob yang memeluknya. Tapi alih-alih melepaskan, tangan Jacob justru semakin erat mencengkeram.

Luna menoleh, melihat wajah Jacob yang
SILAN

:)

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
Weh...Weh... Jacob mewarisi sisi gelap Dustin... hahahaha
goodnovel comment avatar
Sri Agustin
semoga permasalahan ini cepet selesai, katanya Jacob cerdas, ko blum ada solusi untuk masalah ini. jangan sampai melakukan cara yg menyakiti Luna bahkan jg dirinya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 144 Kebingungan Luna

    Waktu yang seharusnya Luna gunakan untuk menenangkan pikiran dengan cara liburan sendirian, ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Jacob menyusulnya, memperlakukannya bagaikan boneka pemuas yang tak ada hentinya.Dari awal Luna datang ke tempat itu ia sudah bertemu dengan Jacob, dan sekarang sudah hari ketiga ia tinggal bersama Jacob tanpa keluar dari penginapan, Jacob melarangnya dan pria itu hanya ingin melakukan apa yang dia inginkan.Tidak ada kata protes lagi yang Luna ucapkan untuk menghentikan Jacob, tiga hari ini ia sudah lelah menghadapi pria yang hanya menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan kepuasan. Tidak ada satu katapun yang Jacob dengarkan, semakin Luna memberontak, semakin kasar pria itu memperlakukannya.Sekarang, Luna berdiri di depan cermin kamar mandi, memandangi tubuhnya yang terdapat memar akibat ulah Jacob. "Dia tidak meninggalkan bekas di area terbuka, syukurlah." batin Luna.Karena jika Jacob meninggalkan bekas di tubuh Luna, maka itu bisa langsung diketahui ol

    Last Updated : 2025-03-23
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 145 Kenikmatan singkat

    Waktu terasa berlalu begitu cepat. Luna bergegas dari dapur saat dering ponselnya memecah kesunyian. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat nama "Xavier" berkedip di layar. Tangannya gemetar saat mencoba mengatur nafas, memastikan suaranya tak akan terdengar mencurigakan saat menjawab."Baik, tenang," bisiknya pada diri sendiri sebelum akhirnya mengangkat telepon. "Halo?"Suara Xavier langsung memenuhi telinganya, dingin dan penuh ancaman. "Ingat baik-baik, Luna. Kau tidak boleh terlambat satu menit pun untuk acara pertunangan kita. Tiga hari lagi. Liburanmu tersisa satu hari. Jika kau berani melawan..." Ada jeda yang sengaja dibuat dramatis. "Aku tidak akan tinggal diam."Luna memejamkan mata erat-erat, mencoba menahan getar di suaranya. "Aku mengerti. Besok aku akan kembali.""Dan ingat ini," sambung Xavier, suaranya tiba-tiba lebih rendah namun sepuluh kali lebih mengerikan. "Aku benci mengulangi kalimat yang sama. Kalau kau berulah..." Ancaman itu menggantung di udara. "Jangan

    Last Updated : 2025-03-24
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 1 Kehilangan 

    Suasana pemberkatan pesta pernikahan tampak damai, beberapa tamu sudah hadir dan bersiap untuk menyaksikan pemberkatan pernikahan Christian Jacob Lawson. Ia adalah pria berusia dua puluh lima tahun, di usianya yang masih cukup muda, Jacob telah memiliki segalanya.Berkat dukungan dari keluarga, Jacob telah mendapatkan kesuksesan yang begitu besar. Sebuah saham kekayaan dari sang kakek dan juga kekayaan dari ayahnya, Jacob mengendalikan semua itu dengan kecerdasannya sehingga membuatnya menjadi salah satu pria termuda yang masuk penghargaan orang terkaya dunia.Dan hari ini, kebahagiaannya akan lengkap. Ia akan menikah dengan wanita yang sangat dicintainya, Anastasya. Wanita yang kini tengah mengandung anaknya, tentu adalah kebahagiaan yang Jacob nantikan.Dengan senyum bahagia, Jacob menerima ucapan selamat dari sahabat-sahabatnya. "Selamat, Dude. Hari ini kau resmi menjadi pria beruntung," ucap seorang rekannya sambil menepuk bahunya."Terima kasih," Jacob menjawab, matanya berbinar.

    Last Updated : 2024-12-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 2 Hati yang luka

    Hari-hari setelah kepergian Anastasya adalah lautan sunyi yang menelan semangat hidup Jacob. Ia yang dulu dikenal penuh semangat, kini hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu. Wajahnya pucat, matanya tampak kosong, dan kata-katanya nyaris tak terdengar.Di taman belakang rumah, Jacob duduk di bangku kayu, memandang tanpa tujuan ke arah langit yang memancarkan warna senja.Hazel berdiri di ambang pintu, menatap Jacob dengan mata berkaca-kaca."Ayah," bisik Hazel, berbalik menatap Dustin. "Kita harus melakukan sesuatu. Lima hari ini Jacob hanya diam seperti itu."Dustin menggeleng pelan. "Biarkan dia, Hazel. Kehilangan seperti ini tak bisa disembuhkan dengan paksaan. Jacob perlu waktu untuk merelakannya.""Tapi, Ayah..." Hazel menggigit bibirnya, hatinya terlalu sakit melihat kakaknya yang biasanya menjadi tumpuan kekuatan keluarga kini rapuh seperti daun kering di tiupan angin.Tanpa memperdulikan larangan ayahnya, Hazel berjalan mendekati Jacob. Suara langkahnya mengusik keheningan,

    Last Updated : 2024-12-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 3 Gadis kecil

    Pulau pribadi yang berukuran begitu luas milik Dustin masih terawat dengan baik, beberapa penjaga dan pelayan di tugaskan di tempat tersebut hingga saat kedatangan Jacob.Jacob turun dari helikopter, langkahnya perlahan menyentuh tanah berumput yang lembut. Angin laut menerpa wajahnya, membawa aroma asin yang membangkitkan kenangan pahit di hatinya. Seorang pelayan menyambut dengan sopan, mengambil kopernya, dan memandu pria itu menuju kamar yang telah disiapkan.Jacob menatap mansion itu dari kejauhan. Bangunan megah dengan sentuhan kolonial klasik itu masih terawat sempurna, tetapi baginya, tempat ini menyimpan sesuatu yang kini hanya berupa bayangan.Seharusnya, ia datang ke sini bersama Anastasya. Menciptakan momen kebahagiaan. Tapi kenyataan berkata lain, wanita yang ia cintai telah pergi, meninggalkan kekosongan yang tak tergantikan.“Tuan, mari saya tunjukkan kamar Anda,” ucap pelayan, memecah lamunan Jacob.Tanpa sepatah kata, Jacob mengangguk dan mengikuti langkah pelayan men

    Last Updated : 2024-12-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 4 Bukan teman biasa

    Pagi yang cerah menyambut Jacob, ia keluar menuju balkon dan berdiri disana menikmati pemandangan yang indah. Taman bunga tampak cantik, banyak bunga bermekaran di pertengahan musim semi.Keindahan ini masih saja belum mampu membuat hatinya bisa lega, sakit yang ia rasakan masih begitu besar hingga setiap kali ia menatap keindahan, pikirannya tertuju pada orang yang ia cintai.Sejenak Jacob memejamkan mata, tapi pendengarannya segera teralihkan oleh suara gadis yang tertawa. Saat ia membuka mata, tampak Luna sedang berlari mengejar kelinci.Jacob menatapnya dengan penuh perhatian. "Apakah ini rutinitas paginya?" pikirnya.Ia diam memperhatikan, Luna masih mengenakan dress tidurnya yang sama seperti kemarin. Dress berlengan panjang dan sebatas lutut berwarna putih. Gadis itu terlihat begitu menikmati hidupnya, dan di pulau tempat Jacob tinggal sekarang memang begitu banyak kelinci yang berkeliaran."Melihat kebahagiaannya yang berhasil membuatku iri, disisi lain aku juga kasihan padany

    Last Updated : 2024-12-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 5 Tidak seperti yang dibayangkan

    Keesokan harinya, aktivitas Luna masih sama seperti hari sebelumnya. Saat Jacob keluar dari kamar ke arah balkon, ia akan langsung dihadapkan pemandangan Luna yang berlarian mengejar para kelinci.Wajahnya begitu riang saat dia berhasil mendapatkan kelinci yang dikejarnya, Luna akan menggendong dan mengusap kepala kelinci itu penuh kasih sayang sambil memberi sebuah wortel.“Berteman dengan gadis yang usianya sepuluh tahun lebih muda dariku… aneh juga rasanya,” gumamnya sambil menyandarkan tubuh ke pagar balkon. “Tapi kalau hidup di pulau ini tanpa teman, rasanya terlalu membosankan. Mungkin sudah waktunya aku mengajarkan pada gadis itu bahwa pendidikan itu sama pentingnya dengan bermain.”Sementara itu, Luna tidak sadar bahwa dia sering kali diperhatikan oleh Jacob. Ia terbiasa sendirian selama dua tahun tinggal di pulau itu, teman-temannya adalah para kelinci yang begitu banyak di pulau itu.Seekor kelinci remaja berada dalam dekapannya, ia mengusap bulu lembut kelinci itu sambil me

    Last Updated : 2024-12-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 6. Menjadi guru

    Tak pernah terlintas di benak Jacob bahwa pelariannya ke pulau ini akan membawanya pada pengalaman baru, menjadi seorang guru privat bagi gadis berusia enam belas tahun. Niatnya semula sederhana, menjauh dari dunia yang penuh kenangan pahit setelah kehilangan kekasih tercinta. Namun, takdir memiliki rencana lain dan mempertemukannya pada Luna.“Salah lagi. Lakukan dengan cara yang lain!” suara Jacob menggema di ruangan, disertai dentuman keras meja yang dipukulnya. Luna tersentak, matanya melebar, nyalinya hampir ciut oleh ketegasan pria itu.Jacob memperhatikan Luna dengan cermat, lebih cermat dari biasanya. Selama dua puluh lima tahun hidupnya, baru kali ini ia bertemu seseorang yang dalam pandangannya, begitu sulit memahami hal-hal dasar. Perhitungan sederhana saja menjadi tantangan besar bagi Luna."Apa sebenarnya isi kepalamu ini?" gumamnya sambil menekan tongkat kayu sepanjang lima puluh sentimeter ke dahi Luna.Luna menatapnya polos, tanpa rasa bersalah. “Isi kepalaku ini tentu

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 145 Kenikmatan singkat

    Waktu terasa berlalu begitu cepat. Luna bergegas dari dapur saat dering ponselnya memecah kesunyian. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat nama "Xavier" berkedip di layar. Tangannya gemetar saat mencoba mengatur nafas, memastikan suaranya tak akan terdengar mencurigakan saat menjawab."Baik, tenang," bisiknya pada diri sendiri sebelum akhirnya mengangkat telepon. "Halo?"Suara Xavier langsung memenuhi telinganya, dingin dan penuh ancaman. "Ingat baik-baik, Luna. Kau tidak boleh terlambat satu menit pun untuk acara pertunangan kita. Tiga hari lagi. Liburanmu tersisa satu hari. Jika kau berani melawan..." Ada jeda yang sengaja dibuat dramatis. "Aku tidak akan tinggal diam."Luna memejamkan mata erat-erat, mencoba menahan getar di suaranya. "Aku mengerti. Besok aku akan kembali.""Dan ingat ini," sambung Xavier, suaranya tiba-tiba lebih rendah namun sepuluh kali lebih mengerikan. "Aku benci mengulangi kalimat yang sama. Kalau kau berulah..." Ancaman itu menggantung di udara. "Jangan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 144 Kebingungan Luna

    Waktu yang seharusnya Luna gunakan untuk menenangkan pikiran dengan cara liburan sendirian, ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Jacob menyusulnya, memperlakukannya bagaikan boneka pemuas yang tak ada hentinya.Dari awal Luna datang ke tempat itu ia sudah bertemu dengan Jacob, dan sekarang sudah hari ketiga ia tinggal bersama Jacob tanpa keluar dari penginapan, Jacob melarangnya dan pria itu hanya ingin melakukan apa yang dia inginkan.Tidak ada kata protes lagi yang Luna ucapkan untuk menghentikan Jacob, tiga hari ini ia sudah lelah menghadapi pria yang hanya menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan kepuasan. Tidak ada satu katapun yang Jacob dengarkan, semakin Luna memberontak, semakin kasar pria itu memperlakukannya.Sekarang, Luna berdiri di depan cermin kamar mandi, memandangi tubuhnya yang terdapat memar akibat ulah Jacob. "Dia tidak meninggalkan bekas di area terbuka, syukurlah." batin Luna.Karena jika Jacob meninggalkan bekas di tubuh Luna, maka itu bisa langsung diketahui ol

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 143 Tak ada negosiasi

    Hampir sepanjang malam, Jacob tidak memberikan kesempatan bagi Luna untuk beristirahat. Tubuhnya terasa lelah, nyeri di pinggangnya seperti mengingatkannya pada setiap detik yang mereka habiskan bersama. Saat pukul empat dini hari, Luna terbangun dengan perlahan, matanya berkedip beberapa kali mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan kamar. Di sebelahnya, Jacob masih tertidur dengan posisi yang posesif, tangan kanannya melingkari pinggang Luna dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya meski dalam tidur.Luna menghela nafas pelan, mencoba mengatur pikirannya yang berantakan. Momen-momen yang terjadi beberapa jam lalu terlintas kembali di benaknya, membuat dadanya sesak. Ia tahu, ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Jacob tidak boleh terus terjerat dalam masalah yang semakin besar karena dirinya. Dengan hati-hati, Luna mencoba memindahkan tangan Jacob yang memeluknya. Tapi alih-alih melepaskan, tangan Jacob justru semakin erat mencengkeram.Luna menoleh, melihat wajah Jacob yang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 142 Perasaan asing

    Tubuh Luna terhempas di atas sofa sebuah villa yang terpencil, jauh dari keramaian dan jauh dari tempat di mana ia seharusnya berada. Begitu Jacob menurunkannya dari bahunya, Luna bergegas bangkit, mencoba melarikan diri. Tapi dengan gerakan cepat, Jacob mengunci tubuh gadis itu di antara kedua tangannya yang kokoh dan sofa yang menjadi sandaran Luna.Luna menatap Jacob, matanya membesar. Sorot mata pria itu terlihat sangat berbeda dari biasanya, tidak ada lagi kehangatan yang biasa ia lihat. Yang ada hanyalah kegelapan dan intensitas yang membuat jantung Luna berdegup kencang. Ia merasa seperti sedang berhadapan dengan orang asing, bukan Jacob yang ia kenal selama ini."Kau tidak seharusnya melakukan ini. Aku adalah perempuan yang akan menikah dalam waktu dekat," ucap Luna, berusaha menjaga suaranya tetap tegas meskipun getarannya tak bisa disembunyikan. Sikap dominan Jacob membuatnya merasa kecil, seperti burung yang terjebak dalam sangkar.Ekspresi Jacob semakin membuat Luna takut.

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 141 Kehilangan kesabaran

    Pesta pertunangan tinggal sepuluh hari lagi, dan setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang semakin menyesakkan dada Luna. Perasaan bersalah dan kekhawatiran terus menggerogoti hatinya. Luna tahu, ia tidak bisa menciptakan masalah baru untuk Jacob, tapi di sisi lain, ia juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa hidupnya akan sepenuhnya dikendalikan oleh orang lain.Dengan langkah berat, Luna berjalan menuju kamar Nico. Ia mengetuk pintu perlahan, dan tak lama kemudian, Nico membuka pintu dengan ekspresi bingung."Ada apa?" tanyanya, matanya menyipit penuh pertanyaan.Tanpa banyak bicara, Luna masuk ke dalam kamar Nico. Ini adalah pertama kalinya Luna masuk ke kamar saudara tirinya itu, dan ekspresi wajahnya yang muram membuat Nico semakin penasaran. Luna terlihat seperti mayat berjalan, wajahnya pucat dan matanya kosong."Hei, jangan membuatku takut. Kau terlihat seperti baru saja kehilangan harta jutaan dolar," protes Nico, mencoba meredakan ketegangan.Luna duduk di kursi gam

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 140 Awal kekalahan?

    Malam telah berlalu, dan fajar menyingsing dengan membawa kejutan yang mengguncang dunia media. Sebuah artikel muncul di berbagai platform berita, mengungkap rahasia yang selama ini dijaga ketat oleh keluarga Davis. Artikel itu menyebutkan bahwa George Davis, memiliki dua cucu laki-laki. Namun, identitas mereka selalu menjadi misteri. Hanya kabar angin yang beredar, tapi tak pernah ada bukti konkret yang mengungkap siapa sebenarnya kedua cucu itu.Spekulasi pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa cucu George Davis cacat, sehingga disembunyikan dari publik. Ada pula yang berpendapat bahwa mereka tidak layak mewarisi kekayaan sang kakek. Artikel itu langsung menjadi trending topik, memicu perdebatan dan rasa penasaran yang membara di kalangan masyarakat. Siapa sebenarnya kedua cucu George Davis? Mengapa identitas mereka begitu dijaga?Di dalam ruang kerja yang megah, Xavier duduk dengan wajah muram. Matanya menatap layar laptop di depannya, artikel itu terbuka lebar. Rahangnya menge

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 139 Perubahan sikap Nico

    Mobil McLaren hitam milik Nico meluncur dengan mulus di jalanan sepi, meninggalkan keramaian kota New York jauh di belakang. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah rumah mewah yang megah, dikelilingi pagar tinggi dan pepohonan rindang. Nico turun dari mobilnya, matanya menyapu sekeliling dengan perasaan campur aduk. Ini adalah rumah Xavier, tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi, tapi ingatannya tentang tempat ini masih sangat jelas. Saat melangkah masuk ke halaman, Nico melihat mobil Xavier terparkir di depan. Artinya, si pemilik rumah ada di dalam. Nico menarik nafas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum melangkah lebih jauh. Dia tahu persis di mana Xavier biasanya menghabiskan waktunya, dan tanpa ragu, ia menuju ke gudang belakang. Sesampainya di sana, Nico melihat pintu gudang tidak tertutup rapat. Dua penjaga berseragam hitam berdiri di depan pintu, tangan mereka terlipat di depan dada. Tapi karena Nico sudah beberapa kali datan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 138 Persaudaraan

    Pernikahan tinggal satu bulan lagi, dan Luna hanya bisa menunggu hari itu tiba dengan perasaan yang campur aduk. Ia duduk di kursi taman di halaman belakang, menatap kosong ke kejauhan. Pikirannya melayang entah kemana, mencoba menenangkan diri dari kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Namun, di tengah lamunannya, telinganya menangkap suara langkah kaki yang perlahan mendekat. Luna tidak menoleh, hanya menghela nafas berat, seolah nafas itu bisa meringankan beban yang terasa begitu berat di dadanya."Kalau kau datang hanya untuk mengejekku, sebaiknya kau pergi saja," ucap Luna tanpa menoleh, suaranya datar tak ingin diganggu.Di belakangnya, Nico berdiri diam, matanya menatap Luna dengan ekspresi yang sulit dibaca. Awalnya, ia datang dengan niat yang tidak jelas, mungkin hanya ingin melihat bagaimana keadaan Luna. Tapi sekarang, melihat gadis itu begitu rapuh, hatinya justru tersentuh. Luna bukanlah ancaman baginya, justru sebaliknya. Dia seperti anak kelinci yang lemah, tak berdaya,

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 137 Terjebak situasi

    “Berikan gadis itu padaku,” ucap Xavier, suaranya rendah namun penuh dengan otoritas. Tangannya terulur, siap mengambil Luna dari Jacob. Tapi dengan cepat, Jacob melangkah maju, berdiri di depan Luna, menghalangi Xavier yang akan menyentuhnya. Tubuhnya tegap, matanya berapi-api, siap melindungi Luna dengan segala cara.Kini, kedua pria itu saling bertatapan sengit. Udara di sekitar mereka terasa panas, seperti pertarungan yang tak terelakkan akan segera dimulai. Tidak ada yang mau mengalah. Sementara itu, Luna berdiri di belakang Jacob, hatinya bergejolak antara rasa takut dan kebingungan. Di satu sisi, jika ia ikut dengan Jacob, pria itu pasti akan mendapatkan masalah yang lebih besar. Di sisi lain, jika ia ikut dengan Xavier, maka artinya Luna harus siap menerima konsekuensi menikah dengan pria yang bahkan tidak ia sukai sama sekali.“Kau tidak akan membawanya kemana pun,” geram Jacob, sorot matanya tajam seperti pedang yang siap menghunus. “Aku tidak akan pernah melepaskannya.”Tapi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status