Share

Bab 77

Penulis: shimizudani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Rangga," panggil Gita dengan berbisik ketika dirasakannya pelukan Rangga di tubuhnya mengetat. Ini sudah pagi dan dia baru saja mematikan alarmnya. Tapi Rangga tak mau melepaskannya meski dia tahu suaminya itu sudah bangun.

Rangga hanya menggumam kata-kata tak jelas dan kembali menikmati posisinya. Dia menghidu bau Gita dengan mata masih terpejam dan juga kehangatan sang istri dalam dekapannya. Itu membuatnya tak ingin cepat terbangun.

Gita memutar matanya mendapati reaksi Rangga. Sejak semalam, lebih tepatnya setelah dia mengucapkan nama Citra, Rangga bertingkah sedikit aneh dengan selalu mengambil kesempatan untuk memeluknya. Rangga tidak meninggalkan sisinya dan bahkan mengikutinya ke mana pun, kecuali ke kamar mandi.

Ah, kamar mandi! Itu memberikannya sebuah ide.

"Aku mau pipis," kata Gita, mulai melancarkan rencananya lepas dari pelukan sang suami. Tidak. Itu bukan berarti dia membenci berada dalam pelukan Rangga--dia sangat suka. Tetapi dia membutuhkan sedikit ruang untuk l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 78

    Rangga sudah menduga Gita akan melakukannya. Overthinking. Ditambah dengan hormon kehamilannya, hal itu pasti akan terjadi. Sejujurnya, dia tidak pernah menduga pertemuan tersebut terjadi. Setidaknya, Gita mengetahuinya tidak dengan cara seperti itu. Siapa yang tak terkejut mendapati mantan kekasih suaminya berdiri di hadapannya? Dan apa dia bilang? Jenny menawarinya bekerja untuk Citra? Itu konyol! Bukan Citra yang dikhawatirkannya melainkan sang istri. Dia cemas dengan apa yang akan Gita pikirkan dan rasakan sepanjang bekerja dengan Citra. Andaikan saja dia dapat membaca pikiran seseorang. Sayangnya, dia tidak dapat melakukannya dan hanya bergantung pada insting untuk menebak-nebak apa yang ada di dalam kepala Gita. "Tentang tawaran Jenny, gimana kalau kamu tolak?" tanya Rangga di dekat telinga Gita. Oh, dia menyukai wangi istrinya. Itu menenangkannya saat menghidu baunya dan merasakan kehangatannya. Rasanya, dia ingin memeluk Gita seharian. Tentu saja, bukan karena percakapan m

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 79

    [Del, gimana kabarmu?] Gita membaca ulang pesan tersebut sebelum mengirimkannya. Tak lama, dia melihat tanda pesannya telah berhasil dikirim dan bahkan telah masuk ke ponsel sang penerima, Dela. Tak sampai sepuluh detik, tandanya berganti warna biru, menunjukkan bahwa Dela telah membacanya. Namun setelah satu menit berlalu, tidak ada balasan dari wanita itu. Dan itu membuatnya frustasi. [Semua baik-baik saja, kan?] Gita mengirimkannya. Setelahnya, dia mengalami proses yang sama dengan hasil yang juga sama. Dia nyaris bangkit dari duduknya akibat rasa frustasinya. Tangannya bergerak naik dan mengacak rambutnya dengan asal sebagai cara lain untuk mengungkapkan perasaannya. Ada apa dengan Dela? "Kamu kenapa?" tanya Rangga setelah keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampiri sang istri. Dia melihat hal ganjil di diri Gita dan itu adalah alasannya bertanya. Gita mendongak dengan bibir mengerucut, alis berkerut, dan mata yang menggenang. Yang terakhir menyebabkan Rangga mempercepat

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 80

    Akhirnya Gita mendapatkan apa dia inginkan. Jenny sangat baik karena bersedia mengabulkannya. Dan sebagai balasan, dia tidak masalah harus langsung bekerja hari ini. Dia akan bertemu klien sebagai perwakilan dari Jessica. Dia membaca jika itu merupakan brand untuk baju-baju bayi. Jadi dugaannya itu tawaran untuk bayi Jessica. Oh, Jessica memiliki seorang bayi laki-laki yang lucu. Dia menunggu di cafe sembari memesan segelas coklat panas dan kentang goreng. Sayangnya, tidak ada es krim dalam menu makanan mereka padahal dia sangat menginginkannya. Yah, untuk merayakan bagaimana semua berjalan dengan baik akhir-akhir ini. Hubungannya dengan Rangga, kehamilannya, dan pekerjaannya. Semua itu terasa sempurna hingga terkadang dia berpikir apakah itu hanya mimpi. Tapi itu bukan mimpi. Itu kenyataan. Perwakilan dari brand seharusnya datang jam sepuluh. Namun tampaknya ada yang tidak berjalan baik dengan pertemuan mereka sebelumnya--mereka mengatakan punya janji lain sebelum bertemu dengannya

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 81

    Tubuh Gita membeku di tempat saat melihat sosok itu berjalan mendekat. Tidak. Citra sudah berada dekat dengannya ketika memanggilnya, dan lebih dekat lagi karena wanita itu sudah ada di depannya sekarang. Citra tersenyum dan bertanya, "Boleh aku duduk di sini?" Dan Gita tak memiliki jawaban selain anggukan penuh keraguan. Dia tidak mungkin menolaknya ketika dia melihat senyum cerah itu seolah-olah Citra sedang bertemu seorang teman. Tapi mereka bukan teman, dan dia ragu mereka bisa berteman. "Sebenarnya aku sampai sini saat kamu sedang meeting dengan wanita sebelumnya. Dan aku lihat kamu sangat profesional." Gita tidak yakin ingin mendengarnya. Maksudnya untuk apa menjelaskan hal tersebut kepadanya? Itu sesuatu yang normal dikerjakan oleh seorang asisten sepertinya. Berurusan dengan klien, mangatur schedule, dan menemani talent ke kegiatannya. Itu hal-hal dasar yang perlu dilakukannya sebagai seorang asisten. Namun saat ini, dia hanya mengambil yang pertama, sesuai permintaannya. T

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 82

    Gita memijat lembut pangkal hidungnya untuk menghilangkan penat yang dia rasakan. Tidak. Dia pusing. Dan semua dimulai semenjak pertemuan tak sengajanya dengan Citra. Bagaimana pertemuan itu berlangsung? Yang mengagetkan adalah pertemuan itu berjalan lancar. Gita tidak meledak-ledak, menangis, kesal, dan sukses menjaga dirinya dari apa pun emosi merambati hatinya. Hal itu juga mengejutkannya karena dia dapat tenang menghadapi Citra. Dia pernah membayangkan dia mungkin kabur atau bersembunyi demi menghindari wanita itu. Nyatanya, mereka duduk saling berhadapan dan bahkan dia menghibur Citra. Betapa hebatnya dia! Tetapi lancarnya pertemuan itu tidak menjamin efeknya pada dirinya. Gita pulang dengan kepala pusing mengingat percakapan mereka dan permintaan Citra soal pertemanan. orang-orang yang mengenalnya dengan baik akan mudah menebak jawaban Gita. Dia menerimanya. Benar-benar bodoh, bukan? Namun bagaimana dia menolak seseorang memintanya menjadi seorang teman? Aku nggak bisa jadi

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 83

    Gita terbangun sendirian pagi itu. Ranjang sisinya kosong karena setelah melihat jam, ini sudah jam sembilan. Kedua alisnya berkerut. Kenapa alarmnya tidak berbunyi? Itu pasti Rangga. Rangga membuatnya kelelahan semalam setelah memastikan bahwa dia tidak memiliki schedule hari ini. Dan tidurnya pasti sangat nyenyak sehingga dia tak mendengar suara alarmnya dan bahkan tidak merasakan kepergian suaminya. Dia terbiasa bangun dalam pelukan Rangga dan pagi ini, dia tidak bisa merasakannya. Gita melihat lipatan baju dengan catatan di atasnya. Jika dia yang pertama bangun, Rangga biasanya akan menyiapkan baju untuknya karena dia dapat dipastikan telanjang di balik selimutnya. - Mandilah sebelum turun. Dan jangan buru-buru! Aku nggak akan ke mana-mana. Bibir Gita tertarik membentuk senyuman membaca pesan tersebut. Tidak ada sapaan pagi tapi dia menyukai bagaimana Rangga memperhatikannya. Itu terasa manis dan menenangkannya. Dan sebutan My Queen atau Ratuku, dia kini menyukainya. Itu menan

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 84

    Gita bersenandung sepanjang perjalanan menuju rumah Lukman. Dia bahagia karena rencananya mengunjungi rumah mereka akhirnya terlaksana. Tentu saja, dengan Rangga bersamanya untuk dia perkenalkan kepada mereka. Ya, kalian tidak salah baca. Dia akhirnya memutuskan untuk memberitahukan semuanya. "Kamu kelihatan senang banget," kata Rangga di sebelahnya. Matanya tertuju pada jalanan meski sesekali dia melirik ke arah sang istri yang melihat keluar jendela dengan senandung panjang dan berirama dari bibirnya. Siapa pun tahu Gita sedang dalam mood yang bagus. Dan itu menular kepadanya sehingga sesekali dia tersenyum hanya dengan mendengar suara wanitanya. Gita menoleh dan menyunggingkan senyum lebarnya. "Tentu saja. Aku akan bertemu sahabatku. Mereka benar-benar kejam nggak mengabariku sama sekali." Suaranya terdengar kompleks. Rasa senang diakhiri gerutuan. Tapi perasaan senang adalah yang dominan sebab sorot matanya memancarkan binar-binar antusiasme meski dengusan pelan dikeluarkannya.

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 85

    Lukman melihat dua tamunya secara bergantian. Mereka bertiga tengah berada di ruang makan, saling berhadapan dengan Gita duduk di sisi kanan dan Rangga ada di sampingnya. Gita dan Rangga sudah berada di pintu rumahnya dan dia tidak mungkin mengusir mereka terlebih ketika dilihatnya sang sahabat menangis di pelukan Rangga. Gita menangis? Dia lupa kapan terakhir kali dia menghapus tangisan Gita. Wanita itu memang jarang menangis. "Maaf kamu harus melihatnya," kata Lukman lemah. Sebesar dia mempedulikan sahabatnya, Dela adalah yang pertama baginya. Dela merupakan istrinya meski saat ini sedang ada kesalahpahaman di anatar mereka. Dan itu dimulai sejak kehamilannya, or kehamilan mereka berdua, Dela dan Gita. Hanya karena Dela menduga Gita menyukainya, Dela berpikir mereka berselingkuh dan dia menghamili Gita. Itu sangat konyol, bukan? Yang lebih buruk, Dela tak mau mendengarkan seberapa pun keras dia menjelaskan. Termasuk soal Rangga dan percakapan tentang Rangga adalah ayah dari bayi

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 130 - Epilog 2

    Gita mengintip melalui pintu kamar mandi di lantai pertama sebelum melangkah keluar dengan santai seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia berjalan melewati Rangga, yang sedang duduk di sofa di ruang tamu mereka dan membaca laporan di tablet, dengan Ardian merangkak di lantai."Ardian, sayang, kemari." Gita memanggil Ardian, yang perhatiannya selalu mudah didapatkannya. "Ayo bermain di luar."Dan reaksi Ardian dapat diprediksi. Dia berlari ke arah ibunya dengan penuh semangat. Senyumnya begitu lebar.Menjadi anak-anak tampaknya menyenangkan, bukan?Gita mengikuti Ardian yang berlari keluar rumah ke halaman tanpa alas kaki. Dia tidak bisa menahan senyum di wajahnya melihat putranya dan kebahagiaan lain yang baru saja dia temukan hari ini.Gita hamil dengan anak kedua mereka.Tapi ini masih rahasia. Gita ingin membuat kejutan untuk suaminya.Oh, dia tidak sabar ingin melihat reaksi Rangga!"Ardian, kemari. Mama ingin mengatakan sesuatu."Ardian menghentikan larinya untuk melihat ibunya d

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 129 - Epilog 1

    Tiga tahun kemudian.Gita memperhatikan semuanya. Setiap gerakan, tawa, canda, teriakan, dan banyak lagi.Dia tidak bisa untuk tidak tersenyum lebar melihat itu semua. Rasanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Tapi itulah yang terjadi karena memang itulah realitanya.Ardian kini berusia tiga tahun dan dalam masa aktifnya. Dia berlari ke setiap sudut rumah dan selalu bersemangat untuk berlari di halaman.Meskipun melelahkan tubuh mereka karena harus mengikuti pergerakan Ardian, mereka tidak mengeluh, terutama Rangga. Suaminya selalu punya energi untuk bermain dengan Ardian dan tidak pernah kehabisan ide. Rangga membesarkan anak mereka dengan sepenuh hati.Gita menggelengkan kepalanya untuk memaksa dirinya kembali ke tempatnya. Dia tidak bisa hanya mengamati mereka sepanjang waktu, karena dia perlu menyelesaikan adonan kuenya.Ardian memiliki selera yang sama dengannya mengenai makanan manis. Jadi dia mencoba menjadi ibu yang baik dengan memanggang kue sendiri daripada membelinya d

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 128

    "Hai. Ayah senang kamu bangun, dan Ayah bisa memegangmu. Ibumu pasti merasakan hal yang sama. Tapi dia sedang beristirahat sekarang, jadi jangan ganggu dia dan bermain dengan Ayah saja." Suara Rangga dipenuhi kebahagiaan, begitu pun sorot matanya menunjukkan perasaan yang sama. Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan saat ini ketika dia akhirnya bisa memegang bayi Ardian. Dan kenyataan bahwa Ardian lahir dengan sehat adalah hal yang terbaik. Semuanya akan bertambah sempurna saat pemulihan istrinya berjalan dengan baik.Bayi Ardian menggerakkan tangannya yang kecil dan berhasil menangkap jari Rangga. Dia menggenggamnya meskipun matanya masih tertutup. Bayi Ardian mungkin merasakan suasana yang akrab dan aman, sehingga dia tidak menangis, yang membuat hati Rangga terasa hangat dan bangga. Hanya sentuhan dari Rangga yang bisa melakukan itu, dan dia jelas bangga akan hal itu."Gimana pendapatmu tentang dunia ini? Menakjubkan, kan? Kamu punya Ayah, ibumu, dan seluruh keluargamu di

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 127

    Beberapa bulan kemudian.Gita sedang menutup laci setelah memeriksa yang ada di dalamnya masih di tempatnya.Mungkin terdengar membingungkan. Intinya, Gita baru saja selesai memeriksa kebutuhan bayi mereka, seperti pakaian, popok, kaos kaki, selimut, dan lainnya. Dia ingin memastikan semuanya siap saat waktunya tiba, yang tidak akan lama lagi. Tanggal perkiraan kelahirannya harusnya minggu ini, dan dia sangat bersemangat untuk menyambut bayi mereka.Dia berpindah ke satu-satunya tempat tidur di ruangan tersebut. Tempat tidur itu besar dan memiliki dinding kayu di keempat sisinya untuk melindungi bayi mereka agar tak terjatuh. Dan itu adalah tempat tidur yang dikatakan Rangga bisa menampung tubuhnya saat menyusui bayi mereka. Dia bahkan bisa tidur di situ juga.Tangannya bergerak untuk menyentuh boneka di dekatnya dan meletakkannya dengan rapi di antara boneka-boneka lain dan bantal. Ada beberapa jenis boneka, terutama dengan karakter hewan yang lucu untuk menemani bayi mereka saat tid

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 126

    "Aku lihat semuanya, Gita. Aku tahu apa yang kamu sembunyikan di belakang punggungmu." Alis Rangga terangkat seolah-olah menunggu Gita untuk mengungkapkannya sendiri. Tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi karena itulah alasan dia menghampiri istrinya. Dia sudah melihat Gita menikmati es krim!"Apa maksudmu?"Jadi Gita memilih untuk bermain-main dengannya. Sayangnya, dia tidak ingin berpura-pura tidak melihatnya. "Mangkuknya. Es krim."Dan Gita hanya bisa memaksakan untuk tersenyum."Kemarilah." Tangan Rangga terjulur untuk meminta Gita mendekat."Nggak mau. Kamu akan memarahiku.""Artinya kamu tahu kamu melakukan kesalahan. Sudah berapa mangkuk es krim yang kamu habiskan?""Hmm. Lima?""Hitung dengan benar, Sayang.""Oke. Oke. Sembilan." Gita mengangkat kedua tangannya ke udara dan menyerah."Nggak, Sayang. Mangkuk di belakangmu itu yang kesebelas."Sebenarnya Rangga tidak masalah dengan Gita menikmati es krim. Tapi istrinya itu suka makan berlebihan, dan Gita mungkin akan makan le

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 125

    Akhirnya, hari yang mereka tunggu-tunggu tiba. Hari itu begitu sibuk tapi juga menyenangkan. Teman-teman dan keluarga mereka berkumpul bersama untuk merayakan hari bahagia tersebut. Apa lagi yang lebih menyenangkan daripada itu?Akad mereka berjalan dengan baik. Meskipun Gita merasa lebih gugup, kali ini semuanya terasa sempurna dibandingkan dengan pernikahannya yang sebenarnya. Ayahnya menikahkannya dan menyerahkannya kepada Rangga, seperti yang seharusnya dilakukan dalam sebuah upacara pernikahan. Dan dia bersama suaminya mengucapkan janji mereka lagi dan menjadi suami istri sekali lagi.Dan untuk membuatnya semakin sempurna, Rangga mengunci janji mereka dengan sebuah ciuman di bibir Gita. Kemudian tepuk tangan dan sorakan mengisi aula yang penuh tersebut.Itu adalah momen yang hangat dan membahagiakan. Dan itu berlangsung hingga malam."Senang sekali akhirnya bertemu dengan Nyonya Adiwijaya yang baru." Irfan menyapa Gita seraya menjabat tangannya. "Namaku Irfan.""Oh!" Gita tidak b

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 124

    Gita merasakan kehangatan di kulitnya. Sebuah angin sepoi-sepoi yang lembut dan hangat yang menyapu lehernya dan membawa getaran ke tubuhnya. Sedetik kemudian, dia merasakan sebuah kehangatan lain bergerak di perut buncitnya dan mengusapnya dengan sangat lembut seolah-olah takut untuk membangunkannya."Hmm." Gita terbangun dari tidurnya, tentu saja, akibat perbuatan tersebut. Barulah saat itu dia menyadari ada tangan yang melingkupinya, dan dia tahu itu milik siapa. "Rangga." Suaranya terdengar serak karena baru bangun tidur."Maaf aku membangunkanmu." Rangga bergumam di lekukan leher istrinya.Gita mendengarnya tapi dia tidak ingin menjawab karena suaranya seperti tersangkut di tenggorokan. Tapi dia tidak bisa menahannya lagi ketika kedua matanya membuka dan kegelapan menyambutnya melalui dinding kaca yang memberikan pemandangan langit malam nan gelap. "Masih gelap ternyata.""Iya.""Jam berapa sekarang?""Lewat tengah malam.""Kenapa kamu nggak tidur?"Alih-alih menjawab, Rangga mem

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 123

    "Semua persiapannya berjalan dengan baik, kan?" Rangga bertanya kepada Erik, Manajer Hotel Adiwijaya yang ada di Jakarta, saat mereka melihat-lihat aula yang akan digunakan untuk acara pernikahannya. Aula itu masih penuh dengan dekorasi lain, karena akan digunakan untuk acara seseorang malam ini."Iya. Kami sudah mempersiapkan semua yang diperlukan. Hadiah untuk tamu-tamu juga sudah tiba, dan kami sedang memasukkannya ke dalam goodie bag."Rangga mengangguk paham. "Persiapkan dengan baik dan pastikan itu sesuai untuk setiap acara. Jangan sampai salah."Sesuai rencana, mereka akan membagi acara menjadi dua, yaitu akad dan pesta. Karena itu, mereka akan menggunakan aula terpisah, begitu pun dekorasi, hadiah untuk tamu, makanan, dan lainnya. Mereka memiliki persiapan yang berbeda untuk setiap acara."Tentu saja. Kami sudah berpengalaman dengan hal-hal seperti ini. Saya jamin semuanya akan ditangani oleh tangan terbaik. Pak Rangga bisa menikmati waktu bersama istri Bapak.""Oke. Saya perc

  • Diam-Diam Menikahi Miliarder    Bab 122

    "Aku seperti lumba-lumba!" Suara Gita bergema di seluruh ruangan. Dia berdiri di depan cermin dan sedang mengamati penampilannya dari pantulan kaca. Dia mengenakan gaun midi berbentuk A-line dan berwarna hitam, yang tampak jatuh dengan indah di tubuhnya. Tapi itu juga memperlihatkan perutnya yang mulai membesar."Siapa yang bilang begitu?" Rangga berjalan ke arah sang istri sambil mengancingkan kemejanya."Aku." Gita masih berfokus pada pantulannya tubuhnya sendiri, seolah-olah mencari sesuatu untuk memuaskan dirinya."Kalau begitu, kamu salah. Kamu sama sekali nggak terlihat seperti itu." Rangga melingkarkan lengannya di pinggang Gita. "Sebaliknya, kamu terlihat makin seksi." Dia mencium leher istrinya dan mulai mengelus perutnya dengan lembut. Sudah hampir enam bulan, dan perut Gita sudah cukup besar."Jangan bohong sama aku, Rangga. Lihat. Tubuhku membengkak sekarang. Bahkan pipiku kelihatan seperti bakpao.""Itulah yang bikin kamu seksi, Sayang. Aku suka tubuhmu sekarang."Gita me

DMCA.com Protection Status