Beranda / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Yang Pertama Bukan Berarti Yang Terakhir

Share

Yang Pertama Bukan Berarti Yang Terakhir

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-24 19:56:55

JEVIN

Lelaki di sebelah Zeline menatap sekilas padanya. Zeline membalas dengan senyumnya yang semanis madu.

“Dim, kenalin ini kakak iparnya Mbak Zoi, namanya Jevin.”

Lelaki bernama Dimas itu mengulurkan tangannya sehingga mau nggak mau aku terpaksa menyambutnya. Kami pun berjabatan menyebut nama masing-masing.

“Dimas.”

“Jevin.”

Aku nggak tahu bagaimana proses itu terjadi—Zeline berpacaran dengan Dimas dalam jangka waktu dua minggu setelah dia meninggalkan Jakarta. Tapi sejujurnya jika aku melihat dari kacamata yang netral, Zeline dan Dimas tampak sangat serasi. Mereka mungkin seumuran. Zeline sesuai dengan Dimas yang masih muda, bukan dengan om-om sepertiku.

“Jev, makasih atas kedatangannya. Kamu udah jauh-jauh ke sini hanya untuk menghadiri wisuda aku. Tapi acaranya sudah selesai. Sebaiknya kamu pulang sekarang. Aku nggak mau Papa sama Mama ngeliat kamu ada di sini dan itu bikin mereka emosi. Aku minta tolong banget pengertian kamu.”

Zeline mengusirku terang-terangan di depan lelaki
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Belum Menyerah

    JEVIN“Zoi …” Aku melafalkan namanya agar Zoia menjawab permintaanku. Sejak tadi dia hanya memandang dengan tatapan prihatin seakan aku adalah makhluk paling menyedihkan.Zoia mengembuskan nafas panjang. Dari gesturnya mengesankan apa yang akan disampaikannya merupakan sesuatu yang berat, yang mungkin dia sendiri tidak mampu untuk mengatakannya.“Mas Jevin udah tahu soal Mami?”“Mami kenapa?” Aku memburu tidak sabar.“Mami dan Papi waktu itu datang ke rumah ketemu sama Mama dan Papa dan juga Zeline. Ucapan Mami bikin keluarga aku tersinggung. Mami merendahkan Zeline. Mami bilang Zeline bukan perempuan baik-baik. Zeline hanya memanfaatkan Mas Jevin demi uang. Mami menuduh Zeline memaksa Mas Jevin untuk membatalkan pernikahan dengan Mbak Niken. Bukan cuma itu, Mas, masih banyak lagi hinaan Mami untuk Zeline dan keluarga kami yang disampaikan lewat telfon. Bahkan aku sama Javas sampe berantem gara-gara masalah tersebut.”Zoia kemudian menguraikan secara detail percakapan antara Mami Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Diculik

    ZELINEMama mengikutiku ketika aku masuk ke kamar setelah Dimas pulang. “Papa kenapa iya-iya aja, Ma? Kenapa nggak tanya aku dulu?” Aku memprotes sikap Papa pada Mama mengenai rencana melanjutkan S2 tadi.Mama lalu duduk di sebelahku, menatap dengan tatapan lembut seorang ibu.“Papa melakukan ini semua demi kebaikan kamu, Zel. Semakin tinggi pendidikan maka peluang untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik akan semakin besar. Kamu harus sukses dan berhasil biar nanti kamu bisa membungkam mulut orang-orang yang menghina kamu. Mengerti kan maksud Mama?”“Tapi nggak harus sampai ke luar negeri kan, Ma? Di kampusku juga ada kok program S2.”“Jelas aja berbeda kuliah di dalam dan di luar negeri. Bukannya Mama mau mengatakan kalau di negara kita nggak bagus, tapi faktanya memang begitu.”Aku mengakui kebenaran kata-kata Mama. Tapi entah mengapa rasanya berat sekali untuk pergi jika seandainya aku diterima.Papa masuk ke kamarku di saat aku sedang bicara dengan Mama.“Siapa yang mengundang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Goodbye Kiss

    JEVIN“Lepasin aku, Jev! Keluarin aku dari sini!” Zeline terus berteriak setelah aku membawanya ke mobil seakan aku adalah seorang penculik yang akan mencelakainya.“Apa sih yang mau kamu omongin? Ngomong di sini aja!” Rasanya aku ingin membungkam mulutnya dengan kecupan agar dia berhenti memprotes.“Teriak aja, nggak ada yang bisa mendengar kamu. Yang ada suara kamu bakal habis.”“Aku nanya apa yang mau kamu omongin? Ngomong aja di sini. Kamu nggak bisa giniin aku, Jev. Aku bukan anak SMP bodoh lagi!”“Justru karena itu. Karena kamu bukan anak SMP seharusnya kamu bisa bersikap dewasa. Sekarang nggak usah banyak protes, turutin apa yang aku mau.”“Kamu pikir kamu siapa yang kemauannya harus aku turuti?”Demi apa pun aku merasa gemas melihat ekspresi Zeline. Alih-alih akan terlihat jelek mata bulatnya justru tampak semakin indah saat sedang marah begini.“Mau tahu aku siapa? I’m your first love.”Zeline menjawab dengan dengkusan keras sementara aku mengemudikan mobil semakin kencang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Penyakit Yang Menimpa Jevin

    JEVINAku menatap hampa ke sekeliling. Ini adalah kamarku di rumah Mami sejak bertahun-tahun yang lalu. Tapi entah mengapa warna putih yang mendominasi kamar ini semakin menambah aura kesedihan.Iya, sedih, hampa, kosong, kehilangan semangat, itu yang kurasakan sejak memutuskan untuk melepas Zeline. Aku benar-benar sudah kehilangan dia, dan mungkin untuk selamanya. Baru beberapa bulan, tapi aku merasa sudah hampir mati.Pintu yang kemudian dibuka dari luar bersama dengan sosok Mami yang muncul menghalau pergi lamunanku tentang Zeline.“Jev, ada Niken nih.”Ternyata Mami tidak sendiri. Aku melihat Niken berjalan di belakang Mami. Keduanya kemudian mendekat ke arahku.“Mami nggak bisa nemenin kamu ke rumah sakit. Jadi hari ini kamu ditemenin sama Niken,” kata Mami padaku setelah duduk di pinggir tempat tidur yang kutempati.“Aku nggak sakit, Mi. Aku nggak mau ke rumah sakit.” Aku menolak permintaan Mami. Aku merasa baik-baik saja tapi mereka bilang aku sakit.Awalnya setiap hari aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Ini Di Semarang Ya?

    JEVINAku dan Niken baru saja meninggalkan rumah sakit. Cukup lama kami berada di sana. Tadi aku juga mengikuti sesi psikoterapi, hanya berdua dengan dokter, sedangkan Niken menunggu di luar. Tapi aku yakin pasti dokter yang menanganiku menceritakannya pada Niken.“Dokter Ivan bilang katanya kamu nggak kooperatif,” cetus Niken yang sedang menyetir di sebelahku sambil memandang sekilas.Aku diam tidak menanggapi. Bukan tidak kooperatif, tapi terlalu sulit untuk mengungkapkan apa yang kurasakan.“Kalau kamu terus begitu dokter akan sulit membantu kamu, Jev. Kamu nggak usah malu. Cerita aja semua yang kamu rasakan sama dokter. Dia nggak akan menertawakan kamu. Kalau kamu kayak gini aku jadinya juga sedih,” ucap Niken menunjukkan keprihatinannya.Aku masih mengunci mulut, tidak sedikit pun merespon kata-kata Niken. Jika dia orang lain mungkin akan muak padaku. Tapi ini Niken, perempuan baik hati yang stock kesabarannya tiada batas.“Jev, aku nggak marah, kamu jangan tersinggung ya,” imbuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Saling Merindukan

    ZELINEDimas baru saja menelepon. Dia mengonfirmasi mengenai keberangkatanku nanti sore. Dari awal sampai akhir bantuan Dimas tak terhitung lagi jumlahnya. Dimaslah yang membantuku mengurus persyaratan LPDP, mengantar dan menemaniku selama tes, sampai memberiku semangat yang berkobar-kobar. Energi positif Dimas menular padaku sehingga aku ikut menjadi pribadi yang optimis.Tidak cukup sampai di sana. Dimas juga yang mencarikan tempat tinggal di New York. Jadi bagaimana Papa tidak akan simpati padanya? Papa memercayakanku sepenuhnya pada Dimas. Kata Papa lagi Dimas adalah laki-laki baik dan bertanggung jawab. Berbeda dengan … Jevin.Aku ingin membantah kata-kata Papa dengan mengatakan bahwa Jevin bukannya tidak bertanggung jawab, tapi Papalah yang tidak menyetujui hubungan kami. Tapi karena tidak ingin menambah luka di atas luka yang belum sembuh maka aku pun memilih diam dan memilih menyimpan semua pembelaan itu di dalam hati.Ngomong-ngomong soal Jevin sudah sangat lama aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Kamu

    ZELINEWelcome to New York, the city that never sleeps.Finally, aku menginjakkan kaki di negara Paman Sam for the first time. Dimas sudah menunggu saat aku tiba di John F Kennedy airport.Dia melempar senyum dari jauh saat melihatku mendekat ke arahnya.“How was your flight?” tanyanya setelah kami berdiri tepat berhadapan.“It was awesome.” Walaupun sangat melelahkan namun penerbangan sehari penuh itu begitu seru. Aku mendapat banyak pengalaman dan kenangan yang tidak akan terlupakan.Dimas memindaiku dari puncak kepala hingga ujung kaki. Dia memeriksa setiap detail tubuhku. Memegang tanganku, membalikkan sling bag yang tersampir di pundak sampai memutar tubuhku yang membuatku kebingungan.“Kenapa, Dim?” tanyaku heran.“Syukurlah nggak ada yang kurang,” jawabnya dengan embusan nafas lega. “Jadi nanti aku bisa tenang ngelapor sama Om.”Aku tertawa lalu mencubit lengannya saat menyadari apa yang Dimas maksud. Dia juga tertawa.“Mau jalan-jalan dulu atau langsung pulang?” tanyanya sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Solusi Yang Ditawarkan Javas

    JEVINJavas tampak sangat syok setelah mendengar pengakuanku. Setelah lama bertahan memendamnya di dalam hati aku memutuskan untuk mengungkapkan pada Javas. Semoga saja Javas mengerti. Bukankah dia juga pernah berpisah dengan Zoia? Oleh karena itu aku yakin sedikit banyak Javas akan memahami perasaanku.“Jadi Zeline yang bikin lo sakit? Jadi dia yang nggak berhenti lo pikirin?” Javas mulai dengan interogasinya.“Nggak ada hal lain yang bisa gue pikirin selain dia, Jav,” jawabku sedih. Seharusnya ini nggak boleh terjadi. Aku sudah melepaskan Zeline baik-baik dan mencoba untuk merelakannya dengan orang lain. Tapi ternyata aku tidak benar-benar sanggup. Kehilangan Zeline merupakan pukulan paling telak dalam hidupku.“Tapi lo nggak bisa kayak gini terus-terusan, Jev. Lo sama Zeline tuh nggak jodoh. Jodoh nggak bisa dipaksa, Jev,” kata Javas menasehatiku.“Gue tahu itu. Tapi gue tetap nggak bisa ngelupain dia,” erangku bertambah sedih.“Udahlah, Jev, lo nggak usah ngerasa bersalah kayak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status