Share

The Next Jerk

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 18:31:41

Zola terbangun dengan kepala berat dan badan yang terasa remuk.

Matanya kemudian mulai mengedar, mencari tahu di mana keberadaannya saat ini. Sebelum ia menemukan jawabannya, pemandangan yang tertangkap oleh lensa matanya memberinya kesadaran dan membuatnya terkejut setengah mati.

Ada orang lain di sebelahnya. Dan kejutannya yang membuat Zola syok adalah karena Zola dan laki-laki itu sama-sama berada dalam keadaan tanpa busana. Selama hitungan menit yang mampu Zola lakukan adalah memerhatikan dengan tubuh beku rajahan simbol-simbol aneh yang berada di pinggang hingga perut laki-laki itu.

Apa yang mereka lakukan semalam? Dan kenapa segampang itu Zola memberikannya pada Zach? Padahal Zach akan pergi jauh dan entah kapan akan kembali.

Zola ingin berteriak menyesali kebodohannya. Namun yang keluar dari mulutnya adalah tangisan pilu. Segala bayangan buruk mulai berdatangan menghampiri Zola. Membuatnya ketakutan setengah mati.

Bagaimana jika dirinya hamil sedang Zach sudah pergi jauh dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Terluka Dalam

    Untuk apa Khanza datang ke sini? Zach merasa tidak ada janji apa pun dengan gadis itu.Zach kemudian memandang ke sekitarnya. Ada sneakers Zola yang berada di lantai. Khanza bisa curiga jika melihat sepatu milik Zola tersebut. Tanpa pikir panjang mengambil sneakers berwarna putih itu lalu membawanya ke kamar.“Siapa yang datang, Zach?” Zola sudah mengenakan pakaiannya.“Khanza.” Zach menjawab sambil meletakkan sepatu Zola.“Kak Aca?” ulang Zola terkejut. “Kak Aca ngapain ke sini? Ada Mbak Zoi juga?” “Nggak ada Mbak Zoi. Aku juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba datang. Kamu tunggu di sini ya, jangan ke luar.” Zach berbisik pelan.Zola mengangguk patuh. Bunuh diri namanya jika ia keluar dan menampakkan wujudnya pada Khanza.“Aku temui dia dulu.” Zach membelai kepala Zola sebelum keluar dari kamar.Kembali ke depan, Zach membukakan pintu untuk Khanza yang sudah menanti sejak tadi.“Hai, Ca.” Zach menyapa seadanya.Khanza tersenyum kikuk. Mendadak terserang gugup. Berdetik-detik ia han

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Pesan Terakhir

    Zach kembali ke kamar dua menit setelah Khanza pergi dari apartemennya. Zach mengingat-ingat lagi apa ada kata-katanya yang salah dan terkesan kasar saat berbicara dengan Khanza tadi dan memberikan penolakan.Seingat Zach tadi ia sudah berkata sehalus mungkin. Zach menolak tanpa membuat Khanza tersinggung. Hingga detik ini Zach masih sulit memercayai jika Khanza menaruh hati padanya. Namun yang membuatnya salut adalah kepiawaian gadis itu merahasiakan perasaannya. Atau Zach yang tidak peka sejak dulu?“Zach, Kak Aca udah pergi?" Zola langsung mengejar dengan pertanyaan saat Zach tiba di kamar.“Udah.” Zach menjawab singkat lalu duduk di dekat Zola. Diciumnya pipi gadis itu bolak-balik, seakan ingin mengganti waktu mereka yang hilang saat Khanza datang tadi.“Tapi Kak Aca nggak tahu aku ada di sini kan?” tanya Zola lagi. Hal itulah yang dicemaskannya sejak tadi.Ekspresi panik Zola membuat Zach menahan senyum. Besok, lusa dan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Dia itu Bajingan

    Zola berkaca di cermin wastafel. Lalu pemandangan di hadapannya memperlihatkan seorang gadis dengan rautnya yang sedih. Sepasang matanya yang indah tampak merah dan sembab akibat kebanyakan menangis.Pesawat yang membawa Zach sudah take off sejak sepuluh menit yang lalu. Kini tinggallah Zola sendiri bersama sepi.Zola tidak menyangka jika kepergian Zach akan membuatnya sesedih ini. Meski Zach sudah meyakinkannya bahwa mereka akan selalu keep in touch, tapi tentu saja kondisinya berbeda.Memejamkan mata, Zola mengambil napas sedalam mungkin. Ia mencoba menetralisir perasaannya. Tadi ia sudah berjanji pada Zach bahwa tangisnya hanya sampai di bandara. Ia tidak akan membawanya pulang ke rumah. Tapi ternyata sesulit itu untuk menahan perasaannya.“Ehem …” Suara dehaman seseorang tiba-tiba mengusik. Suara itu terdengar jelas dan nyata, memaksa Zola untuk membuka matanya. Detik itu juga Zola melihat seseorang di sebelahnya. Venna!Tadi Zola memang sempat melihat Venna bersama Javas. Tapi i

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Pecahkan Saja Gelasnya Biar Ramai

    Zola memalingkan wajah saat Javas menatapnya dengan begitu lekat, seakan saat ini lelaki itu sedang menyelidiki Zola. Zola khawatir jika Javas akan mengetahui jika selama di Jakarta Zola menginap di apartemen kekasihnya, bukan di rumah kakaknya.“Boleh Mas tanya sesuatu?” tanya Javas mengawali percakapan setelah puas memindai wajah adik iparnya.“Boleh, Mas Javas.” Zola menjawab pelan sembari pikirannya mulai mereka apa yang akan dibicarakan lelaki yang pernah dicintai oleh kakaknya itu.“Kamu ke sini ngapain?” Pertanyaan Javas membuat Zola mengerutkan dahi. Mengetahui pertanyaannya berpotensi menimbulkan ambigu, buru-buru lelaki itu memperjelas. “Mas maksud tadi kamu ke bandara cuma buat mengantar Zach?”“Sekalian, Mas. Aku juga mau balik ke Semarang. Pesawatku dua jam lagi.”“Nyampe di Jakarta kapan?”“Kemarin, Mas.”“Kenapa cuma sehari di sini?” tanya Javas lagi dengan keheranan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bertemu Kamu

    Hitungan menit lamanya Zoia dan Khanza membungkam suara. Pengakuan sahabatnya itu membuat Zoia syok. Zoia tidak menyangka jika ternyata Zach benar-benar tertarik pada Zola.Iya sih, dulu Zoia sempat mencium gelagat Zach melakukan pendekatan pada Zola. Tapi setelah Zola pulang ke Semarang Zoia tidak pernah mendengar kelanjutan hubungan mereka. Baik dari mulut Zola ataupun Zach sendiri yang jaraknya lebih dekat dengan Zoia. Lagi pula kata Zeline anak tengah dari keluarga mereka tersebut sudah memiliki kekasih di sana.Sekarang Zoia dilingkupi dilema. Realita ini menempatkannya pada posisi yang tidak menguntungkan. Di satu sisi ia menghargai hubungan Zola dengan Zach. Namun di sisi lain Khanza adalah sahabatnya. Ia mengerti bagaimana perasaan Khanza. Bagi Zoia keadaan saat ini jauh lebih sulit daripada di saat ia memutuskan untuk berpisah dengan Javas dulu.Zoia tidak enak hati pada Khanza yang jelas-jelas menyukai Zach. Jika Khanza bukan sahabatnya dan mereka tidak tinggal serumah maka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Melepas Rindu

    Javas tidak menghitung entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Tapi setelah melihat Zoia hari ini vibes-nya ternyata tidak berubah.Tatapan Javas masih terpaku di wajah Zoia, sedangkan mantan istrinya itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Javas.‘Mau kamu pake kemeja longgar kayak gitu kamu tetap seksi, Zoiang,’ bisik hati Javas mengomentari penampilan Zoia. Saat itu Zoia mengenakan kemeja putih besar yang dipadankan dengan jeans serta sneakers. Sekecil apa pun gerak-gerik perempuan itu tidak lepas dari pengamatan Javas. Mulai dari saat memasuki restoran, melangkah berdua dengan Zico menuju tempat duduk, sampai saat Zico menarikkan kursi untuk Zoia bagaikan seorang gentleman. Kata-kata Zola kala itu ada benarnya juga. Sebagai sesama lelaki Javas tidak butuh waktu lama untuk menyimpulkan bahwa Zico memang menyukai Zoia. Bahkan sejak awal Javas sudah berfirasat. Hanya saja Zoia selalu menampiknya.“Pak Javas …” Suara Kinar di sebelahnya menyadarkan Javas, membuatnya memalin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Everything Has Changed

    Dan kini setelah Kinar pergi tinggallah Javas dan Zoia berdua. Javas tidak tahu jika Kinar ada janji dengan temannya. Pasalnya Kinar tidak ada memberitahu sebelumnya jika memiliki janji dengan temannya itu. Satu-satunya yang ia ketahui adalah bahwa mereka datang ke restoran tersebut adalah untuk bertemu dengan mitra kerja Javas. Selama hitungan detik yang bisa dilakukan oleh mantan pasangan istri tersebut adalah saling berpandangan tanpa kata. Keduanya bagai dua orang asing yang tidak saling mengenal namun menyimpan perasaan di dalam hati masing-masing. Entah mengapa situasinya jadi secanggung itu. Padahal mereka tidaklah bermusuhan. Ingin mengatakan rindu tapi rasanya begitu terlarang.“Hai, Zoiang, apa kabar?” Javas mencairkan kebekuan. Satu-satunya yang melintas di benaknya untuk membuka percakapan saat ini adalah dengan mengajukan pertanyaan klise tersebut.“Baik, Jav,” jawab Zoia kaku. Seharusnya ia bisa bersikap biasa-biasa saja. Namun entah mengapa ia menjadi segugup ini berha

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mubazir

    “Bisa kebetulan gitu ya ketemu sama mantan,” celetuk Zico saat keduanya berjalan setelah keluar dari restoran.“Aku nggak tahu kalau dia ada di sana,” jawab Zoia sembari mengeluarkan ponsel dari Prada yang tersampir di bahunya. Ia bermaksud menelepon Zola untuk mengonfirmasi informasi yang diperolehnya dari Javas tadi.“Kalau tahu, gimana?”“Kalau tahu, hmm, ya nggak tahuuu,” jawab Zoia salah tingkah.Zico tertawa melihat sikap Zoia. Kalau Zoia tahu ada Javas di restoran tersebut ia yakin Zoia tetap akan memilih makan di sana.Setelah mengambil ponselnya Zoia langsung men-dial nomor seluler adiknya. Perlu menanti hitungan detik sampai akhirnya Zola menjawab panggilan darinya. “Ya, Mbak Zoi?” Suara Zola terdengar serak.“Kamu di mana?” “Di rumah.”“Di rumah siapa?”“Ya di rumah kitalah, mau di rumah yang mana lagi memangnya?”“Bukannya di rumah Zach?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status