Beranda / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Saatnya Memperjuangkan Cinta

Share

Saatnya Memperjuangkan Cinta

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 17:46:58

ZELINE

“Nggak mungkin, Zel. Mbak nggak ngizinin kamu.”

Itu jawaban yang kudengar dari Mbak Zoi saat aku menyampaikan rencana berangkat ke Semarang berdua dengan Jevin.

“Tapi aku udah iyain, Mbak. Dia juga udah beliin tiket pesawat.”

Pada awalnya mati-matian kutolak ajakan Jevin. Tapi dia dengan segala effort-nya berhasil membuatku luluh.

“Gimana sih kamu?” kata Mbak Zoi menyayangkan sikapku. “Kamu lupa sikap denial Mama dan Papa sama Mas Jevin? Nggak ada kapoknya ya?!” Mbak Zoi marah padaku.

Aku sudah menceritakan tentang hubunganku yang telah selesai dengan Dimas pada Mbak Zoi dan Mas Javas. Awalnya mereka tidak terima dan menyalahkanku. Tapi ketika mendengar keteranganku dengan lebih detail keduanya tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Kamu nggak tahu apa-apa, Zel, banyak yang terjadi saat kamu pergi.”

“Maksud, Mbak?” Aku memperdalam tatapanku pada kakakku itu.

Mbak Zoi membuang napas berat sebelum mulai bercerita. Membuatku penasaran pada peristiwa apa saja yang terjadi selama aku t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ElsD
kasian javas, dulu ngurusin masalah adeknya skrg kakanya juga. poor anak tengah wkwk
goodnovel comment avatar
Debora Susana
lanjut........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   I Still Love You, No Matter What They Say

    ZELINESudah sejak tadi aku memandangi Jevin yang fokus menyetir. Berbagai pikiran berputar-putar di kepalaku yang semuanya bermuara pada satu nama. Jevin.Betulkah sampai saat ini Jevin masih mengalami amnesia?Benarkah hanya aku satu-satunya yang mengisi memorinya? Terlihat dari luar Jevin baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia mengalami sesuatu yang berat di dalam hidupnya. Jevin juga tidak terlihat mengalami depresi. Dia tampak normal dan sehat secara kejiwaan. Lalu aku teringat sesuatu. Yang namanya penyakit mental tidak bisa tertebak dari luar.“Jev ...” Aku memanggilnya pelan.“Ya?” Jevin menoleh padaku. Membagi atensinya sejenak dari jalan raya di hadapan kami.“Kamu ... baik-baik saja?” tanyaku hati-hati.“Dari konteks mana dulu?” Jawaban Jevin jauh di luar dugaanku. Tadinya aku pikir dia akan menjawab iya.“Dari konteks mana saja.”Jevin terdiam sesaat lantas memandang lurus pada jalanan di depannya. “Jadi kamu sudah tahu semuanya? Tentang—“ Jevin menjeda kata. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jevin Atau Papa

    ZELINEMama dan Papa ikut memandang pada mobil yang berlalu pergi. Kerutan dalam terlihat jelas di dahi mereka. Tapi kemudian perhatian keduanya teralihkan oleh celetukan Kaka yang polos seperti biasanya.“Oma, Opa, long tem no si Kaka linduuuu …”Mama langsung menyambut cucunya lalu memeluknya erat.“Oma sama Opa juga rindu sama Kaka. Udah lama banget Kaka nggak ke sini. Mama sama Papa mana? Kenapa nggak ikut?”“Papa sibuk, Mama kan ulus Bimbi, Oma.”Mama tersenyum sambil membelai kepala Bjorka, lalu anak itu pindah pada kakeknya.Setelah selesai giliran Bjorka giliran aku melepas rindu dengan Mama dan Papa.“Tadinya kalau kamu masih di Jakarta rencananya Mama sama Papa bakal nyusul kamu ke sana,” ucap Mama padaku. “Bener kan, Pa?” Mama melirik Papa meminta dukungan padanya.Papa mengangguk mengiakan lalu menatapku dengan sorot yang dalam ketika aku menunjukkan ijazah dan transkrip nilai sebagai bukti perjuanganku selama dua tahun ini.“Papa bangga sama kamu, Zel, kamu nggak pernah g

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Keputusan Berdua

    ZELINESedari kecil aku diajarkan untuk bersikap sopan kepada kedua orang tua dan mematuhi mereka apapun keadaannya. Aku tumbuh menjadi anak yang patuh dan hampir tidak pernah melawan mereka. Lalu ketika dihadapkan pada pilihan ini aku merasa bimbang.Papa adalah orang tua kandungku yang sangat aku hormati. Tidak terhitung lagi berapa banyak jasa dan pengorbanan Papa untukku. Sedangkan Jevin adalah cinta pertamaku. Jadi ketika dihadapkan pada pilihan untuk memilih salah satu di antara mereka tentu saja sulit buatku.“Jawab sekarang, Zel, tentukan pilihan kamu. Aku nggak meminta kamu untuk jadi anak yang durhaka pada orang tua. Tapi kalau bukan begini aku nggak punya cara lain. Kamu dengar sendiri mereka nggak menyetujui hubungan kita sekeras apapun kita berusaha meyakinkan,” kata Jevin mendesakku.Aku melihat Mama mengaitkan tangan ke lengan Papa dengan ekspresi yang semakin tegang. Sedangkan Papa masih dengan sorotnya yang khas, tenang dan berwibawa.Ini bukan pilihan. Aku sama-sama

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Nekat Ala Jevin

    JEVIN“Kita ke mana, Jev?” tanya Zeline padaku begitu kami meninggalkan rumah.“Ke kantor KUA,” jawabku lugas.“Jev, jangan main-main!” tegur Zeline penuh peringatan.Aku nggak main-main. Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku. Aku akan menikahi Zeline secara resmi tapi tentu bukan sekarang. Masih ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti dokumen pengantar ini itu dan segala macam, yang tentunya akan membutuhkan waktu.“Zel, kita ke puncak sekarang,” cetusku impulsif.“Ngapain?” tanya Zeline tak mengerti.“Nikah.” Aku tahu tempat yang kusebut merupakan tempat yang awam untuk menikah secara agama. “Kita nikah secara agama dulu, Zel, nanti setelah syarat-syarat lengkap baru kita nikah secara resmi,” jelasku lebih lengkap.Zeline ternganga, terkejut tak percaya pada ide gilaku.“Are you insane?”Aku memang nekat, tapi inilah satu-satunya jalan yang harus kutempuh sebelum Mami atau Papi kepikiran untuk menyewa orang untuk mencari kami lalu memisahkan aku dan Zeline.“Kita nggak banyak wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Sah Menjadi Milikmu

    JEVINAku dan Zeline tiba di puncak menjelang malam. Kami langsung ke villa milik temanku.Tomi, temanku si pemilik villa hanya geleng-geleng kepala saat melihatku tiba.“Lo bener-bener ya, Jev. Mau nikah kayak orang lagi kebelet.”Aku hanya tertawa walau benar adanya. “Gimana? Udah lo atur semua? Gue bisa nikah sekarang kan?”Tomi terkekeh geli. “Buru-buru amat, baru juga nyampe. Lo nggak mau minum atau istirahat dulu?”“Minum dan istirahat bisa nanti-nanti, yang penting nikah dulu,” kataku tidak sabar yang membuat Tomi kembali tertawa.“Jadi itu calon lo?” bisiknya memaksudkan Zeline yang berdiri di belakangku.“Yup. Namanya Zeline.” Aku mengenalkan sambil menarik tangan Zeline agar berdiri di sebelahku.Tomi terdiam tak berkedip menatap Zeline hitungan detik lamanya. Anjir juga nih orang.“Woi, jangan kelamaan ngeliatnya. Calon bini gue nih.”Tomi tertawa, sedang Zeline tersenyum sambil mengangguk sopan.Nggak pake lama, aku dan Zeline lalu bersiap-siap.“Aku pake baju apa ya, Jev

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   You're Such a Virgin Angel

    ZELINEJevin merengkuhku lalu mempertemukan bibir kami. Tubuhku gemetar. Bertahun-tahun berlalu sejak dia menyentuhku, tapi efeknya masih sedahsyat itu. Saking dahsyatnya aku jadi tidak bisa membalas ciumannya. Aku hanya bisa terpaku merasakan lidahnya menelusupi rongga mulutku yang basah.“Kenapa nggak dibalas?” tanyanya melepas pagutan bibir kami karena aku diam saja.“Aku agak nervous, Jev,” kataku jujur. Dan dia pun terkekeh.Sekarang hal yang aku syukuri adalah karena aku tidak pernah mengizinkan Dimas mencium bibirku. No french kiss. Skinship di antara kami hanya sebatas kecupan di pipi atau sebuah pelukan ringan.“Jadi gimana caranya biar kamu nggak nervous?” tanya Jevin lagi.Aku menggaruk leher belakang, bingung. Sejujurnya efek Jevin pada diriku tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Berdekatan dengannya apalagi dengan kondisi seintim ini membuat dengkulku lemas.“Aku lupa nanya, aku belum tahu selain kuliah, selama di NY kegiatan kamu apa saja?” Jevin merengkuhku l

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jangan Kena Gigi

    ZELINEIni adalah hari kedua aku menjadi istri Jevin. Kami masih berada di villa dan berencana kembali hari ini ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan Pak Ariq dan Mbak Niken. Padahal aku masih ingin lama-lama di sini menyegarkan otak yang masih kusut akibat kemelut dengan keluarga kami berdua. Aku belum tahu bagaimana ceritanya Pak Ariq berjodoh dengan Mbak Niken. Aku belum sempat menanyakannya pada Jevin. Kami terlalu asyik menikmati indahnya romansa pengantin baru.Pagi ini aku bangun lebih awal, sedangkan Jevin masih meringkuk di bawah selimut. Tadinya aku ingin membangunkannya. Tapi saat melihat gurat-gurat lelah di wajahnya aku jadi tidak tega. Dan aku tahu dia akan kecewa setelah mendengar kabar yang akan kusampaikan.Aku melihat Jevin sudah bangun saat aku keluar dari kamar mandi. Dia melempar senyumnya yang khas. Senyum yang selalu hadir di dalam mimpiku setiap kali aku merindukannya.“Kenapa mandi duluan? Kok nggak ngebangunin aku? Curang banget, pasti takut aku serang lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   He Said I'm a Bitch

    ZELINEKami benar-benar pulang ke Jakarta hari ini dengan status baru sebagai suami istri. Ya, walaupun cara kami menikah tidak selayaknya namun tidak mengurangi kadar kebahagiaanku satu persen pun.Keadaan membuatku harus menyingkirkan jauh-jauh impian menikah dengan konsep beach party dengan sapuan ombak dan sunset sebagai background-nya.“Jev, nanti kalo udah nyampe kita bakal stay di mana?” tanyaku pada Jevin yang sedang menyetir di sebelahku sambil bersiul mengikuti Eminem di audio yang menyala.Jevin memandang ke arahku, siulannya terhenti. “Di hotel lah, mau di mana lagi?”Ya, satu-satunya pilihan yang memungkinkan bagi kami untuk berlabuh adalah hotel. Kami nggak mungkin kembali ke rumah Mbak Zoi atau rumah orang tuanya Jevin.“Kenapa memangnya? Kamu mau kita menginap di mana?” tanya Jevin balik setelah aku diam.“Terserah kamu. Aku cuma nanya. Kamu nggak berniat buat ngasih tahu tentang pernikahan kita sama Mami dan Papi?”“Mereka pasti sudah tahu dari Javas,” ucap Jevin yak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status