Home / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Mencarimu Ke Mana-mana

Share

Mencarimu Ke Mana-mana

last update Last Updated: 2024-04-27 19:18:35

ZACH

Aku bertahan di tempat walaupun Javas sudah berkali-kali membentak, mengata-ngatai dengan kata-kata kasar demi mengusirku pergi. Aku nggak akan angkat kaki sebelum berhasil menemui Zola.

“Apa lagi yang lo tunggu bangsat? Mau gue panggilin satpam komplek? Atau lo mau gue yang nyeret lo langsung?”

“Izinin gue masuk sebentar dan ketemu sama Zola, gue janji nggak bakal lama. Lima menit aja please …” Aku memohon-mohon tanpa malu pada Javas seperti gembel yang mendatangi rumah penduduk agar diberi makan.

“Lo budeg ya? Nggak dengar apa udah dari tadi gue bilang Zola nggak ada di sini?”

“Jadi dia di mana kalo bukan di sini? Dia sendiri yang bilang ke gue bakalan kerja di kantor Zoia,” kataku tidak percaya. Jika dugaanku benar, aku yakin seratus persen Zola pasti tinggal di sini. Zola nggak mungkin ngekost atau tinggal di tempat lain. Zoia nggak akan kasih izin.

“Makanya jadi orang jangan sotoy. Zola nggak kerja di kantor Zoia apalagi tinggal di sini.”

“Jadi dia di mana, Jav? Di Semarang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Zola jng keras dong kasian Zach
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Tolong Berhenti Sampai Di Sini

    ZACHBisa dikatakan aku hampir tidak pernah ke Semarang. Ya, pernah sih tapi itu saat aku kecil dulu. Jadi bisa dipastikan aku nyaris buta tentang apa pun yang berhubungan dengan kota itu. Dulu satu-satunya yang menarik di Jawa Tengah bagiku adalah Dieng dengan pemandangan milky way-nya. Aku pernah berjanji akan mengajak Zola ke sana suatu saat nanti. Tapi entah akan terwujud atau tidak karena nyatanya hampir dipastikan aku sudah kehilangan Zola.Dengan bermodalkan alamat orang tuanya yang pernah diberikan Zola, aku nekat terbang sendiri ke Semarang. Tanpa makan, tanpa istirahat.Selepas dari rumah Javas aku langsung ke bandara dan mendapat penerbangan siang ini. Aku tidak tahu apa sambutan Zola dan orang tuanya nanti jika melihatku muncul tiba-tiba. Yang penting aku datang dulu.Rumah Zola terletak tidak jauh dari Simpang Lima. Dan aku rasa supir taksi tidak akan kesulitan menemukannya.“Yang ini rumahnya, Mas.” Baru saja aku berpikir, supir yang membawaku berhenti tepat di depan

    Last Updated : 2024-04-27
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Curhat Sama Mami

    ZACHBadanku terasa mengawang-ngawang tidak menginjak tanah setelah keluar dari rumah orang tua Zola. Penolakan dan pengusiran secara halus oleh orang tua Zola sama sekali tidak membuatku tersinggung dan sakit hati. Yang kurasakan adalah perasaan sedih yang tidak terjabarkan dengan kata-kata. Hatiku patah sepatah-patahnya.Wow, baru kali ini ada perempuan yang mampu membuatku hancur. Zola namanya. Dia memang bukan yang pertama, tapi dia wanita pertama yang membuatku seluka ini.Cukup lama aku berdiri di depan pagar rumah orang tua Zola sambil berpikir apa yang akan aku lakukan berikutnya. Sempat melintas ide untuk mencari Zola ke Kaltara. Namun, setelah kupikir lagi menggunakan logika yang lebih jernih, hal tersebut adalah tindakan konyol yang mungkin akan sia-sia. Masalahnya, aku tidak punya pegangan apa-apa. Aku nggak punya alamat Zola yang akan kutuju. Itu sama saja halnya dengan orang buta yang mencoba berjalan tanpa tongkat.Pada akhi

    Last Updated : 2024-04-27
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Membujuk Zola & Sebuah Kejutan

    ZOLASejak kemunculan Zach yang terjadi secara tiba-tiba kemarin, mendadak aku jadi paranoid. Aku khawatir jika tiba-tiba Zach akan nekat datang ke sini di saat Mas Javas dan Mbak Zoia sedang tidak berada di rumah seperti sekarang. Aku merasa hidupku tidak lagi seaman sebelumnya.Tok … Tok … Tok …Jantungku menghentak kencang ketika mendengar ketukan di pintu kamar. Entah siapa lagi yang datang.Dengan gerakan pelan aku membawa langkah menuju pintu. Begitu terbuka bukan Mbak Zoi atau Mas Javas ataupun pembantu rumah ini yang kulihat, melainkan Tante Rosella.“Boleh Tante masuk?” tanyanya.“Silakan, Tante.” Aku menyingkap pintu lebih lebar dan menggeser posisi agar dia bisa lewat. Tante Rosella lalu masuk ke kamarku dan mengamati Fai yang tidur sejak tadi. Tidak sepatah kata pun terucap dari bibirnya begitu memandangi wajah anakku. Entah apa yang saat ini dipikirkan Tante Rosella mengenai cucunya.

    Last Updated : 2024-04-27
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Satu Permintaan Mami

    ZACHCassandra memelukku sangat erat seakan kami tidak pernah bertemu sekian tahun. Aku tidak membalas pelukannya, karena sejujurnya aku masih nge-blank, tidak hanya karena kedatangannya yang mendadak, tapi juga karena segenap pikiranku tertumpu pada Zola.Kalau bukan aku duluan yang mengurainya aku pastikan dia masih mendekap erat tubuhku.“Kenapa ke sini, Ra?” tanyaku padanya.“Kan kangen kamu.” Dia tersenyum lebar hingga menampakkan sedikit giginya.“Becanda mulu,” jawabku tak percaya. Tidak mungkin Cassandra merindukanku sedangkan kami bertemu tiap hari dan tinggal di bawah atap yang sama.Aku ingat sebelum aku pulang Cassandra juga mengatakan ingin pulang ke Indonesia tapi aku tidak bisa menunggunya untuk pulang bersama. Mungkin itulah sebabnya dia ada di sini sekarang.“Beneran! Sepi banget nggak ada kamu, bawaannya bengong nggak tahu mau ngapain.” Cassandra mencoba meyakinkanku. Senyum tipisku mengembang. Cassandra ini adalah tipe perempuan yang pandai menyenangkan hati ora

    Last Updated : 2024-04-28
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Itu Kamar Siapa?

    ZACHDari dulu aku memang tidak dekat dengan Mami. Tidak pernah ada interaksi fisik yang berlebihan dengannya. Mami terbilang jarang memelukku. Bukan seperti Javas yang tiap bertemu mendapat dekapan. Tapi lihatlah yang terjadi sekarang. Kejanggalannya tidak hanya pada pelukan Mami, tapi juga pada kata-katanya.Nggak perlu dilarang pun aku nggak akan cari pengganti Zola. Tapi kenapa sepertinya Mami sangat peduli? Mami tidak pernah mau tahu siapa mantan-mantanku sebelumnya alih-alih akan berekspektasi lebih.Ya, aku tahu jawabannya. Mami bersikap begini pasti karena hubungan kekerabatan Zola dengan Zoia. Itu satu-satunya alasan paling masuk akal yang kutemukan.Mami merenggangkan pelukannya, dan di saat itulah aku melepaskan diri dari dekapannya.“Sampai kapan aku harus nunggu Zola, Mi? Sedangkan aku nggak tahu Zola ada di mana sekarang. Dia juga udah nggak mau lagi sama aku.”Mami tidak mampu menjawab pertanyaanku. Hanya tatapannya yang masih berlabuh di wajahku.“Apa Mami tahu alamat

    Last Updated : 2024-04-28
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Akhir Pencarian

    ZACHSi Bibi ikut mengarahkan matanya searah tatapanku. Mulutnya setengah terbuka, tapi tidak sepatah kata pun terlontar dari sana.“Bi, itu kamar siapa?” Aku mengulangi pertanyaanku yang belum terjawab.“Oh yang itu ya, Mas Zach?”“Iya, Bi, yang itu.”“Itu kamar Bjorka, Mas.”Ternyata dugaanku tidak meleset. Hanya saja sedikit janggal, kenapa kamar Bjorka berada di belakang? Menurutku kamar tersebut lebih cocok disebut sebagai kamar pembantu sebagaimana umumnya. “Tapi kenapa letaknya di belakang, Bi?” Aku menyuarakan keherananku.“Hmm …” Bibi menggaruk-garuk kepalanya. “Kamar Bjorka ada dua, Mas. Yang ini hanya cadangan. Tapi yang sering dipakai yang di depan, yang di sebelah kamar Mas Javas.” Bibi tersenyum menerangkan padaku.Aku memandang ke arah kamar tersebut begitu lama sedangkan Bibi masih berdiri di dekatku sampai akhirnya terdengar suara seperti gelegar petir.“Zach! Lo ngapain ke sini?”Pandanganku beralih pada Javas yang baru saja muncul disusul Zoia di belakangnya sambil

    Last Updated : 2024-04-28
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Pamitan

    ZACHAku tidak bisa mencegah ketika Khanza keluar dari mobil. Mau dipanggil juga percuma. Akhirnya aku pergi meninggalkan kantor Zoia dan kembali ke rumah. Mami keheranan karena aku pergi hanya sebentar. Setahunya mana pernah ada kata sebentar kalau aku sudah main ke luar.“Kenapa udah pulang aja? Nggak jadi jalan?” tanyanya setelah aku keluar dari mobil.“Udah, Mi,” jawabku lesu lalu langsung masuk ke dalam rumah.Mami mengikutiku sampai ke kamar termasuk duduk di ranjang saat aku menghempaskan tubuh di sana.Aku berbaring membelakangi Mami sambil memeluk guling dan memejamkan mata.“Zach …” Mami mengusap punggungku lembut.Aku tidak menyahut dan mengatupkan mata lebih rapat.“Tadi itu kamu jalannya ke mana kalau Mami boleh tahu?” Mami masih bertanya meski tidak kuladeni.“Tolong tinggalin aku sendiri, Mi,” pintaku bukan bermaksud tidak sopan.“Kamu masih mencari Zola?”Pertanyaan Mami berikutnya membuat mataku terbuka tapi tubuhku tetap membelakangi Mami.“Tadinya iya, aku udah

    Last Updated : 2024-04-28
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Easy On Me

    ZACHIni adalah hari minggu, dan aku yakin Javas ada di rumah. Sebenarnya aku nggak punya kewajiban buat berpamitan pada Javas. Dia juga nggak akan peduli. Namun, entah mengapa aku ingin sekali pergi ke sana. Setidaknya aku bisa menggendong ponakanku yang lucu dan mencium pipi chubby-nya untuk terakhir kali.Aku nggak begitu suka dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak. Tapi Bjorka berbeda, terlepas dari dia adalah anak kakakku.Supir taksi berhenti tepat di depan rumah Javas. Seperti dugaanku Javas ada di rumah. Itu terlihat dari mobilnya yang parkir tepat di halaman.“Ra, kami tunggu di sini ya, aku mau pamitan sebentar,” kataku pada Cassandra. Terlalu beresiko jika dia juga ikut turun. Javas yang memang sudah sentimen akan semakin meradang jika melihatku bersama perempuan lain.“Oke.” Cassandra menyahut singkat. Syukurlah dia tidak meminta turun dan ikut berpamitan dengan Javas.Ada perasaan sedih yang diam-diam merayap saat aku menginjakkan kaki di rumah kakakku itu.

    Last Updated : 2024-04-28

Latest chapter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status