Beranda / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Kejutan Di Pengadilan

Share

Kejutan Di Pengadilan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-13 22:50:56

Zola keluar dari kamar sambil membawa ponsel di genggamannya. Tadi Zola mendengar bahwa Zoia ingin meminta nomor telepon seluler Zach, tapi untuk apa Zoia memintanya?

“La, Mas Javas mau nelfon Zach, Mbak minta nomernya ya,” kata Zoia setelah Zola berada di dekatnya.

Zola mengangguk pelan kemudian menyebutkan beberapa digit angka yang merupakan nomor telepon kekasihnya.

“Sini ponsel kamu, Jav.”

Javas memberikan dan membiarkan Zoia menyimpan nomor Zach di sana.

“Nih, Jav, coba deh kamu telfon dulu.” Zoia mengembalikan ponsel Javas.

Men-dial nomor tersebut, Javas menempelkan ponsel di telinganya.

Zoia dan Zola sama-sama hening. Mereka menunggu sampai terhubung dan Javas berbicara dengan Zach.

“Nggak nyambung,” kata Javas sembari menjauhkan ponsel dari telinga lalu melihat layar.

“Emang nggak nyambung, Mas.”

Javas dan Zoia serentak memandang pada Zola.

“Udah satu minggu ini Zach nggak bisa dihubungi.” Zola menambahkan keterangannya.

“Kok nggak bisa? Udah bener kan itu nomernya?”

“Udah, M
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Entah Siapa Yang Tidak Tahu Malu

    Pertanyaan Zoia menggantung begitu saja karena persidangan akan dimulai. Zoia menyimpan di kepalanya dan berharap segera mendapat jawaban setelah sidang selesai nanti.Javas akhirnya mengizinkan Zoia menyaksikan sidang tersebut karena kepalang tanggung Zoia sudah berada di sana.Suasana di ruang sidang sempat ricuh karena orang tua korban mengamuk tidak terima anaknya meninggal. Mereka meminta Javas dihukum seberat mungkin dan izin perusahaannya dicabut. Javas memahami emosi dan perasaan orang tersebut. Tapi menurutnya terlalu berlebihan. Javas bukanlah melakukan pembunuhan berencana yang jauh lebih kejam. Lagi pula perusahaannya hanyalah distributor, bukan produsen.Sesekali Javas menoleh ke belakang, melempar pandang pada Zoia. Di saat yang sama Zoia juga menatapnya sambil menebar senyum. Meskipun awalnya Javas keberatan Zoia ada di sana, tapi jujur saja kehadiran Zoia memberinya energi baru. Kehadiran Zoia membantu meredam emosi dan amarahnya. Zoia bagaikan oase di padang pasir yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mobil Aku Cuma Pernah Parkir Di Garasi Kamu

    Sudah sejak tadi Zoia bersabar menghadapi Venna. Tapi semakin ke sini Venna semakin ke sana. Ingin rasanya Zoia menjepit bibir perempuan itu dengan penjepit gorengan agar bibir tipisnya itu tidak lagi berkicau sembarangan.“Bapaknya nggak kabur. Sebentar lagi Bapaknya pasti datang.”Venna mendengkus. Bola matanya berotasi mendeteksi keberadaan Javas di sekitarnya. Tapi lensa matanya gagal menangkap sosok lelaki itu.“Well, Zoia, aku hanya ingin memberitahu satu hal.”Zoia memasang telinganya, ingin tahu hal sepenting apa yang akan disampaikan Venna padanya.“Aku dan Javas belum putus. Status kami masih berpacaran.”“Terus?” timpal Zoia ringan.Reaksi yang ditunjukkan Zoia di luar dugaan Venna. Tadinya ia pikir Zoia akan terbakar emosi dan menghujaninya dengan kata-kata tajam. Tapi Venna tidak patah arang. Ia terus berusaha menekan Zoia.“Aku nggak ada maksud apa-apa bilang ini sama kamu. Aku cuma kasihan kalau ternyata kamu jadi baper sendiri oleh perlakuan Javas. Fyi ya bumil cantik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Semua Orang Akan Berubah Pada Waktunya

    “Kok malah semua baju Mbak kamu bawa ke sini?” Zoia menatap Zola penuh tanda tanya saat gadis itu membawa banyak pakaiannya.“Nggak semua sih, Mbak.”“lya, emang nggak semua, tapi nggak perlu sampe satu tas gede gini juga,” kata Zoia lagi sambil memandang ke arah travel bag besar yang dibawa Zola. Zoia hanya butuh satu pasang pakaian ganti serta pakaian dalam, tapi Zola malah membawa satu koper besar. “Ini Mas Javas yang nyuruh, makanya aku bawa sekoper gini.” Zola menyampaikan alasannya sambil menyatukan pandangannya searah Zoia.“Ada-ada aja. Sekarang Mas Javas-nya mana?”“Kayaknya lagi di luar.”“Coba deh kamu panggilin dulu.”“Bentar, Mbak.”Zola keluar dari kamar Javas yang ditempati Zoia kemudian mencari Javas. Zola menemukan Javas sedang merokok di beranda.“Mas Javas, dipanggil Mbak Zoi, katanya tolong ke kamar sebentar.” Zola menyampaikan sesuai dengan yang dikatakan Zoia padanya tadi.Dengan sigap Javas berdiri dan membuang rokoknya kemudian berlalu masuk ke dalam rumah.“K

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Kamu Udah Pernah Diapain Aja?

    "Jadi begini, Jav? Kamu perlakukan aku seperti musuh dan membuang aku gitu aja,” oceh Venna yang merasa tidak terima atas perlakuan Javas padanya.Javas diam memandangi Venna yang berdiri di hadapannya. Jika dulu Venna sangat dikaguminya, kenapa ya sekarang Javas merasa mual melihat perempuan itu mencak-mencak?Javas kini berpikir bagaimana bisa dulu ia sangat menggilai perempuan itu? “Jadi mau kamu apa, Ven?” Javas tidak habis pikir entah apa lagi yang diinginkan Venna. Sudah bagus Javas masih meladeninya dengan baik-baik. Masih untung tidak ada kata-kata kasar yang terlontar dari bibirnya.“Aku nggak mau aneh-aneh. Aku cuma mau hubungan kita membaik seperti dulu. Walau udah putus tapi bukan berarti harus musuhan kan?” ucap Venna dengan bijak.“Aku nggak memusuhi kamu, Ven. Aku nggak menganggap kamu sebagai lawan,” kata Javas membalas perkataan Venna.“Tapi nyatanya aku dikacangin mulu. Telfon aku nggak dijawab, chat aku juga nggak dibalas. Apa itu yang namanya hubungan kita tetap b

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Akankah Mereka Saling Menyembuhkan?

    Zola menyipit, menatap perempuan di hadapannya dengan lebih lekat. Ia sangat mengerti maksud perkataan Venna. Tapi ia tidak tahu kenapa Venna berkata begitu padanya.“Apa pun yang aku lakuin sama Zach itu bukan urusan Mbak Venna. Aku nggak perlu mengumbarnya pada siapa pun.”Venna mengembangkan senyumnya. Sampai saat ini perpisahannya dengan Zach yang terjadi tidak secara baik-baik membuatnya sakit hati. Venna tidak rela ada yang menggantikannya apalagi jika masih berasal dan berhubungan dengan Zoia.Venna memang mencintai Javas, tapi ia juga belum rela melepas Zach. Ia masih menyimpan rasa untuk laki-laki itu.“Ya, memang bukan urusan aku. Tapi, aku hanya ingin mengingatkan jangan sampai kamu menyesal,” ucap Venna lagi seakan jika Zola terus bersama Zach maka sesuatu yang buruk akan terjadi.“Kenapa aku harus menyesal?” Zola ingin tahu alasan di balik pernyataan Venna itu.Alih-alih akan menjawab, Venna malah tersenyum penuh misteri yang membuat Zola semakin penasaran. Venna bersikap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Anak Kita Mirip Miyabi

    Zico berhasil membawa Khanza ke rumah Javas.Tadi saat di apartemen mereka bicara dari hati ke hati. Khanza mengungkapkan segala perasaannya bahwa hingga detik ini ia masih sangat mencintai Zach meski sudah mencoba memupusnya pelan-pelan. “Gue ngerti banget perasaan lo, Ca, emang nggak mudah ngelupain orang yang sangat kita cintai. Tapi sikap lo ini juga nggak bisa dibenerin. Zola nggak salah apa-apa. Lo nggak seharusnya menghindar atau ngejauhin dia. Justru kalo lo menganggap dia kayak musuh yang harus dijauhi semua bakal jadi lebih sulit. Percaya deh sama gue, semakin dihindari perasaan itu bakal bikin lo tambah tersiksa.”Seperti yang Zico lakukan selama ini, ia tidak berusaha menghindari atau menjauh dari Zoia walau sampai saat ini perasaannya pada Zoia tidak berubah. Zico menyayangi Zoia dan selalu ingin melindunginya. Namun rasa cintanya yang besar tidak membuatnya memaksakan diri agar Zoia juga membalas perasaannya. Definisi cinta yang sesungguhnya menurut pria itu adalah ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Namanya Juga Laki-Laki Normal

    “Zoiang, kalo kamu lagi hamil begini spooning-an enak kali ya?”Zoia langsung mendelik mendengar celetukan nakal Javas. Setelah membahas nama untuk anak mereka nanti dan bicara tentang masa depan, keduanya ngobrol ngalur ngidul yang tidak ada hubungannya.“Aku serius, kok malah ngeliat aku kayak lagi nyuri cemilan kamu?” ujar Javas saat Zoia melebarkan mata padanya.“Tapi yang ini lebih parah dari nyuri cemilan,” jawab Zoia galak. “Kamu tuh kapan sih bisa berhenti mikir gituan?”“Nggak bisa, Zoiang, otak aku udah terprogram buat ngebayangin yang indah-indah,” jawab Javas sambil tersenyum jahil yang berbuah cubitan di lengannya."Ih, indah-indah!" Kedua bola mata Zoia berotasi.Lelaki bernama Javas Mahanta itu tertawa kecil. “Makanya kita nikah aja yuk?”“Nggak bisa, Jav, kamu kan ngerti aku nggak bisa ngapa-ngapain. Ini aja udah syukur aku masih bisa jalan dan duduk di luar kayak gini.”“Ya maksudku nanti kalo anak kita udah lahir. Mau ya?” Javas terus membujuk sambil menggenggam tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Welcome To The World, Bjorka, Calon Hacker Hati Wanita

    Malam semakin menua. Suara-suara tidak lagi terdengar. Seluruh penghuni rumah sudah lelap dalam tidurnya. Hanya Zoia satu-satunya makhluk bernyawa di rumah itu yang masih betah membuka mata. Bukan betah, tapi lebih tepatnya tidak bisa. Sedangkan di sebelahnya Zola sudah lelap sejak tadi.Zoia memiringkan badannya ke kiri. Mengacu pada saran dokter ia dianjurkan untuk lebih sering berbaring miring ke kiri. Maka Zoia pun melakukannya.Zoia mencoba untuk tidur dengan mengatupkan mata. Malam ini terasa berbeda dengan malam-malam lainnya. Perutnya begitu nyeri. Rasa pegal menggerayangi pinggang dan punggungnya. Baru beberapa detik matanya kembali terbuka saat merasakan sesuatu mengalir di area genitalnya. Zoia mengabaikannya. Ia sudah biasa melewati hari-hari dengan pendarahan. Hampir setiap hari ia memakai pembalut.Berusaha untuk melanjutkan niat untuk tidur, Zoia memejamkan mata. Dahinya berkerut dalam saat merasakan aliran di bagian kewanitaannya tidak berhenti mengalir. Ini adalah se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status