Beranda / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Kakak Ipar Yang Tampan

Share

Kakak Ipar Yang Tampan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-11 08:20:54

ZOLA

Setelah sepuluh hari tidak bertemu Mami melampiaskan kerinduannya pada Fai.

Pagi ini Mami yang mengurus Fai, mulai dari memandikan, memasangkan bajunya sampai memberi makan. Mungkin aku harus bersyukur banyak-banyak karena memiliki mertua yang baik seperti Mami. Juga karena saat menikah dengan anaknya Mami sudah berubah jauh lebih baik. Kalau saja Mami masih seperti dulu—saat pernikahan Mbak Zoi dan Mas Javas yang pertama, mungkin aku nggak akan betah tinggal di sini.

“La, coba deh kamu panggil Jevin ke kamarnya biar kita bisa sarapan bareng,” suruh Mami padaku.

Aku melaksanakan instruksi Mami dengan langsung pergi ke kamar kakak iparku itu. Kemarin malam setelah tiba di rumah, aku dan Mas Jevin tidak terlalu banyak berinteraksi. Mas Jevin mengobrol dan melepas rasa rindu dengan Mami dan Papi, sedangkan aku langsung masuk ke kamar lantaran Fai merengek ingin menelepon Papanya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Pintu kamar kuketuk. Hanya menunggu beberapa detik daun pintu terbuka bersama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
yeeeeyyyyyy ketemu deh....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Kalau Bisa Memilih Kenapa Harus Dipilih?

    ZOLA“Mbak, kok diem aja sih?” Zeline menggoyangkan tanganku agar segera menjawab pertanyaannya.“Apa nggak sebaiknya di rumah Mbak Zoi aja dulu, Zel?” Aku menjawab setelah menimbang-nimbang.“Duh, Mbak, kan udah aku bilang aku digangguin Bjorka mulu. Mana nakalnya minta ampun.”“Namanya juga anak-anak, ya kamu ngertiin lah.”“Udah, Mbak, tapi dia tuh beda banget sama Fai. Aku udah kunci pintu kamar malah dia ngetok-ngetok mulu. Beneran deh aku nggak nyaman di sana.”Aku nggak tahu apa ini alasan Zeline saja. Masalahnya dulu saat aku masih tinggal sama Mbak Zoi, Bjorka nggak banyak tingkah. Apa mungkin karena usianya semakin bertambah? Atau karena Zeline dilihatnya berbeda dari yang lain makanya Bjorka jadi suka mengganggu?“Ya udah nggak apa-apa kalau kamu mau di rumah Mbak. Tapi ada Mas Jevin sih.”“Terus kenapa kalau ada dia?”“Ya nggak apa-apa sih sebenernya. Tapi kemarin-kemarin kamu kan tidur di kamar dia.”“Kamar di sana kan banyak. Ntar aku bisa tidur di kamar tamu.”“Tapi kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Kejutan Untuk Zola

    ZOLAAku mengajak Zeline turun dari mobil setelah menasehatinya bermacam-macam. Aku harap Zeline memegang kata-katanya akan menjaga sikap dan tingkah laku di depan Mas Jevin.“Mamaaa!!!” Fai berteriak saat melihatku datang, kemudian bergerak-gerak gelisah dalam gendongan Mas Jevin.Fai mengayun langkah kecilnya mendekatiku setelah Mas Jevin menurunkannya.Aku menyambut Fai dengan pelukan. Lalu kukecup puncak kepalanya yang menguarkan aroma yang begitu wangi.Zeline juga mencuri kecupan di pipi Fai.“Sini yuk sama Aunty.”Aku memindahkan Fai dan membiarkan Zeline menggendongnya sendiri. Kami bersama-sama berjalan mendekati Mas Jevin. Aku bermaksud mengenalkan Zeline, tapi Mas Jevin sudah buru-buru pergi.“Kok dia kabur, Mbak?” tanya Zeline padaku.Aku mengangkat bahu. “Mbak juga nggak tahu.”Zeline mengendus-endus seperti anjing pelacak membaui mangsanya.“Mana parfumnya wangi pake banget,” ujarnya berkomentar. “Dia straight kan, Mbak?” Pertanyaannya mengejutkanku.“Kok nanyanya gitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Sluurp

    ZACHJevin menyetir pelan di sebelahku sedangkan aku duduk sambil merokok. Sudah sepertiga perjalanan tapi tak satu pun kata yang terlontar dari bibirnya.“Jev, lo nggak ngerokok?” Aku menyodorkan Parliament Night Blue-ku padanya.“Lo aja.” Jevin menolak.“Jadi ceritanya lo udah berhenti?” tanyaku sekalian meledeknya. Kenapa aku bilang meledek? Karena untuk berhenti merokok tidaklah segampang itu.“Sayang aja capek-capek nyari duit tapi ujung-ujungnya buat dibakar.”Tawaku lepas seketika mendengar jawaban Jevin. Sebagai seorang arkeolog bergaji hingga delapan ratus juta apalah artinya sebungkus Parliament yang harganya hanya 120k buat Jevin.Iya, Jevin memang seorang arkeolog. Di Indonesia pekerjaan tersebut kurang diminati, karena selain gajinya yang standar, biasanya seorang arkeolog akan dikirim ke tempat-tempat terpencil untuk menyelidiki sejarah di daerah tersebut. Tidak hanya satu atau dua bulan, biasanya arkeolog harus menetap tahunan di sebuah tempat hanya untuk menguak sejara

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   You’re My Drug, But I Overdosed

    ZOLAKapan terakhir aku mendapat kejutan? Sepanjang ingatan di kepala, kejutan paling besar yang pernah kuterima bukanlah hadiah di saat ulang tahun, melainkan pada saat mengetahui aku hamil tanpa menikah.Lalu setelahnya hidupku benar-benar begitu penuh dengan kejutan. Tanpa harus diberi pun hidupku sudah cukup mengejutkan. Namun, kejutan yang satu ini begitu manis. Aku baru saja berniat untuk menelepon Zach. Tapi tiba-tiba dia muncul bagaikan sulap di hadapanku. Dia sampai seniat itu bersembunyi di dalam walk in closet—hal yang satu kali pun tidak pernah terpikirkan olehku.Now i know, selain mesyum dia juga sweet.Aku baru akan mengambil handuk ketika Zach lebih dulu membekap bibirku dengan ciumannya. Ini bukan ciuman nafsu, tapi ungkapan kerinduan yang begitu dalam.Aku mendorong dadanya pelan sebagai isyarat untuk memisahkan bibir kami.“Kenapa, Sayang?” tanyanya heran. Dia masih ingin menciumku.“Rasa rokok. Tadi berapa batang sih ngerokoknya?” keluhku sambil mengibas-ngibaska

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Ada Yang Aneh

    ZOLAUsapan lembutku di kepala Zach terhenti begitu saja ketika mendengar kata-katanya.Aku mengerti dan sangat paham kalau itu adalah acara makan malam keluarga, tapi masalahnya aku nggak mungkin terang-terangan mengatakan pada Zeline bahwa dia nggak boleh ikut. Apalagi Zeline juga menginap di sini. Dia pasti akan curiga jika aku tiba-tiba menyuruhnya menginap di rumah Mbak Zoi.Aku mulai merasa ada yang aneh dengan Maminya Zach a.k.a mertuaku. Memangnya kenapa kalau Zeline ikut? Apa menurut Mami Zeline bukan keluarga? Apa kehadiran Zeline akan mengacaukan acara tersebut?Kenapa Mami terkesan nggak menyukai Zeline? Aku masih ingat ucapan Mami yang mengatakan bahwa ibu-ibu suka yang seperti Zeline. Lantas kenapa sikap dan perkataannya seperti bertolak belakang?“La ….” Zach menggoyangkan tanganku, yang membuatku terbangun dari ketermanguan panjang.“Buat aku nggak masalah, tapi boleh aku tahu kenapa Zeline nggak boleh ikut?”“Bukan nggak boleh, La, tapi Zeline kan belum menikah, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Pertanyaan Mengejutkan

    ZOLAAku menjitak kepala Zeline yang suka ngomong sembarangan.“Kalau mau ngomong tuh dipikirin dulu, jangan asal mangap.”“Aku serius lho, Mbak. Aku pengen tidur sama Pak Ariq aja.”“Kenapa sih kamu?” Lama-lama aku kesal juga sama Zeline yang suka bicara seenak perutnya. Dia persis seperti cewek gampangan yang suka mengobral tubuh.“Nggak kenapa-kenapa, lagi pengen aja. Dari pada nanti aku dan dia tidur berdua karena accident, lebih baik aku rencanain kan? Bukannya segala sesuatu yang direncanakan akan jauh lebih baik?” ucapnya sok bijak.“Kamu nggak usah aneh-aneh ya, Zel, Mbak nggak suka dengernya.”“Anehnya di mana coba? Lagian setelah aku pikirin lagi semua yang Mbak bilang tuh nggak salah. Pak Ariq tuh husband material banget. Sekarang tinggal aku yang harus pandai-pandai ngerayu dia. Iya nggak, Mbak?”Pagi ini Zeline membuatku geleng-geleng kepala. Mungkin otaknya geser.“Kita tuh perempuan, Zel. Dan sebagai perempuan kita harus pandai menjaga diri dan kehormatan. Jangan kamu y

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hangout Bertiga

    Zola“Zeline over time, jadi nggak bisa ikut dinner sama kita, Mas.” Mas Jevin terdiam sesaat seakan sedang meresapi makna kata-kataku. Lalu setelahnya dia kembali bertanya, “Zeline nggak tahu malam ini kita bakal dinner bareng?”Duh, aku bingung harus menjawab apa. Aku khawatir jika jawabanku akan membuatku Hangout Bertigaterjebak. Jadi lebih baik aku katakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.“Nggak tahu, Mas.”Mas Jevin mengangguk singkat kemudian berlalu tanpa kata, padahal masih banyak yang ingin kubicarakan dengannya. Aku ingin mengonfirmasi mengenai pemandangan yang kulihat kemarin karena aku yakin sepenuhnya pada apa yang kusaksikan. Aku nggak jalan sambil tidur. Apa yang kulihat itu nyata.“Kenapa lama, La?” tanya Mami saat melihatku muncul.“Tadi ke kamar mandi dulu, Mi.” Aku beralasan sambil meletakkan chicken popcorn di meja dan menyalin beberapa ke piring Fai.“Mumpung udah ngumpul semua kita langsung makan aja yuk.” Papi yang sudah lapar tidak sabar untuk memulai ac

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gampangan

    ZACH“Zach, lo yang nyetir, gue capek.”Javas memberi kunci mobilnya dan meminta padaku untuk menyetir, padahal aku lagi ingin nyantai. Sebagai adik yang baik aku menerimanya.Javas bermaksud duduk di belakang dan menyuruh Jevin mendampingiku di depan. Tapi Jevin lebih dulu membuka pintu belakang.“Lo aja yang di depan, Jav, biar gue di sini,” ujarnya.“Bisa kualat gue ntar. Lo aja deh yang di depan.”Jevin tertawa pelan. Tawa pertamanya yang kudengar hari ini.“Gue nggak apa-apa di sini. Lo temenin Zach di depan biar bisa direm dikit ngerokoknya.”Javas tertawa lalu mengolok-olokku. “Dia kan udah dari dulu hobi ngerokok atas bawah.”“Kayak lo aja yang nggak.”Kami berdua sama-sama tertawa. Tapi yang paling menggelegar adalah tawa Javas. Entah apa yang membuatnya jadi sebahagia itu. Saat melirik melalui spion tengah aku melihat Jevin hanya diam. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh gurauan kami. Aku menyalakan mesin mobil dan siap-siap untuk melaju. Refleksi Zola sedang menggendon

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status