Share

Good Bye, Zoiang

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-31 14:29:52

Sudah bisa ditebak bagaimana reaksi Javas dan Venna yang tidak menyangka akan kedatangan Zoia. Terutama Javas.

Belum sempat Javas berkata apa-apa, Venna sudah lebih dulu berbicara.

“Hai, Zoi, kebetulan banget kita ketemu di sini,” sapanya dengan senyum terbaik yang dimilikinya.

Detik itu juga Zoia menyesali keputusannya untuk datang ke kantor Javas jika ternyata pemandangan seperti inilah yang harus diterimanya. Zoia tidak tahu untuk apa dan sudah berapa lama Venna berada di kantor Javas. Yang ia tahu adalah bahwa keputusannya untuk berpisah dengan Javas merupakan keputusan paling tepat. Zoia tidak akan pernah menyesalinya.

Sungguh, entah kenapa Javas merasa kesialan selalu saja menimpanya. Javas tahu pasti Zoia akan menyalah artikan keberadaan Venna di kantornya. Terlebih karena perpisahan mereka dipicu oleh kesalahpahaman.

Javas menarik langkah mendekati Zoia yang berdiri mematung.

“Zoiang, ayo duduk dulu, aku nggak tahu kamu bakal ke sini,” kata Javas mencoba untuk bersikap biasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Fix gak baca lagi sih kalp kaya gini, gak jelas cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Ikhlas

    Tanpa perlu dipanggil dua kali Venna muncul dari arah dalam. Begitu matanya bertemu dengan wajah Javas, senyum merekah sempurna dari bibir perempuan itu.Javas yang pada awalnya terkejut menyembunyikan perasaan itu dan bersikap sewajarnya menyikapi Venna yang tahu-tahu berada di rumah orang tuanya.“Ayo, Ven, duduk sini!” Rosella melambaikan tangannya agar Venna bergabung bersamanya dan Javas.Dengan senang hati Venna menarik langkah mendekat kemudian menempatkan diri dengan duduk di sofa panjang yang sama dengan Javas.“Udah lama, Ven?” tanya Javas sekadar berbasa-basi. Ia tidak tahu bagaimana kronologinya Venna bisa berada di rumah orang tuanya dan kenapa bisa kenal.“Paling udah satu jam-an.” Venna menjawab setelah memandang pada jam tangannya.“Jav, kamu tahu nggak, ternyata Mami kenal sama mamanya Venna,” beritahu Rosella memberi informasi.“Oh ya? Kok bisa, Mi?” tanggap Javas.“Kamu ingat waktu seminggu yang lalu Mami ikut reuni?”Javas memang sempat mendengar hal tersebut dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Lelaki Yang Mencintai Zoia Sejak Lama

    “Hai, Co, sorry lama.” Zoia menebar senyum manis saat menemui Zico di ruang tamu.Sang pengacara melempar senyum padanya. “Nggak juga. Baru bangun tidur?” tanyanya menyaksikan bareface Zoia.“Bukan tidur sih, cuma rebahan.” Zoia menjawab sambil mengambil tempat, duduk di sebelah Zico di sofa panjang yang sama.Zico kemudian menatap Zoia begitu intens dan dalam, yang membuat Zoia sedikit merasa salah tingkah.“Kamu sehat, Zoi?”“Sehat, kenapa? Mukaku kayak orang lagi sakit ya?” tanya Zoia sambil menangkup pipinya.“Bukan kayak orang sakit, tapi aneh aja,” jawab Zico mengoreksi.Zoia jadi berpikir sendiri apa suasana hatinya begitu kentara hingga terefleksi ke dalam wajahnya?“Anehnya gimana, Co?” tanya Zoia ingin diperjelas.“Hm, gimana ya? Anehnya mungkin nggak seceria biasa. Tapi tetap cantik kok.” Zico tersenyum memuji Zoia yang membuat Zoia juga melengkungkan bibirnya.“Aku ke sini mau kasih ini.” Zico mengatakan maksud kedatangannya dengan mengambil map yang berada di atas meja l

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rasa Yang Tersimpan

    Perpisahan tidak hanya bisa terjadi karena ada orang ketiga, tapi juga karena adanya perbedaan visi dan misi sebagai pasangan. Itu adalah hal yang Zoia simpan di benaknya setelah tadi Zico mengucapkannya. Dan hal itu membuat Zoia merenung panjang. Zoia terkesiap ketika tangan Zico melambai-lambai di depannya. “Ngelamun, Zoi?”“Ah, ehm, ng, Co …” Zoia tergagap, tersadar dari renungan yang sudah cukup lama.“Kita udah nyampe,” beritahu Zico sambil mengulas senyum.Zoia memandang ke sekelilingnya. Ternyata saat ini mereka sudah berada di kawasan parkir sebuah pusat perbelanjaan.“Rara mana, Co?” Zoia menanyakannya ketika menolehkan kepala ke belakang dan tidak mendapati gadis kecil itu di sana.“Tuh, udah turun.” Zico menjawab sambil mengarahkan telunjuknya ke luar. Tampak sang putri sedang meloncat-loncat riang di sana, menandakan betapa bahagianya dia saat itu.Zoia juga tersenyum melihat kelakuan Rara. Dunia anak-anak memang indah. Andai saja bisa ingin rasanya Zoia kembali ke masa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mempertemukan Javas, Zach, Dan Venna

    Sudah berjam-jam Javas berada di rumah ibunya. Dan yang dilakukannya adalah mendengar cerita Rosella yang tidak ada habisnya. Mulai dari kegiatannya sehari-hari, promosi anak para temannya, sampai pada jenis tanaman hias terbaru yang membuat Javas bosan.“Mi, aku pulang ya,” pamit Javas setelah melirik TAG Heuer-nya. Waktu saat itu menunjukkan pukul lima tiga puluh sore.“Ngapain buru-buru? Betah amat sendiri di rumah,” larang Rosella menahan Javas agar tidak pergi.“Bukan begitu, Mi, tapi aku masih ngantuk, mau lanjutin tidur yang tadi,” jawab Javas mencari alasan lalu pura-pura menguap agar maminya itu percaya.“Kamu kan bisa tidur di sini. Kadang Mami tuh sedih. Bi Yuka selalu bersiin kamar kamu tiap hari tapi kamunya nggak ada. Percuma rumah ini besar dan kamarnya banyak tapi nggak ada penghuninya."“Kok kayaknya Mami nyalahin aku? Cuma aku yang dituntut tinggal di sini tapi anak kesayangan Mami nggak tuh.”“Anak kesayangan mana maksud kamu?” Rosella mendelik memandang Javas.“Ana

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Seperti Suami Istri

    Malam mulai meraja. Lampu-lampu sebagai penerangan di rumah besar itu sudah mulai dinyalakan.Sementara di kamarnya Javas masih pulas dalam tidur. Semalam Javas memang kurang istirahat sehingga melampiaskan segalanya saat ini.“Ven, Javas masih belum bangun?” tanya Rosella saat melihat Venna muncul dari kamar tamu yang ditempatinya. Venna baru saja selesai mandi.“Kayaknya belum deh, Tante.” Venna menjawab sambil memandang ke arah pintu kamar sang mantan yang tertutup rapat.“Kamu bangunin gih, Tante juga mau mandi dulu, nanti kita makan malam bersama.”“Baik, Tante.” Venna merekahkan senyum. Tentu dengan senang hati ia akan melakukannya.Rosella juga tersenyum. Diusapnya pundak Venna sekilas sebelum masuk ke kamarnya.Sepeninggal Rosella, Venna menarik langkah menuju kamar Javas. Diketuknya pintu dengan buku jarinya begitu perlahan sambil memanggil nama Javas.“Jaaaav! Kamu masih tidur?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Dia Sudah Bekas Gue

    Sama halnya dengan Zach, Javas dan Venna juga tidak tahu bahwa mereka akan bertemu di tempat yang sama. Wajah Venna sontak memucat melihat kedatangan Zach, tapi perempuan itu terlalu pandai menyembunyikannya.Javas yang duduk di sebelah Venna memerhatikan reaksinya. Javas tidak tahu kenapa Zach putus dengan Venna. Ia juga tidak bisa menebak bagaimana perasaan Venna pada Zach setelah mereka tidak lagi bersama. Tapi saat melihat tatapan Venna yang tidak lepas dari laki-laki itu saat keluar dari mobil, membuat Javas tahu bahwa Zach begitu berkesan bagi Venna.“Mantannya datang tuh.” Javas menyikut lengan Venna yang membuat perempuan itu buru-buru memalingkan muka dan beralih menatap Javas.“Apa sih?" balas Venna sewot. "Dia kok ada di sini?”Javas mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu kenapa Zach datang. “Mungkin Mami yang ngundang.”Venna kemudian tersenyum canggung. Semua ini jauh di luar prediksi. Setelah cukup lama berpisah akhirnya ia dan Zach bertemu lagi pada tempat, waktu, dan kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Lepas Perawan

    Zach memeriksa arloji di pergelangan tangannya untuk kesekian kali. Lima menit lagi, pikirnya.Sudah lebih dari setengah jam Zach berada di tempat itu. Di bandara lebih tepatnya.Sore itu Zach sedang menanti kedatangan Zola. Hari ini Zola berangkat dari Semarang ke Jakarta spesial untuk menemui Zach. Zola mengabarinya tadi pagi dan mengatakan akan berangkat agak sore karena tidak mendapat penerbangan pagi.Zach tersenyum sendiri membayangkan gadis itu akhirnya bersedia memenuhi permintaannya. Seharusnya Zach yang mengejar Zola ke Semarang, tapi tidak akan sempat karena besok sore ia juga harus terbang.Yang dinanti akhirnya tiba. Pesawat yang ditumpangi Zola mendarat dengan selamat. Zach melihat Zola dari kejauhan. Mereka berjalan saling menyongsong.Begitu bertemu berhadapan muka, keduanya saling memandang penuh kerinduan. Banyak kata yang ingin terucap. Namun yang tersampaikan adalah sapaan klise dari mulut masing-masing.“Hai …,” sapa Zach duluan.“Hai …” Zola membalas dengan nada

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   The Next Jerk

    Zola terbangun dengan kepala berat dan badan yang terasa remuk.Matanya kemudian mulai mengedar, mencari tahu di mana keberadaannya saat ini. Sebelum ia menemukan jawabannya, pemandangan yang tertangkap oleh lensa matanya memberinya kesadaran dan membuatnya terkejut setengah mati. Ada orang lain di sebelahnya. Dan kejutannya yang membuat Zola syok adalah karena Zola dan laki-laki itu sama-sama berada dalam keadaan tanpa busana. Selama hitungan menit yang mampu Zola lakukan adalah memerhatikan dengan tubuh beku rajahan simbol-simbol aneh yang berada di pinggang hingga perut laki-laki itu.Apa yang mereka lakukan semalam? Dan kenapa segampang itu Zola memberikannya pada Zach? Padahal Zach akan pergi jauh dan entah kapan akan kembali.Zola ingin berteriak menyesali kebodohannya. Namun yang keluar dari mulutnya adalah tangisan pilu. Segala bayangan buruk mulai berdatangan menghampiri Zola. Membuatnya ketakutan setengah mati. Bagaimana jika dirinya hamil sedang Zach sudah pergi jauh dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status