Akhirnya Fikar sampai di rumah Tisha, setelah ia berhasil membujuk Tisha untuk menjawab dimana alamat rumahnya, meskipun sebenarnya Fikar sudah tau dimana alamat rumah gadis itu.
"Sudah sampai." ucap Fikar memberitahu Tisha."Terima kasih Tuan," Tisha meraba-raba ingin melepaskan saefty belt-nya.Dengan cepat Fikar langsung membantunya membukakannya, tubuh Tisha menegang saat merasakan wajah Fikar sangat dekat dengan wajahnya, belum lagi harum nafasnya yang menerpa wajah Tisha."Sudah selesai." bisik Fikar di telinga Tisha.Tisha masih terdiam di posisinya, Fikar terkekeh melihat betapa tegangnya ekspresi dan tubuh Tisha. Fikar keluar dari mobil, lalu membuka pintu mobil untuk Tisha keluar.Dengan kikuk dan perlahan Tisha keluar. "sekali lagi terima kasih.""Sama-sama, aku permisi." pamit Fikar.Setelah Tisha mendengar suara mobil Fikar yang terasa menjauh, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya.Sekar yang sejak tadi memperhatikan mereka,Fikar dan Tisha kembali dalam waktu lebih dari satu jam, melanggar sesuai perintah Gavin pada mereka. Gavin sendiri sudah berdiri di depan rumah menyambut keduanya, melipat kedua tangan di dadanya, menatap tajam ke arah Fikar yang memasang wajah manisnya."Jam berapa ini?" tanya Gavin pada Fikar."Maafkan aku kak, aku membawa Tisha keluar lebih dari satu jam." ucap Fikar nyengir.Gavin malas sekali mendengar celotehan tak bermutu pria itu, ia segera menarik Tisha untuk masuk ke dalam rumah."Ah, sakit kak!" rintih Tisha karena Gavin menarik tangannya kasar.Gavin seakan tuli dengan rintihan sang adik, ia terus menariknya kasar hingga sampai ke dalam rumah. sebelum menutup pintu rumahnya, Gavin menatap Fikar yang juga menatapnya, tatapan mereka berdua benar-benar tidak bersahabat. setelahnya Gavin menutup pintu kuat seperti membanting."Dia cemburu?" gumam Fikar merasa aneh karena Gavin cemburu."Lucu sekali!" setelahnya ia terkekeh.Fikar pu
Happy reading!Gavin berdiri di depan gedung megah dan tinggi seperti pencakar langit, perusahaan yang bertuliskan D corperation. pria itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam untuk menepati janjinya kepada wanita yang di tolongnya waktu itu."Permisi, selamat siang mbak." sapa Gavin bertanya pada resepsionis."Iya mas selamat siang," sang resepsionis cantik berdandan menor itu memperhatikan penampilan Gavin dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.Gavin yang merasa di perhatikan juga melihat ke arah tubuhnya, resepsionis tersenyum kikuk menyadari jika Gavin memperhatikannya."Saya ingin bertemu dengan pemilik perusahaan ini?" "Sudah buat janji?" tanya sang resepsionis meyakinkan jika pria di depannya ini tidak bergurau.Gavin menggeleng seraya berkata. "belum." "Kalau begitu t
"Apa kau suka sayang?" tanya Gavin mesra berbisik di telinga Tisha."Ah, suka kak, enghh Gavin." ucap Tisha ke enakan, wanita itu mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam.Gairah Gavin sudah tak dapat terbendung lagi, begitu juga Tisha. dengan cekatan tangan Gavin melucuti semua pakaian yang melekat di tubuh adiknya.Kini terpampang nyata tubuh polos Tisha di hadapannya, siap untuk ia santap. Gavin membungkuk di atas tubuh Tisha, pria itu kembali melumat bibir manis yang telah menjadi candunya.Ciuman Gavin turun ke leher, dada, perut dan yang terakhir jatuh di bagian bawah tubuh Tisha. Gavin melebarkan kedua pada Tisha, terkagum melihat milik adiknya yang sangat indah."Tisha, aku harap kau tidak menyesal, aku tidak bisa menahannya lagi sayang." geram Gavin di tengah gairahnya.Kepala Gavin merunduk mengecup milik Tisha, ia lumat habis bibir bawahnya. di jilatinya dengan gerakan
Gavin mengelus lembut punggung telanjang Tisha yang sedang memunggunginya. sedangkan sebelah tangannya yang lain memeluk erat perut Tisha.Tisha yang membelakangi Gavin hanya diam, ada sedikit isakan yang keluar dari mulut wanita itu. dan bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya."Apa kau menyesal?" tanya Gavin yang merasa tak enak dengan sikap Tisha sekarang ini padanya.Tisha tidak menjawab pertanyaan kakaknya, membuat Gavin kesal dan membalikkan tubuhnya."Aku tanya padamu Tisha, apakah kau menyesal dengan apa yang sudah terjadi di antara kita berdua?" Gavin bertanya tepat di bola mata Tisha.Apalah daya wanita itu, ia hanyalah seorang gadis buta. tentu ia tak melihat raut wajah gusar Gavin yang menatapnya tajam."Eng--enggak kak, hanya saja....""Hanya saja apa?" tuntut Gavin tak sabaran."Aku, aku sedikit takut kak."
Happy reading! ❤️❤️❤️❤️❤️"Sayang, ayo bangun." ajak Gavin berbisik di telinga Tisha.Tisha menggeliatkan tubuhnya. "ini jam berapa kak?" tanyanya."Sudah jam 9 pagi, kamu lelap banget tidurnya." kekeh Gavin.Tisha perlahan bangun dari tidurnya, selimut yang menutupi tubuh polosnya melorot begitu saja. menyajikan bagian atas tubuhnya yang polos di hadapan Gavin, sekuat tenaga Gavin meneguk air liurnya sendiri. "Tisha, kau sengaja ya!" geram Gavin dengan suara serak menahan hasratnya."Sengaja apa kak?" tanya Tisha bingung."Ah tidak, cepatlah bangun sayang terus mandi." Gavin mengalihkan arah pembicaraan.Gavin membantu Tisha bangun, gemas melihat Tisha yang terlalu lambat. ia pun menggendong tubuh polos Tisha ke kamar mandi."Mandilah, kakak tunggu di luar ya sayang." Tisha mengangguk patuh.20 menit kemudian Tisha sudah siap mandinya, ia berjalan mencari sang kakak.Gavin yang mendengar suara tongkat sang ad
Happy reading! Seseorang menyentuh pundak Gavin lembut, Gavin menoleh ke arah orang tersebut."Ternyata benar ini kamu!" seruan suara wanita paruh baya yang menebak jika pria itu Gavin."Nyonya," Gavin berdiri mengulurkan tangannya ke arah wanita itu.Wanita itu menyambutnya, hal yang tak di duga adalah, Gavin mencium punggung tangan wanita itu. sedikit merasa tersentak dengan perlakuan manis Gavin padanya."Nyonya sedang apa disini?" tanya Gavin heran karena wanita paruh baya yang terlihat orang kaya tersebut berada di warung pinggir jalan seperti ini."Tante mau makan di sini, dan...." ucapan wanita itu terputus saat melihat wajah Tisha yang duduk di samping Gavin."Dia siapa?" tunjuk wanita itu ke arah Tisha."Ooohh, dia ini adikku nyonya." ucap Gavin memperkenalkan Tisha.Wanita paruh baya itu terus memperhatikan wajah Tisha, seakan ia pernah melihat wajah cantiknya. tapi dimana? pikirnya mencoba mengingat
Selamat membaca ==========Usai makan mereka bertiga berniat pulang ke rumah masing-masing, saat ini Gavin tengah menghidupkan mesin sepeda motornya. namun sayangnya sepeda motor tersebut tak mau menyala, Liana yang ternyata masih disana pun memperhatikan Gavin yang kesulitan dengan sepeda motornya."Kenapa dengan sepeda motor mu Gavin?" tanya Liana."Ah ini biasa nyonya, mogok gak mau hidup. maklum lah, namanya juga motor seken, motor setengah pakai bekas orang saya beli." akui Gavin jujur."Kenapa tidak beli sepeda motor yang baru saja?" tanya Liana merasa iba.Gavin terkekeh. "uangnya mana cukup nyonya untuk beli yang baru, ini saja sudah syukur bisa terbeli. ya, paling tidak bisa di pakai untuk saya pergi dan pulang bekerja." "Tapi kebanyakan mogok, tak mau hidupkan?" tebakan Liana membuat Gavin terdiam."Ya sudah begini saja, kalian berdua ikut saya naik ke dalam mobil. biar sepeda motor kamu nanti di antarkan." "Ee
"Bukalah nyonya, aku mengizinkannya." ucap Gavin.Liana menatap Gavin, pria itu menggerakkan tangannya mengisyaratkan jika ia mengizinkan Liana melihat album foto keluarganya.Dengan gerakan slow motion Liana membuka album foto itu perlahan, lembaran pertama isu foto tersebut membuat kedua mata Liana terbelalak kaget."Ini....?" tanya Liana tak mampu berucap."Itu foto ayah dan ibuku nyonya." Tanpa sengaja tangan Liana yang gemetaran pun menjatuhkan album foto tersebut. membuat Gavin kaget dengan hal itu, Liana spontan berdiri dengan perasaan campur aduk."Nyonya, apa yang anda--""Aku harus pergi, aku harus kembali ke rumah ku. permisi, sampai jumpa." tanpa menunggu jawaban Gavin dan Tisha, Liana langsung melesat keluar."Aneh! kenapa dia terburu-buru begitu?" tanya Gavin pada diri sendiri."Kenapa dengan nyonya Liana kak?" tanya Tisha heran."Enggak tahu sayang, nona Liana terlihat sangat aneh setelah melihat fo