"Sayang, mereka siapa?" tanya Adjie yang kebingungan.
"Aku tak mengenal mereka mas." ucap Jingga kepada suaminya itu.
Sementara itu, di luar rumah mereka. Agnez dan Badai terlibat perseteruan hebat.
"Jingga, keluar! Bicaralah dengan kami!" teriak Delina sangat lantang.
Suara lantang wanita tua itu terdengar semakin kencang dan membuat Adjie akhirnya memutuskan untuk menemui para tamu tersebut.
"Silahkan masuk Nyonya dan tuan." ucap Adjie sambil membuka pintu rumahnya.
Delina langsung meringsek masuk diikuti Badai dan Agnez. Sementara Jingga sejak tadi hanya duduk diam di ruang tengah rumahnya.
Badai kemudian menjelaskan satu persatu kepingan hidup Jingga yang selama ini dicarinya. Mereka memberikan banyak bukti kesamaan mengenai Jingga kepada Adjie.
"Tuan, pergilah. Aku bukan Jingga yang kalian Cari?" ucap Jingga yang merasa tak tahan dengan semua kalimat yang diucapkan Badai padanya.
"Sayang, kemarilah. Kurasa
Bagaimana kelanjutannya? Baca terus yaa. Siap-siap mulai tanggal 15 MDW bakal update tiga bab perhari yaa.
Malam semakin larut, namuan Jingga yang meski sudah berada di ranjangnya tetap tak bisa sedikitpun terpejam. Bayangan semua hal yang baru saja terjadi membuatnya kebingungan. Namun Jingga merasa sudah mengambil keputusan dengan benar. Dia tak mau gegabah mengikuti permintaan orang yang tak dikenalnya itu. Karena meski mereka mengetahui banyak hal mengenai masa lalu keduanya. Namun sedikitpun baik Adjie dan Jingga sama sekali belum mengingatnya. Sementara itu, Badai yang malam ini membelokkan arah mobilnya kembali ke Corteza langsung menemu Frans untuk berbicara banyak dengan pria itu. "Badai? Ada apa?" ucap Frans bertanya dengan sangat penuh keheranan melihat Badai kembali ke rumahnya meski pesta sudah usai. "Frans, aku menemukannya. Dia amnesia" ucap Badai sambil menatap ke kanan dan kiri jika saja ada yang mendengar suaranya. 'glegg' Sontak Frans tercekat salivanya sendiri. Pria ini kehabisan kalimat untuk menjawab ap
Pagi ini, Jingga dan Adjie hendak mengunjungi Lembah Cemara. Mereka sangat merindukan Kakek Tura dan memutuskan untuk berziarah ke makam pria itu yang terkubur rapi didekat pondoknya. "Kalian mau kemana?" sapa salh satu tetangganya bertanya. "Jalan-jalan sebentar mbah, naik gunung cari yang adem." ucap Adjie menjawab dengan berseloroh. "Jangan cari angin aja dong, cari yang menganu gitu biar kalian cepet dapet mongmongam." ucap wnaita tua itu balik menggodai. "Iya ya mbah, udah banyak gaya kupakai masih belum nyangkut aja." timpal Adjie yang sangat periang ini kembali membuat wnaita tua itu tergelak. Jingga hanya mencubit pelan Adjie setelahnya. Mereka terus berjalan kaki hingga perlahan mentari semakin terik dan netra mereka melihat sebuah mobil asing melintasi mereka dengan sangat kencang. "Itu mobil yang memiliki plat khusus yangs ama yang kuingat!" ucap Adjie kepada Jingga berbisik pelan. "Dan entah kenapa, ra
Badai melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Setelah pria itu pergi, Jingga kemudian merasa sangat pusing sekali."Sayang kamu kenapa?" ucap Adjie kepada Jingga."Mas, rasanya pusing sekali." ucap Jingga.Adjie kemudian menyeduhkan teh manis untuk istrinya. Namun saat Adjie kembali, dia justru tercengang melihat istrinya tengah bersiap."Kamu mau kemana sayang?" tanya Adjie."Mas, kita harus pulang." ucap Jingga sambil terus merapihkan barang-barang pentingnya dan memasukkannya ke dalam mobil."Maksudmu?" tanya Adjie kebingungan.Jingga kemudian mengingat sesuatu saat tadi Badai pergi. Sebuah logo di belakang mobil Badai yang bertuliskan Prahara Group entah kenapa membuat Jingga mengingat beberapa hal secara terpisah.Ibarat sebuah puzzle maka dia baru saja menemukan beberapa keping puzzle inti yang mungkin akan mempermudahnya menyusun semua kepingan lainnya yang tersisa."Sayang kau yakin?" tanya Adjie yang a
Frans tengah berkumpul di teras rumahnya yang sangat luas dengan dekorasi taman vertikal setinggi tiga meter yang dilengkapi dengan air terjun. Duma dan Sharena kedua wanita yang kini tengah hamil besar itu pun nampak sangat tercengang. Lain halnya dengan Alkala, anak lelaki ini justru nampak sangat nyaman dan langsung menyambut kedatangan Jingga dengan sangat hangat. Langkah Jingga sangat tertahan, namun kakinya yang berat terpaksa diseretnya untuk tetap berjalan. Entah kenapa, bola mata anak laki-laki yang kini menggandengnya itu membuat Jingga seolah teringat sesuatu. Sambutan kikuk dan sangat canggung dari Frans menunjukkan betapa pria itu masih belum bisa melupakan wanita didepannya ini bahkan setelah waktu menjeda keduanya sangat lama. "Namamu sangat cantik Nyonya, seperti senja yang sangat kusukai." ucap Alkala yang sangat menyambutnya sambil mengecup lengan wanita ini berulang kali. 'degg' Jingga merasakan kepiluan sang
Canggung dan sangat bingung.Itulah yang kini dirasakan oleh Jingga dan Adjie. Terkuaknya riwayat kelam keluarga Prahara, menyeret Jingga dan Adjie dalam situasi yang penuh emosional.Arshan, memiliki seorang adik laki-laki yang dinyatakan hilang ketika mereka berlibur. Dan ternyata, adik laki-laki yang selama ini dicari diam-diam oleh Arshan adalah Adjie.Dendam memenuhi wajah Adjie ketika membaca satu demi satu tulisan sang kaka di file word pribadinya yang berhasil Jingga buka."Kau tahu Ibu? Tuhan mengabulkan doa seorang pria muda sepertiku. Dan kali ini aku benar-benar merasakan kekuatan Tuha tersebut mengaliri hidupku." ucap Alkala sambil memeluk erat Jingga.Satu demi satu ingatan Jingga kembali dengan semakin cepat, kehadiran Alkala disisinya seperti magnet yang menarik dengan sangat cepat semua ingatannya itu.Kini, Jingga tak bisa banyak berkata meski akhirnya dia terpaksa harus menahan dirinya terhadap Adjie."Sayang sekali
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik
Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E
Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng
Hari demi hari Jingga kini semakin disibukkan dengan kegiatan kepenulisannya. Wanita ini memilih jalan yang akhirnya membuatnya sangat nyaman. Sementara Alkala kian bertambah besar, putera semata wayangnya itu akhirnya mengetahui sebab akibat dari setiap keputusan Jingga selama ini, dan Alkala mulai mengerti. Usia yang bertambah dewasa, membuat Alkala semakin sibuk dengan segala kehidupannya sebagai satu-satunya pewaris Prahara Group. Dengan Jingga dan Adjie di belakangnya, Alkala sukses menjadi CEO muda dengan segudang pesona dan juga karakter hebatnya yang mendunia. Pendidikan internasional yang direngkuhnya, membuat Alkala mampu semakin mebesarkan Prahara Group di kancah bisnis internasional. Akhirnya, Jingga benar-benar tak perlu lagi cemas, karena sang putera ternyata belajar banyak dari kehidupannya selama ini. Tuan Muda Prahara itu, kini menjadi sosok idola di berbagai kalangan di dunia, dan itu membuatnya sangat bangga.
Dua bulan setelah perpisahannya dengan Adjie Prahara, Jingga yang sejak perpisahannya itu memutuskan keluar dari Arshan Pallace peninggalan mendiang suaminya dan memilih kembali ke rumah orang tuanya di kota kelahirannya. Hari ini, untuk pertama kalinya sejak kepulangannya ke kota Borents, Jingga akhirnya keluar dari rumah mendiang Hadi-sang ayah. Rumah masa kecilnya, dimana dia dan Violet tumbuh besar bersama sang ibunda itu masih sangat terawat berkat tangan baik sang paman yang merawatnya meski Jingga tak berada disana. Setelah kedua orang tua dan adiknya tiada, rumah itu otomatis menjadi milik Jingga semata. Dan demi keluarganya yang telah lebih dulu pergi itu pula Jingga tak akan merenovasinya. Membiarkan rumah dan segala perabotannya seperti ini membuat Jingga merasa jika keluarganya itu masih ada. Sementara perpisahannya dengan Adjie masih ditentang oleh Alkala, Jingga dan puteranya yang beranjak remaja itu kini mulai merenggang.
"Jangan menghiburku mas, pergilah. Aku sedang ingin sendirian." ucap Jingga sambil menyibukkan lagi pandangannya dengan majalah di depannya. Wanita itu nampak sangat lusuh tak bertenaga setelah penguretan yang terpaksa dijalananinya demi membersihkan sisa janin di dalam rahimnya. Sangat dingin dan tak bersemangat, seperti itulah Jingga kali ini. Entah apa yang menyapukan luka sedalam itu di dalam hatinya. Namun sejak memergoki Adjie bersama Shana di dalam kamarnya, Jingg abeanr-benar seolah mati rasa dan tak ingin lagi hidup. "Aku bersalah kepadanya." ucap Adjie terus mengutuk dirinya sendiri yang bisa kebablasan oleh seorang pelayan seperti Shana. 'bukk' Satu pukulan menghantam rahang Adjie, namun pria itu tak akan melawan sedikitpun. "Bajingan kau Adjie!" ucap Badai sambil kembali bersiap menghajar pria tersebut. Namun meihat Adjie yang telah pasrah, Badai mengurungkan niatnya. "Kau tahu seberapa sulitnya aku
Adjie sudah sejak tadi menunggu Jingga di ruangan kerjanya, namun wanita itu tak juga muncul disana. Ini semakin membuatnya gusar. Raut wajah Adjie mendadak sumringah ketika melihat Jingga akhirnya datang ke kantornya meski hari sudah sangat siang. "Jingga .. Sayang ... Aku menunggumu untuk meminta maaf." ucap Adjie yang langsung mengatakan tujuannya menunggu Jingga di ruangan ini. Pria itu mengabaikan dua staff marketing yang datang bersama Jingga karena pria itu hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan sang istri saat ini. Namun sayangnya, Jingga hanya diam. Wanita itu sangat pemberani di lain sisi namun nyatanya sangat rapuh di sisi lainnya. "Pergilah dan semoga berhasil ya ... " ucap Jingga kepada dua staff marketing Prahara Group setelah menyerahkan sejumlah berkas kepada mereka. Kedua staffnya itu segera berpamitan. Dan Jingga kembali disibukkan dengan morning sick nya yang semakin parah. "S
"Kamu darimana?" ucap Adjie ketika melihat Jingga datang dengan sangat bahagia menatap istrinya itu dengan penuh selidik. "Aku ... Mas sudah pulang?" tanya Jingga balik bertanya. "Jingga? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Siapa yang kau temui?" tanya Adjie memberondongkan pertanyaannya kepada sang istri. 'glegg' Jingga menelan salivanya yang tercekat di kerongkongan, wanita ini sangat kebingungan. "Frans, aku bertemu dengan Frans di tempat billiard." ucap Jingga mengakuinya. 'glegg' Kini berbalik Adjie-lah yang menelan salivanya yang tercekat. Raut wajah pria itu menghitam oleh amarah. Namun dia berusaha menyamarkannya. Jingga menyadari ekspresi kecemburuan suaminya itu adalah sebuah pertanda cinta yang baik untuknya. Namun seringnya Adjie mencemburu, terkadang membuat Jingga kebingungan melangkah keluar dari rumah. "Dengar Jingga! Aku tak suka kau bergaul secara diam-diam dengan lelaki manapun." ucap A
Selesai dengan masalah di sekolah Alkala, Jingga kemudian memutuskan untuk mengajak puteranya itu berkeliling sejenak merehatkan fikirannya dari kesemrawutan di sekolah tadi. "Ini menyebalkan, semua tulangku rasanya akan patah." ucap Alkala mengeluh kepada Jingga. "Karena itulah, mulai sekarang kau harus bisa memilih mana yang terbaik sayang." jawab Jingga menimpali keluh kesah puteranya dengans angat tenang. Namun Alkala nampak sangat kesal sekali karena Jingga tak membelanya. Untuk satu masalah itu, Jingga memang tak bisa menyalahkan Alkala. Tujuan baiknya untuk mendidik dan menggembleng putera semata wayangnya itu tentu akan menuai pro dan kontra dari puteranya itu sendiri. Senyuman demi senyuman menyapu wajah Jingga yang kian jelita ini. Membuat Alkala semakin mengerucutkan bibirnya dipenuhi rasa kesal. "Kita akan bermain billiard?" ucap Alkala kegirangan ketika mobil ibunya masuk ke halaman parkiran sebuah gedung pusat permainan b
Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng
Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik