"Pagi Pak." ucap Jingga menyapa Galuh saat baru saja datang alamat yang diberikan oleh pria itu kemarin malam.
"Jingga, mari masuk." ucap Galuh kepadanya.
Jingga kemudian dikenalkan kepada puterinya yang masih sangat bayi itu. Berlian, nama bayi itu yang baru berusia 4,5 bulan. Bayi lucu dan mengegmaskan yang di vonis hyperaktif ini akan kesulitan dalam istirahat. Itulah yang membuat pengasuh-pengasuh sebelumnya tak kuat.
"Pak, tolong jangan katakan kepada siapapun jika saya bekerja pada anda sekarang." ucap Jingga kepada Galuh.
Dengan canggung dan berat hati, Galuh akhirnya menyanggupinya. Pria itu sebenarnya tak ingin berbohong, namun dia juga membutuhkan Jingga untuk merawat puterinya, karena itu dia akan menyanggupi janjinya.
Mulai pagi ini, Jingga bekerja 24jam sebagai pengasuh Berlian di rumah Galuh yang berada di sebuah hunian elit di pusat kota. Jarak rumahnya ke kantor tak terlalu jauh.
Menjadi pengasuh Berlian, Jingga sudah m
Penasaran dong gimana kelanjutan kisahnya Jingga. yuuk lanjut baca. Berikan votenya ya All ders kesayangan MDW.
"Saya, iyaa saya isterinya!" ucap Jingga yang terpaksa berbohong hanya supaya Galuh segera ditangani tim medis di klinik Pratama tersebut. Mendengar ucapan Jingga, perawat dan dokter jaga tersebut langsung mendorong bangsal Galuh ke dalam ruangan tindakan. Namun sayangnya, kondisi Galuh semakin kritis saja. 'kriing' 'kriing' Suara teelpon masuk di ponsel Galuh terus berdering. Dokter kemudian mengeluarkan posnel dari saku celana pria itu dan menyerahkannya kepada Jingga. "Nyonya, sepertinya seseorang menghubungi suami anda sejak tadi." ucap dokter kepada Jingga. Jingga segera mengambilnya, dan nampak sebuah kontak masuk ke ponsel tersebut sejak tadi. Dengan berat hati dan bingung Jingga mengangkat teleponnya. "Tuan Muda, apa yang terjadi? Lokasi anda menunjukkan jika anda tengah berada di klinik?" ucap seseorang dis eberang telepon terus bicara. "Kau keluarga Galuh? Yaa, Galuh kritis disini." ucap Jingga
"Maaf Nyonya, saya tak butuh uang itu." ucap Jingga sambil melemparkan kembali uang tersebut ke hadapan ibunya Galuh. 'pluk' "Dasar wanita miskin! Beraninya kau mengaku-ngaku isterinya Galuh!" hardik wanita itu kepadanya. Namun Jingga tak menggubrisnya, wanita itu sudah sangat kebal terhadap caci maki penghinaan yang ditujukan padanya. Yaa, sejak hari pernikahannya gagal saat itu, rasanya semua penghinaan seolah menjadi teman baiknya. Jingga melewati koridor rumah sakit dan berjalan ke rumah Galuh. Bagaimanapun dia harus membawa barang-barangnya disana, namun sial karena sesampainya di halaman rumah Galuh. Pita kuning Kepolisian membentang disana. "Mereka pasti melaporkan kepada Polisi! Ahh, seharusnya aku melarikan diri saja daripada membawa Galuh ke klinik." ucap Jingga dalam hatinya. Wanita itu kemudian mengorek uang di saku bajunya. Beruntung sekali, karena dia masih menyimpan beberapa puluh lembar uang di cardigannya itu.
Empat bulan berlalu dengan sangat cepat, keseharian Jingga di peternakan kuda ini sangat menyita waktunya. Meski demikian, Jingga sangat senang menjalaninya. "Siapa dia?' tanya Arshan kepada Madame Bee. "Dia karyawan baru Tuan." ucap Madam Bee kepada putera pemilik STALLEST ini menjelaskan. Tatapan Arshan langsung terbius oleh kecantikan Jingga yang paripurna itu. Pria itu sangat terkesan oleh wanita muda yang mau bekerja sekotor ini di peternakannya. "Kakek, ambilkan peralatanku." ucap Arshan kepada Kakek Tora. Senyum melebar kemudian terihat di wajah kakek Tora sambil memperhatikan putera sulung majikannya ini. Arshan adalah pria berumur 35 tahun yang matang secara ekonomi juga secara biologis. Pria ini sudah pernah menikah, namun pernikahannya tak berlangsung lama karena isterinya menggugat cerai dirinya di usia pernikahan mereka yang baru beberapa bulan. Alasan tak sanggup melayani hasrat seksual suaminya yang hyperak
Jingga sangat menikmati cuti tahunan Arshan kali ini yang membawanya dalam lautan gairah. Tanpa disadari, Jingga telah masuk dalam lingkaran dosa yang membuatnya terjerat. "Sayang, aku harus pergi sore ini. Tahun depan aku akan datang lagi." ucap Arshan yang memang selalu mengunjungi peternakan ini setiap akhir tahun saja ketika mendapatkan cuti panjang. "Iyaa, hati-hati yaa." ucap Jingga dengan wajah malu-malu. "Kau tak akan meminta kontak ponselku atau surelku atau bahkan medsosku?" ucap Arshan sambil terus menggenggam tangan Jingga. Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tahu jika dia tak berhak sejauh itu terhadap Arshan. "Cukup dengan nanti kau datang lagi." ucap Jingga sambil mengulaskan senyum di wajahnya. Jingga tak ingin menanggapi hubungan ini dengan serius, sejak awal gairahnya terlesut oleh Arshan, Jingga sadar jika Arshan pasti hanya menganggapnya sebagai sebuah benefit semata. Dan Jingga tak akan menolaknya, bagaima
"Jingga! Tolong antarkan pesanan ini ke kamar tamu kita yaa?" ucap Madame Bee kepada Jingga. Dengan senang hati, Jingga melakukannya. Wanita itu bergegas mengambil sepaket rempah mandi dan akan segera diberikannya kepada tamu yang memang dijadwalkan akan tinggal sepekan di peternakan ini. Sesampainya di kamar tamu, Jingga segera mengetuk pintu untuk memberikan pesanan mereka. Dari dalam, muncullah seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut yang panjang tergerai basah. "Ini pesanan anda Nyonya." ucap Jingga sambil menyerahkan paket tersebut kepada wanita itu. "Terimakasih, ini tip nya." ucap wanita itu dengan suara sangat lembut. Jingga tak menolak. Wanita itu dengan senang hati menerima uang tip yang diberikan padanya itu. Lama di tempat ini membuat Jingga mulai mengerti cara bertahan di tempat ini dengan baik tanpa mengganggu atau merugikan siapapun. Siang berganti senja dengan sangat cepat, Jingga merasakan kerin
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta
"Jingga, Jingga..." terdengar suara seseorang memanggilnya. Namun Jingga tak berhenti, dia memilih terus memacu kudanya menjauhi istal utama dimana Badai memanggilnya tadi. Hari kedua Badai di peternakan berakhir dengan cepat, Jingga memilih menghabiskan waktu sejak pagi buta ke peternakan anakan kuda di seberang perkebunan untuk mengecek kuda-kuda yang masih sangat muda disana. Yang terpenting adalah menghabiskan waktu di tempat yang jauh supaya Madam Bee tak meminta bantuannya untuk melayani tamu khusus mereka. Keesokan harinya, Jingga sudah bersiap hendak berangkat ke peternakan anakan kuda saat hari masih terang tanah. Dengan langkah tegap, Jingga juga melihat kamar diseberangnya masih menyalakan lampunya. Wanita ini langsung mengehntakkan kudanya pelan supaya tak membuat kegaduhan untuk pergi ke peternakan diseberang. Namun ditengah jalan, seseorang menghadangnya hingga mmebuat Jingga terlempar berguling-guling di ta
Jingga, akhirnya mengangguk menyetujui pernikahannya dengan Arshan yang akna dilakukan secara siri. Bukan tanpa alasan, namun Arshan memang tak mau membuat kaget kedua orangtuanya dengan rencana pernikahan mereka. Jingga sejujurnya masih sangat belum siap, namun terus menyendiri pun tak baik untuk wanita berstatus janda sepertinya. Terlebih setelah Badai akhirnya menemukan keberadaannya. Menerima tawaran Arshan, nampaknya menjadi hal terbaik yang bisa dipilihnya saat ini. "Jingga, kau mendapatkan jackppout besar dengan menjadi pengantin Tuan Muda Arshan, selamat sayang, selamat." ucap Madame Bee kepada Jingga. "Ha.ha.haa, tak kusangka aku akan menyaksikan lagi pesta pernikahan setelah sekian lama." ucap Kakek Tora sambil tertawa bahagia mengetahui niat Tuan Mudanya yang baru saja menyampaikan kabar bahagia kepada mereka. Menggunakan sebuah Mercedes Maybach, Arshan membawa Jingga ke kota Helida dimana keluarga besarnya berada. Jingga ma
Hari demi hari Jingga kini semakin disibukkan dengan kegiatan kepenulisannya. Wanita ini memilih jalan yang akhirnya membuatnya sangat nyaman. Sementara Alkala kian bertambah besar, putera semata wayangnya itu akhirnya mengetahui sebab akibat dari setiap keputusan Jingga selama ini, dan Alkala mulai mengerti. Usia yang bertambah dewasa, membuat Alkala semakin sibuk dengan segala kehidupannya sebagai satu-satunya pewaris Prahara Group. Dengan Jingga dan Adjie di belakangnya, Alkala sukses menjadi CEO muda dengan segudang pesona dan juga karakter hebatnya yang mendunia. Pendidikan internasional yang direngkuhnya, membuat Alkala mampu semakin mebesarkan Prahara Group di kancah bisnis internasional. Akhirnya, Jingga benar-benar tak perlu lagi cemas, karena sang putera ternyata belajar banyak dari kehidupannya selama ini. Tuan Muda Prahara itu, kini menjadi sosok idola di berbagai kalangan di dunia, dan itu membuatnya sangat bangga.
Dua bulan setelah perpisahannya dengan Adjie Prahara, Jingga yang sejak perpisahannya itu memutuskan keluar dari Arshan Pallace peninggalan mendiang suaminya dan memilih kembali ke rumah orang tuanya di kota kelahirannya. Hari ini, untuk pertama kalinya sejak kepulangannya ke kota Borents, Jingga akhirnya keluar dari rumah mendiang Hadi-sang ayah. Rumah masa kecilnya, dimana dia dan Violet tumbuh besar bersama sang ibunda itu masih sangat terawat berkat tangan baik sang paman yang merawatnya meski Jingga tak berada disana. Setelah kedua orang tua dan adiknya tiada, rumah itu otomatis menjadi milik Jingga semata. Dan demi keluarganya yang telah lebih dulu pergi itu pula Jingga tak akan merenovasinya. Membiarkan rumah dan segala perabotannya seperti ini membuat Jingga merasa jika keluarganya itu masih ada. Sementara perpisahannya dengan Adjie masih ditentang oleh Alkala, Jingga dan puteranya yang beranjak remaja itu kini mulai merenggang.
"Jangan menghiburku mas, pergilah. Aku sedang ingin sendirian." ucap Jingga sambil menyibukkan lagi pandangannya dengan majalah di depannya. Wanita itu nampak sangat lusuh tak bertenaga setelah penguretan yang terpaksa dijalananinya demi membersihkan sisa janin di dalam rahimnya. Sangat dingin dan tak bersemangat, seperti itulah Jingga kali ini. Entah apa yang menyapukan luka sedalam itu di dalam hatinya. Namun sejak memergoki Adjie bersama Shana di dalam kamarnya, Jingg abeanr-benar seolah mati rasa dan tak ingin lagi hidup. "Aku bersalah kepadanya." ucap Adjie terus mengutuk dirinya sendiri yang bisa kebablasan oleh seorang pelayan seperti Shana. 'bukk' Satu pukulan menghantam rahang Adjie, namun pria itu tak akan melawan sedikitpun. "Bajingan kau Adjie!" ucap Badai sambil kembali bersiap menghajar pria tersebut. Namun meihat Adjie yang telah pasrah, Badai mengurungkan niatnya. "Kau tahu seberapa sulitnya aku
Adjie sudah sejak tadi menunggu Jingga di ruangan kerjanya, namun wanita itu tak juga muncul disana. Ini semakin membuatnya gusar. Raut wajah Adjie mendadak sumringah ketika melihat Jingga akhirnya datang ke kantornya meski hari sudah sangat siang. "Jingga .. Sayang ... Aku menunggumu untuk meminta maaf." ucap Adjie yang langsung mengatakan tujuannya menunggu Jingga di ruangan ini. Pria itu mengabaikan dua staff marketing yang datang bersama Jingga karena pria itu hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan sang istri saat ini. Namun sayangnya, Jingga hanya diam. Wanita itu sangat pemberani di lain sisi namun nyatanya sangat rapuh di sisi lainnya. "Pergilah dan semoga berhasil ya ... " ucap Jingga kepada dua staff marketing Prahara Group setelah menyerahkan sejumlah berkas kepada mereka. Kedua staffnya itu segera berpamitan. Dan Jingga kembali disibukkan dengan morning sick nya yang semakin parah. "S
"Kamu darimana?" ucap Adjie ketika melihat Jingga datang dengan sangat bahagia menatap istrinya itu dengan penuh selidik. "Aku ... Mas sudah pulang?" tanya Jingga balik bertanya. "Jingga? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Siapa yang kau temui?" tanya Adjie memberondongkan pertanyaannya kepada sang istri. 'glegg' Jingga menelan salivanya yang tercekat di kerongkongan, wanita ini sangat kebingungan. "Frans, aku bertemu dengan Frans di tempat billiard." ucap Jingga mengakuinya. 'glegg' Kini berbalik Adjie-lah yang menelan salivanya yang tercekat. Raut wajah pria itu menghitam oleh amarah. Namun dia berusaha menyamarkannya. Jingga menyadari ekspresi kecemburuan suaminya itu adalah sebuah pertanda cinta yang baik untuknya. Namun seringnya Adjie mencemburu, terkadang membuat Jingga kebingungan melangkah keluar dari rumah. "Dengar Jingga! Aku tak suka kau bergaul secara diam-diam dengan lelaki manapun." ucap A
Selesai dengan masalah di sekolah Alkala, Jingga kemudian memutuskan untuk mengajak puteranya itu berkeliling sejenak merehatkan fikirannya dari kesemrawutan di sekolah tadi. "Ini menyebalkan, semua tulangku rasanya akan patah." ucap Alkala mengeluh kepada Jingga. "Karena itulah, mulai sekarang kau harus bisa memilih mana yang terbaik sayang." jawab Jingga menimpali keluh kesah puteranya dengans angat tenang. Namun Alkala nampak sangat kesal sekali karena Jingga tak membelanya. Untuk satu masalah itu, Jingga memang tak bisa menyalahkan Alkala. Tujuan baiknya untuk mendidik dan menggembleng putera semata wayangnya itu tentu akan menuai pro dan kontra dari puteranya itu sendiri. Senyuman demi senyuman menyapu wajah Jingga yang kian jelita ini. Membuat Alkala semakin mengerucutkan bibirnya dipenuhi rasa kesal. "Kita akan bermain billiard?" ucap Alkala kegirangan ketika mobil ibunya masuk ke halaman parkiran sebuah gedung pusat permainan b
Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng
Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E
Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik