Home / Romansa / Dia, Tak Datang / Aku, Kamu dan Masa Lalu Kita

Share

Aku, Kamu dan Masa Lalu Kita

last update Last Updated: 2021-09-21 20:14:04

"Sayang! Kau salah faham!" ucap Badai sambil terus berlari mengejar isterinya yang kini telah berada di tengah tengah lantai dasar.

Kejar kejaran keduanya itu membuat banyak sekali mata menatapnya dengan rasa sangat penasaran.

Badai menangkap tubuh Jingga.

"Sayang! Itu tak seperti yang kau lihat!" ucap Badai sambil memeluk Jingga dari belakang.

Keriuhan terdengar diseluruh gedung, pemandangan tak biasa yang kini mereka lihat membuat semua tercengang. Jam istirahat seperti ini, nyaris semua karyawan hilir mudik kesana kemari menggunakan waktu jeda kerjanya. Namun Badai dan Jingga yang tengah berkecamuk di jiwanya tak mempedulikan semua pandangan itu.

"Hikkz!" Jingga terisak dalam tangisnya yang masih tertahan sementara buliran bening terus menderas mengalir di wajahnya yang jelita.

Badai membalikkan tubuh Jingga dan menenggelamkannya dalam dekapan. Membiarkan semua tangisan isterinya membasahi dadanya yang kini meraskaan kepiluan yang sama.

"Sayang! Dia Mayang, wanita yang sering kupesan sebelumnya untuk memenuhi hasratku, dia datang setelah aku memerintahkan asistenku untuk tak lagi memesannya. Itulah masa laluku! Jika kau ingin tahu, aku bisa membawa mereka kehadapanmu sekarang juga!" ucap Badai dengan mata sanagt serius menatap Jingga.

"Enggak mas, sudah tak apa-apa," ucap Jingga sambil menggelengkan kepalanya dan sesenggukan.

"Dengar sayangku, aku kamu dan semua masa lalu kita. Kuharap kita akan selalu bisa membicarakannya dengan baik dalam kondisi apapun. Aku sangat mencintaimu Jingga." ucap Badai sangat lembut menatap Jingga. Membuat Jingga hanya bisa mengangguk menjawabnya.

Di belakang mereka, Mayang yang juga menyaksikkan merasa sangat kesal dan merasa snagat terhina oleh Badai.

"Jadi benar kau menikahi si kampungan itu! Lihat nanti apa yang akan kulakukan pada kalian berdua!" ucap Mayang dalam hatinya.

Sementara itu, nyaris semua karyawan yang menyaksikkannya menjadi sangat baper oleh apa yang dilakukan Presdir mereka terhadap isterinya.

"Jadi, dia yaa nyonya Badai! Hwaaaaa, hancuur sudah semua harapan kita untuk menjadi wanitanya," ucap salah satu karyawan wanita yang juga terharu sambil menyeka sudut matanya.

"Gila, Presdir kita cowok banget. Sampai mengakui semua wanita pemuasnya dihadapan isterinya!" ucap karyawan lainnya ikut megomentari.

"Bener yaa, Badai bener bener pria halu kita semata!" ucap karyawati lainnya menambahkan.

Semua mata yang memandang Badai saat ini hanya bisa merasa iri melihat bagaimana pria itu sangat menyayangi isterinya yang sedikitpun belum diketahui identitasnya itu.

"Mas, lepasin malu!" ucap Jingga yang menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian banyak orang saat ini.

"Kenapa malu, perusahaan ini adalah juga perusahaanmu. Biarkan mereka semua mengetahuinya jika kau adalah permaisuriku!" ucap Badai sambil merengkuh isterinya dan membawany naik ke ruangannya tanpa sedikitpun mempedulikan semua mata yang memandangnya.

Badai kembali masuk ke dalam ruangannya.

"Lhoo, mana rantangnya tadi?" ucap Jingga bertanya karena tak bisa menemukan rantang bekal makanan yang ditumpahkannya tadi.

"Petugas kebersihan pasti sudah membersihkannya, karena mereka tahu peraturan di ruang kerjaku," ucap Badai sambil terus menggandeng Jingga masuk.

"Mas, apa kau tak malu memiliki isteri sepertiku? Kita bisa bercerai jika kau menyesalinya," ucap Jingga seketika membuat jantung Badai sangat tersentak.

"Sayang, apa yang kau fikirkan? Aku tengah menikmati masa masa pengantin baru kita dan kau malah meminta perceraian?" ucap Badai sambil mengelus lembut wajah isterinya yang nampak masih gusar itu.

"Mas, aku serius. Sebelum aku benar benar sayang!" ucap Jingga sambil menundukkan wajahnya.

"Terimakasih, wahai gadis berwajah rembulan yang tak sengaja sangat kusayangi," ucap Badai sambil memainkan belahan bibir isterinya dengan sangat lembut.

"Huuhh, gombal ich!" ucap Jingga sambil memukul pelan dada suaminya.

"Hmmhh, kurasa sebaikny mulai besok kau ikut ke kantor denganku yaaa," ucap Badai sambil menaikkan Jingga ke pangkuannya.

"Mas, jika aku terus bersamamu lihatlah apa yang akan terjadi," sahut Jingga sambil membelai jambang halus di wajah suaminya yang kini menjadi mainan terasyiknya itu.

"Mengeras!" bisik Badai sangat pelan.

"Husshh! Turunkan aku mas," ucap Jingga sambil bergegas turun dari pangkuan suaminya begitu menyadari ucapan suaminya itu seirama dengan benda yang tadi mengeras ketika didudukinya.

"Huhhhh! Ikut mas keluar kota yaaa," ucap Badai sambil menarik lengan isterinya ketika melirik arloji sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

"Aku, nanti ngapain disana?" ucap Jingga sambil mengikuti langkah suaminya itu.

"Kita akan mencari tempat nyaman disana setelah semua urusanku selesai," kata Badai yang langsung menelpon asistennya untuk menyiapkan perjalanan mereka.

"Kita mau kemana?" ucap Jingga bertanya.

"Malang, kau suka?" ucap Badai menjawab.

"Malang? Aku bahkan belum pernah kesana mas," jawab Jingga sangat antusias.

Keduanya kini berjalan beriringan dengan sangat mesra menuju parkiran khusus di bagian selasar kanan gedung.

Dengan sangat cepat perjalanan ke Malang dilalui, Jingga yang baru kali pertama meninggalkan kota Jakarta di sepanjang hidupnya ini sangat menikmati perjalanan mereka.

Supir dan asisten pribadi Badai merasa sangat takjub dengan perubahan karakter Badai yang sangat drastis setelah menikahi Jingga. Mereka tak pernah melihat senyum dan juga canda tawa dari pria itu sebelumnya. Namun kini, bersama Jingga sang Tuan Muda Hankaara itu sangat hangat dan ceria.

"Heyy, apa kalian tak mau ikut bergabung denganku. Ayolah kita bermain bersama." ajak Jingga kepada Pak supir bernama Yudo dan asisten pribadi suaminya yang bernama Hendra itu untuk ikut bermain tebak-tebakan bersama.

Tak ingin mengecewakan permintaan pertama sang Nyonya Besar, mereka akhirnya terlibat dalam permainan tebak tebakan tersebut. Mobil mewah berwarna hitam yang biasanya senyap itu kini menjadi sangat hangat.

Mereka telah sampai di kantor cabang perusahaan Hankaara Grup di kota Malang. Namun Jingga yang kelelahan dalam perjalanan panjangnya ini tengah terlelap di dalam mobil membuat Badai tak kuasa membangunkannya.

"Hendra, Tolong reservasikan kamar untuk kami yaa. Pilih yang terbaik," ucap Badai kepada Hendra asistennya.

Sementara di luar mobil, keriuhan karyawan anak perusahaannya itu tengah menyambutnya.

"Tuan, pihak kantor cabang sudah menyiapkan akomodasi khusus untuk anda," ucap Hendra memberikan informasi yang diterimanya.

"Baiklah jika begitu," ucap Badai yang langsung turun sambil membopong Jingga.

"Waahhh"

Keriuhan terdnegar semakin kencang mengomentari kehadiran Badai yang datang membawa isterinya dalam rentetan jadwal kunjungannya yang cukup padat. terlebih lagi Jingga yang terlelap semakin membuat rasa penasaran semua orang yang melihatnya.

"Dimana ruanganku?" ucap Badai kepada salah satu karyawan disana.

"Mari Tuan," ucap salah satu pekerja langsung menyambutnya dan menunjukkan jalan menuju lantai dua dimana sebuah room khusus sudah disiapkan untuk Badai beristirahat.

Tiba di ruangannya, Badai kemudian membaringkan Jingga sangat perlahan di sofa panjang yang ada disana.

Setelahnya, Badai meminta Yuda menjaga ruangan tersebut sementara dia melakukan meeting di lantai dasar.

"Yuda, jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan ini, mengerti!" ucap Badai dengan sorot sangat tajam mentap Yuda.

"Baik Tuan!" jawab Yuda dengan satu anggukan tegas.

Badai kemudian berjalan turun dan langsung melakukan berbagai jadwal kunjungannya yang sangat padat hingga malam nanti.

Malam sudah turun dan Jingga terbangun dari tidurnya.

"Haah,, yaa ampuun Mas Badai dimana?" ucap Jingga yang menyadri jika kini dia berad di ruangan yang tak dikenalinya.

HANKAARA GRUP CABANG MALANG

Melihat tulisan itu akhirnya Jingga merasa sangat lega karena dengan demikian dia sudah tiba dengan selamat di tempat tujuannya.

Sayangnya, Jingga tak mengetahui jika di kantor cabang ini terdapat seorang wanita yang kini meradang oleh kehadirannya.

Jingga membuka pintu, namun di sana Yuda menjaganya.

"Nyonya, maaf saya diperintahkan Tuan untuk tak membiarkan siapapun masuk kesini hingga Tuan datang." ucap Yuda mengatakan yang sebenarnya.

"Ouhhh, gitu ya. Masih lama tidak?" tanya Jingga yang kini sangat kesal berada terus di ruangan ini.

"Mohon sabar menunggu," ucap Yuda sambil kembali menutupkan pintu ruangan tersebut.

Jingga kemudian memilih membuka buka sebuah majalah yang ada di bawah kolong meja didepannya. Satu persatu majalah rutin Hankaara Grup dibacanya dengan sangat teliti.

"Kamu ternyata pebisnis hebat mas," ucap Jingga memuji suaminya yng memenuhi nyaris semua halaman utama majalah tersebut.

Rekam jejak bisnis suaminya tidak bisa dianggap enteng sedikitpun, sebagai pewaris generasi keempat di Hankaara Grup, Badai semakin melesatkan perusahaan keluarganya ini hingga mencapai luar negeri. Pengembangan berbagai bidang baru membuat Hankaara Grup semakin mendominasi pasar di negaranya juga di negara kawasan.

"Aku datang untuk memberikan makan malam bagi Tuan Presdir juga Nyonya Presdir," ucap seorang wanita sambil memaksa masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Maaf, tinggalkan saja makanannya disini biar saya yang mengantarkan," ucap Yuda tetap bersikeras tak mengijinkan wnaita itu masuk.

"Pak Yuda, biar saja dia masuk. Silahkan," ucap Jingga menyambut karyawan tersebut dengan hangat.

Merasa telah mendapatkan ijin, wanita tersebut langsung berjalan masuk ke dalam ruangan tanpa berbasa basi lagi.

"Terimakasih!" jawab Jingga.

Namun wanita itu hanya membisu dan langsung pergi setelahnya.

Melihat segelas lemon segar di hadapannya, Jingga yang sejak tadi sudah kehausan langsung meneguknya tanpa jeda.

Namun, tak berselang kemudian, pandangan Jingga mulai berkunang. Tubuhnya seketika melunglai sangat lemah.

Jingga tersungkur di lantai dalam hitungan detik saja.

"Nyonyaa!" teriak Yuda yang melihat dengan mata kepalanya sendiri Jingga roboh ke lantai saat dia hendak menutupkan kembali pintu ruangan setelah karyawan wanita itu keluar dari ruangan.

Yuda langsung menelpon Hendra dan langsung membopong Nyonya Besarnya itu untuk membawa Jingga ke rumah sakit di Madella secepat mungkin.

Di tempat lain, Badai yang mendengar kabar tersebut dari asistennya langsung menghentikan kunjungannya dan segera menyusul ke rumah sakit Malang.

1440/5000

Related chapters

  • Dia, Tak Datang   Hamil

    "Bagaimana kau bisa kecolongan seperti itu Yuda!" hardik Badai pada anak buahnya itu."Maaf Tuan, tadi Nyonya yng mengijinkannya!" ucap Yuda mencoba memberitahukan kronologisnya pada Badai.Badai terus berjalan mondar mandir di luar ruang IGD menunggu hasil pemeriksaan Jingga yang maish dilakukan oleh dokter di Madella hospital ini. Fikirannya berkecamuk tak menentu karena cemas jika sampai terjadi sesuatu pada Jingga saat ini."Tuan, kami sudah mengumpulkan semua rekaman cctv yang anda minta." ucap Ferri sang Kepala Cabang Madella dengan gugup menyampaikannya pada Badai."Jika sampai salah satu dari kalian terlibat! Kau akan menanggung akibatnya Ferri!" ucap Badai tanpa ampun menatap ferri sangat tajamPria itu seketika gemetaran dan sangat lunglai. Dia sendiri tak mengerti jika sampai ada kejadian seperti ini di bawah pengawasannya.'ceklek'Dokter akhirnya keluar dari ruangan dan langsung disambut Badai dengan berondongan pertanyaa

    Last Updated : 2021-09-25
  • Dia, Tak Datang   Suami Possesiv

    Kehamilan Jingga, adalah hal terbaik yang kini dirasakan oleh Badai. Sejak mengetahui kehamilan isterinya itu, Badai terus mengawasi Jingga tanpa ampun. Hingga membuat Jingga nyaris kesusahan karenanya. Badai tak mengijinkan Jingga melakukan apapun selain makan, minum, membaca dan melayaninya tentu saja."Sayang, malam nanti ada undangan jamuan makan malam. Kau mau ikut?" ucap Badai bertanya sambil mengelus lembut perut buncit Jingga."Tentu saja aku ikut, tapi bagaimana bajunya?" ucap Jingga manja."Tenanglah, akan kumintakan Theresia mencarikan gaun yang cocok untukmu." ucap Badai sambil mengecup kening Jingga berpamitan berangkat ke kantornya."Mas, bolehkah aku mencarinya sendiri. Kau sangat bosan terus di rumah." ucap Jingga saat Badai hampir menutupkan pintu kamarnya."Tidak, bersabarlah. Setelah kau melahirkan aku janji kita akan menghabiskan libur panjang kemanapun kau mau." ucap Badai sambil menutup pintu.Jingga tak bisa berbuat ba

    Last Updated : 2021-10-02
  • Dia, Tak Datang   Kehilangan lagi,

    Makan malam yang meriah dengan sangat banyak sekali undangan membuat Jingga kelelahan. Dia kemudian pamit pada Badai untuk ke kamar kecil. Sayangnya, tanpa Badai dan Jingga ketahui seseorang tengah merencanakan hal jahat untuk Jingga. Saat yang ditunggu akhirnya datang, seorang wanita berpakaian pelayan langsung berjalan mengikuti Jingga ke kamar mandi. Jingga yang masuk ke kamar mandi bernomor delapan itu, membuat senyum mengerikan menyeringai dari wajah pelayan wanita itu. Jingga yang ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil itu tak membutuhkan banyak waktu sehingga dia segera keluar dari dalam kamar mandi. 'ceklek' Jingga membuka pintu kamar mandi namun heels di kakinya tersangkut di keset yang sangat tebal juga berongga itu. 'bugg' Disaat Jingga kehilangan keseimbangan karena heelsnya tersangkut, karpet lantai yang diinjaknya tertarik sangat cepat oleh pintu yang menutup. Jingga semakin kehilangan keseimbangan dan langsung

    Last Updated : 2021-10-04
  • Dia, Tak Datang   Weekend Bikin Bayi doong

    Empat hari berlalu, Jingga sudah pulang kerumahnya. Empat hari yang memilukan ini membuat Jingga terus berinterospeksi diri. Entah apa dosanya di masa lalu hingga kini Jingga seolah tak diijinkan untuk bahagia. Hari-harinya sebagai isteri Badai Hankaara adalah hari-hari yang menjadi impian banyak sekali wanita di negaranya. Menjadi isteri salah satu pria terkaya di negara ini, tentu Jingga seharusnya hidup sangat bahagia. Namun lihat apa yang terjadi pada dirinya? Jingga masih saja mengenaskan di setiap harinya. "Mas, apakah kedua orang tuamu tak merestui kita?" ucap Jingga dengan mata sembabnya menatap Badai. "Sayang, apa yang kamu katakan. Mama dan Papa memang belum sempat menemui kita, mereka masih sibuk di USA." jawab Badai sangat tenang menjawab pertanyaan menohok dari Jingga tersebut. "Maaf mas. Aku hanya takut." ucap Jingga kembali larut dalam tangisannya. Pasangan suami isteri ini saling memeluk dalam diam. mereka berusah

    Last Updated : 2021-10-06
  • Dia, Tak Datang   Siasat Tammi

    "Braak!" Suara pintu terbuka dengan paksa mmebuat Badai tersentak dari kursinya. "Badai! Kau tak bisa menghindariku seperti ini!" ucap Tammi sambil membelalakkan matanya menatap Badai yang tak kalah terkejutnya melihat kehadiran wanita itu di ruangan kerjanya. "Kau, beraninya menampakkan lagi batang hidungmu disini!" ucap Badai sarkas. "Jadi Mayang benar, kau sudah sangat mencintai wanita sialan itu! Hebat! Kau menyelamatkan perrnikahan seseorang setelah kau sendiri meninggalkan pernikahanmu!" tukas Tammi sangat geram. "Tammi! Urusan kita sudah selesai saat itu, jadi berhentilah mengganggu hidupku!" ucap Badai tanpa menatap Tammi berusaha terus mengabaikan wanita itu. 'plakk' Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Badai, membuat nafasnya langsung memburu dilalap amarah. "Kau tak seharusnya melakukan ini padaku Tammi!" ucap Badai dengan kilatan dingin di matanya menatap Tammi. "Tentu! Atau haruskah kukatak

    Last Updated : 2021-10-08
  • Dia, Tak Datang   Kehadiran Tammi di Ruangan Badai

    Siang ini, Jingga sudah tiba di depan gedung Hankaara Grup tempat Badai bekerja. Jingga yang datang menggunakan ojek online itu membuat sekuriti yang bertugas tidak menyadari kedatangannya. Bukan tanpa alasan Jingga menggunakan jasa ojek online ini, namun karena mobilnya mogok di tengah jalan dan sekarang supirnya tengah berada di bengkel untuk memperbaikinya. Tak ingin membuat mubadzir makanannya, Jingga kemudian berinisiatif untuk pergi ke kantor Badai dengan menggunakan jasa ojek online. Meskipun supirnya sempat memprotes namun Jingga berhasil meyakinkannya jika dia akan baik-baik saja dalam perjalanan nanti. Sesampainya di kantor, Jingga langsung berjalan masuk menggunakan rute pribadi yang sudah diberitahukan suaminya pada Jingga beberapa waktu lalu. Koridor sangat sepi dan lengang di jam istirahat, namun beberapa staff perusahaan yang berpapasan dengan Jingga dengan sopan menyapanya. "Hai, lama tak jumpa kudengar kau keguguran lagi ya." ucap

    Last Updated : 2021-10-09
  • Dia, Tak Datang   Mabuk Berat

    Sudah pukul dua malam, namun Jingga belum juga pulang. Badai menjadi semakin cemas, dia mulai mencari lokasi terakhir GPS isterinya menyala. "87 Night Club?" ucap Badai sangat terkejut melihat lokasi terakhir Jingga adalah di sebuah klub malam. Dengan cepat, Badai melajukan Ferrarri merahnya membelah jalanan kota yang lengang di malam selarut ini menuju 87 Night Club. Sesampainya disana, Badai mencari kesana kemari Jingga yang belum juga ditemukannya. hingga di sudut yang berada paling dalam matanya menangkap bayangan seorang wanita yang sangat mirip dengan Jingga tengah di tarik paksa oleh dua pria hidung belang. "Lepaskan dia!" teriak Badai sangat lantang kepada dua pria brewokan di depannya. "Pulanglah Tuan Muda, pria sepertimu tak akan menyentuh wanita pemabuk seperti dia. Biar kami menggilirnya malam ini." ucap salah seorang pria itu sambil terus menyeret Jingga menuju sofa. 'bukkk' 'bukk' 'bukk' Dalam tiga

    Last Updated : 2021-10-11
  • Dia, Tak Datang   Ceraikan Aku dan Kau bebas Menikahinya

    "Nyonya, minumlah." ucap Leta sambil meletakkan secangkir teh kepada Jingga. Mata Jingga menatap nanar, hatinya menjerit sangat kencang sementara sekujur tubuhnya hanya diam tak bisa berbuat apa-apa. "Bibi Leta, seingatku kaulah yang membawaku kerumah ini pertama kali bukan? Adakah yang belum kuketahui mengenai suamiku Bi?" tanya Jingga dengan suara terisak. Leta hanya diam, dia tak bisa mengatakan aib Tuannya sendiri, meski jauh dalam lubuk hatinya dia sangat mengutuk wanita itu yang kini menggerus kembali kebahagiaan majikannya itu. "Ahh, yaa kau tak akan membuka mulutmu padaku." ucap Jingga sambil berjalan terhuyung-huyung menuju kamarnya. Hingga pagi menjelang, Badai tak juga pulang. Jingga tak lagi bertanya, sudah sangat jelas jika suaminya pasti kelelahan dan nyenyak di ranjang tetangganya itu. Pukul delapan pagi, Badai akhirnya muncul dengan kondisi sudah sangat rapih berpakaian lengkap sangat siap untuk bekerja. "

    Last Updated : 2021-10-12

Latest chapter

  • Dia, Tak Datang   Setelah Dia Tak Datang (END)

    Hari demi hari Jingga kini semakin disibukkan dengan kegiatan kepenulisannya. Wanita ini memilih jalan yang akhirnya membuatnya sangat nyaman. Sementara Alkala kian bertambah besar, putera semata wayangnya itu akhirnya mengetahui sebab akibat dari setiap keputusan Jingga selama ini, dan Alkala mulai mengerti. Usia yang bertambah dewasa, membuat Alkala semakin sibuk dengan segala kehidupannya sebagai satu-satunya pewaris Prahara Group. Dengan Jingga dan Adjie di belakangnya, Alkala sukses menjadi CEO muda dengan segudang pesona dan juga karakter hebatnya yang mendunia. Pendidikan internasional yang direngkuhnya, membuat Alkala mampu semakin mebesarkan Prahara Group di kancah bisnis internasional. Akhirnya, Jingga benar-benar tak perlu lagi cemas, karena sang putera ternyata belajar banyak dari kehidupannya selama ini. Tuan Muda Prahara itu, kini menjadi sosok idola di berbagai kalangan di dunia, dan itu membuatnya sangat bangga.

  • Dia, Tak Datang   I am ALONE

    Dua bulan setelah perpisahannya dengan Adjie Prahara, Jingga yang sejak perpisahannya itu memutuskan keluar dari Arshan Pallace peninggalan mendiang suaminya dan memilih kembali ke rumah orang tuanya di kota kelahirannya. Hari ini, untuk pertama kalinya sejak kepulangannya ke kota Borents, Jingga akhirnya keluar dari rumah mendiang Hadi-sang ayah. Rumah masa kecilnya, dimana dia dan Violet tumbuh besar bersama sang ibunda itu masih sangat terawat berkat tangan baik sang paman yang merawatnya meski Jingga tak berada disana. Setelah kedua orang tua dan adiknya tiada, rumah itu otomatis menjadi milik Jingga semata. Dan demi keluarganya yang telah lebih dulu pergi itu pula Jingga tak akan merenovasinya. Membiarkan rumah dan segala perabotannya seperti ini membuat Jingga merasa jika keluarganya itu masih ada. Sementara perpisahannya dengan Adjie masih ditentang oleh Alkala, Jingga dan puteranya yang beranjak remaja itu kini mulai merenggang.

  • Dia, Tak Datang   Titik Terendah

    "Jangan menghiburku mas, pergilah. Aku sedang ingin sendirian." ucap Jingga sambil menyibukkan lagi pandangannya dengan majalah di depannya. Wanita itu nampak sangat lusuh tak bertenaga setelah penguretan yang terpaksa dijalananinya demi membersihkan sisa janin di dalam rahimnya. Sangat dingin dan tak bersemangat, seperti itulah Jingga kali ini. Entah apa yang menyapukan luka sedalam itu di dalam hatinya. Namun sejak memergoki Adjie bersama Shana di dalam kamarnya, Jingg abeanr-benar seolah mati rasa dan tak ingin lagi hidup. "Aku bersalah kepadanya." ucap Adjie terus mengutuk dirinya sendiri yang bisa kebablasan oleh seorang pelayan seperti Shana. 'bukk' Satu pukulan menghantam rahang Adjie, namun pria itu tak akan melawan sedikitpun. "Bajingan kau Adjie!" ucap Badai sambil kembali bersiap menghajar pria tersebut. Namun meihat Adjie yang telah pasrah, Badai mengurungkan niatnya. "Kau tahu seberapa sulitnya aku

  • Dia, Tak Datang   Kehilangan Lagi

    Adjie sudah sejak tadi menunggu Jingga di ruangan kerjanya, namun wanita itu tak juga muncul disana. Ini semakin membuatnya gusar. Raut wajah Adjie mendadak sumringah ketika melihat Jingga akhirnya datang ke kantornya meski hari sudah sangat siang. "Jingga .. Sayang ... Aku menunggumu untuk meminta maaf." ucap Adjie yang langsung mengatakan tujuannya menunggu Jingga di ruangan ini. Pria itu mengabaikan dua staff marketing yang datang bersama Jingga karena pria itu hanya ingin menyelesaikan masalahnya dengan sang istri saat ini. Namun sayangnya, Jingga hanya diam. Wanita itu sangat pemberani di lain sisi namun nyatanya sangat rapuh di sisi lainnya. "Pergilah dan semoga berhasil ya ... " ucap Jingga kepada dua staff marketing Prahara Group setelah menyerahkan sejumlah berkas kepada mereka. Kedua staffnya itu segera berpamitan. Dan Jingga kembali disibukkan dengan morning sick nya yang semakin parah. "S

  • Dia, Tak Datang   Menyingkir Dari Adjie

    "Kamu darimana?" ucap Adjie ketika melihat Jingga datang dengan sangat bahagia menatap istrinya itu dengan penuh selidik. "Aku ... Mas sudah pulang?" tanya Jingga balik bertanya. "Jingga? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Siapa yang kau temui?" tanya Adjie memberondongkan pertanyaannya kepada sang istri. 'glegg' Jingga menelan salivanya yang tercekat di kerongkongan, wanita ini sangat kebingungan. "Frans, aku bertemu dengan Frans di tempat billiard." ucap Jingga mengakuinya. 'glegg' Kini berbalik Adjie-lah yang menelan salivanya yang tercekat. Raut wajah pria itu menghitam oleh amarah. Namun dia berusaha menyamarkannya. Jingga menyadari ekspresi kecemburuan suaminya itu adalah sebuah pertanda cinta yang baik untuknya. Namun seringnya Adjie mencemburu, terkadang membuat Jingga kebingungan melangkah keluar dari rumah. "Dengar Jingga! Aku tak suka kau bergaul secara diam-diam dengan lelaki manapun." ucap A

  • Dia, Tak Datang   Pertemuan Rahasia

    Selesai dengan masalah di sekolah Alkala, Jingga kemudian memutuskan untuk mengajak puteranya itu berkeliling sejenak merehatkan fikirannya dari kesemrawutan di sekolah tadi. "Ini menyebalkan, semua tulangku rasanya akan patah." ucap Alkala mengeluh kepada Jingga. "Karena itulah, mulai sekarang kau harus bisa memilih mana yang terbaik sayang." jawab Jingga menimpali keluh kesah puteranya dengans angat tenang. Namun Alkala nampak sangat kesal sekali karena Jingga tak membelanya. Untuk satu masalah itu, Jingga memang tak bisa menyalahkan Alkala. Tujuan baiknya untuk mendidik dan menggembleng putera semata wayangnya itu tentu akan menuai pro dan kontra dari puteranya itu sendiri. Senyuman demi senyuman menyapu wajah Jingga yang kian jelita ini. Membuat Alkala semakin mengerucutkan bibirnya dipenuhi rasa kesal. "Kita akan bermain billiard?" ucap Alkala kegirangan ketika mobil ibunya masuk ke halaman parkiran sebuah gedung pusat permainan b

  • Dia, Tak Datang   Darah Prahara Adalah Darahmu Sayang

    Jingga sudah duduk di kursi kerjanya, sementara Adjie tengah keluar kota meninjau slaah satu pabrik baru yang tengah dibangun disana. Absennya Frans dari Prahara Group setelah pengunduran diri resminya ke perusahaan saat itu, membuat Jingga sedikit kesulitan karena dia kini harus mengerjakan semuanya sendirian. Namun itu tak menyurutkan tekadnya sedikitpun. Jingga memilih melakukannya seperti ini daripada terus bergantung kepada Frans. Disisi lain, Frans yang sebelumnya terbiasa melayani Prahara Group, kini justru menjadi sangat kebingungan melangkah di perusahaan yang dibangunnya ini. Jingga masih mengevaluasi keseluruhan Prahara Group saat ini, wanita ini dengan sangat cermat mulai memilah produk-produk mana saja yang harus di upgrade dan di lanjutkan produksinya. "Nyonya, semua direksi sudha menunggu anda di ruang rapat." ucap Darma kepadanya. Mantan Kepala Pengamanan Rumah Arshan Pallace itu kini diangkat menjadi Kepala Bagian Peng

  • Dia, Tak Datang   Para Pengkhianat Di Tubuh Prahara

    Jingga semakin menguatkan posisinya di dalam dunia bisnis negeri ini. Nyaris tak ada pesaing yang mampu membendung langkah Prahara Group demi menapaki karir tertinggi di negara ini. Sangat mengejutkan, tentu saja. Karena setelah penyelidikan panjang yang dilakukan Kepolisian. Akhirnya, mereka dapat membekuk pelaku perencanaan pembunuhan terhadap Adhie dan Jingga bersamaan. Malam ini, Komisaris Polisi mengumumkan tersangkanya yang membuat gempar dunia. ERIK PRAHARA Menjadi dalang atas percobaan pembunuhan terhadap Adjie Prahara sepuluh tahun silam dan terhadap Jingga dua tahun silam. Bukan hanya itu, bukti lain menyebutkan jika ELISA PRAHARA Adalah orang paling bertanggung jawab atas kematian perlahan Arshan Prahara yang diracuninya secara berkala. "Mereka sungguh keji!" ucap Jingga sambil tetap berusaha tenang duduk di sofanya menonton acara live dari kepolisian setempat ini. "Nenek Elisa dan kakek E

  • Dia, Tak Datang   Saat Jingga Mengingat Semuanya

    Hari ini, setelah dua pekan lamanya Jingga mengurung diri di kamarnya bersama Adjie dan juga Alkala. Wanita ini semakin mengingat semuanya. Tanpa tersisa, ingatannya sudah benar-benar pulih. "Darma! Kalian sudah menyiapkan semuanya?" ucap Jingga kepada kepala pelayannya itu bertanya. "Sudah Nyonya, semua yang anda minta sudah disiapkan." jawab Darma. Menggunakan hak penuhnya atas Prahara Group yang utuh miliknya dan milik Alkala, sebuah surat dilayangkan oleh Jingga kepada Thompson and Co yang langsung menjawabnya dengan mengirimkan dua utusannya dua hari lalu. Dengan didampingi kedua utusan perwalian hukumnya, Jingga membuat banyak perombakan di dalam Prahara Group termasuk menggeser kedudukan Badai dan Frans dari posisinya saat ini. Dan hari ini, semua surat sudah selesai dilegalkan, Darma akan mengantarkan semuanya ke Prahara Group. "Jingga, kau sudha yakin?" ucap Adjie kepada istrinya itu. "Iya mas, akan lebih baik

DMCA.com Protection Status