Azan isya berkumandang di masjid terdekat. Terlihat raut wajah Bu Saodah yang sedang gunda gulana di teras rumah miliknya.Dengan tangan menopang dagu, dengan pikiran tak tentu arah, duduk termenung sendirian di malam ini.Pak Usman membawa secangkir teh hangat dan mendekati Bu Saodah dengan menantap wajahnya."Bu." Seru pak Usman pada istri.Bu Saodah hanya menoleh tak menjawab, terlihat raut wajahnya yang sendu mengartikan segala isi hatinya saat ini.Pak Usman menyodorkan teh hangat yang ia bawa ke hadapan Bu Saodah."Minum dulu Bu, mana tahu hati Ibu bisa sedikit lega!" kata pak Usman. Bu Saodah menoleh ke arah secangkir teh yang ada di tangan pak Usman dengan perlahan meraihnya, walau beberapa kali Pak Usman harus membujuk sang istri.Setelah Bu Saodah meraih teh hangat dari tangan suaminya. Pak Usman meletakkan daging bokongnya di samping sisi Bu Saodah.Dengan lirih pak Usman berkata, "Ibu masih memikirkan keberadaan Lisa ya Bu?"Bu Saodah hanya menatap sesaat pada pak Usman."
Sejak Lisa pergi dari kehidupan Tomi dan sejak itulah Tomi menjalin kasih bersama Juli, seorang janda anak dua. Walau Juli berstatus janda akan tetapi dirinya tak kalah cantik dan menawan layaknya seorang gadis.Berkulit putih, ayu rupawan, rambut lurus yang diberi warna kecoklatan bagaikan bule luar negeri dengan bulu mata yang cetar menambah kecantikan fisik Juli di mata para lelaki.Juli juga tak pernah sungkan untuk berkunjung dan berpergian bersama Tomi maupun bersama Ibu Tomi sekalipun.Bahkan gunjingan para tetangga kerap tak dianggap oleh mereka.Sejak kepergian Lisa, para tetangga sekeliling selalu membicarakan tentang kedekatan Tomi bersama Juli janda anak dua itu.Mereka juga sering sekali mengumpat Juli di belakang tanpa sepengetahuan Juli dan Tomi.Seperti di waktu saat Juli hendak membeli sayuran tiba-tiba para ibu-ibu membicarakannya, hingga menimbulkan kegaduhan di siang itu."Awas ibu-ibu ada janda gatal, nanti kita sibuk dengan pekerjaan rumah, suami enak-enakan sama
Siang dimana Tomi berniat untuk menemui Juli, mengajaknya jalan-jalan, serta menikmati makanan kesukaan Juli. Pria dengan postur tubuh tinggi itu dengan semangat menemui kekasihnya. Penampilan rapi dengan aroma parfum yang begitu wangi, mengenakan jeans berwarna hitam dan Hoodie putih membuat Tomi semakin tampan bila di pandang para wanita khususnya Juli.Langkah kaki Tomi menuju rumah Juli yang tak jauh dari rumahnya. Senyum sumringah terlihat jelas di raut wajah Tomi saat hendak menemui Juli."Desta, di mana Mama mu?" Tomi bertanya kepada putri sulung Juli yang berada di teras rumah sedang asyik bermain gadget.Desta menatap ke arah Tomi, "Ada, mau Desta panggilkan, Bang?" jawabnya dengan ramah.Tomi tersenyum dan mengangguk, "boleh, suruh keluar Mamanya dan bilang Bang Tomi ada di luar.""Iya, beres. Tunggu sebentar ya bang?"Desta yang langsung masuk rumah dan memberitahu ibunya yang berada di dalam.Tomi tersenyum dan kemudian duduk di kursi teras rumah Juli tanpa disuruh. saat d
Gina mendekat ke arah Lisa dan juga Gilang. Menatap ke arah keduanya, sementara Lisa hanya tertunduk saat Gina menatap dengan tajam."Kenapa Lo diem? apa maksud Lo cerita-cerita tentang masalah gue ke wanita kampung ini." Tuding Gina pada Lisa.Gilang hanya diam saat Gina melontarkan kata-kata kasar pada Lisa."Cukup Gina, cukup!"Tiba-tiba Bu Ranti telah berdiri dibelakang mereka bertiga, menoleh ke arah suara Bu Ranti."Mama," lirih Gilang setelah melihat Bu Ranti di sana."Apa yang Kamu lakukan, Gina? Mama tidak pernah mendidik anak-anak mama menjadi orang yang merendahkan orang lain."Gilang mendekat di sisi Bu Ranti."Ma, tolong mengerti. Gina gak suka dengan wanita ini, bisa saja kan dia…""Cukup Gina!" Bentak Bu Ranti."Kenapa sih mama gak pernah mau mendengar kata-kata Gina. Kita itu pernah di tipu ma, jadi jangan melakukan hal bodoh untuk kedua kalinya lagi!""Apa maksud kata-kata kamu itu, gina?" mata Bu Ranti melotot mengarah ke Gina."Maaf Ma, bu, bukan maksud Gina begitu,
Gilang meraih kursi dengan masih tercengang dengan semua menu makanan di atas meja. Dengan tatapan lapar menguasai perut yang keroncongan ketika melihat semua yang ada di meja makan."Ada acara apa ini, Ma?" tanya Gilang dengan tersenyum menatap sang Ibu.Bu Ranti yang masih mengunyah makanan tak henti-hentinya. Sementara Lisa yang melihat Gilang duduk segera membuatkan teh hangat untuk menyambut pagi yang cerah. Bahkan Lisa juga membawakan beberapa camilan yang ia buat tadi pagi, sepiring pisang goreng.Diletakkan di meja makan, dan di suguhkan untuk Gilang."Kamu makan saja, jangan banyak tanya, rugi kalau tidak cepat makan. Ini sangat enak." "Silahkan diminum, mas!" ujar Lisa dengan sedikit tersenyum."Terima kasih, Mbak Lisa." Membalas senyum Lisa.Lisa mengangguk dan meninggalkan mereka sarapan di meja makan. Sementara Lisa hendak pergi, untuk menyiram tanaman. Lisa dikejutkan dengan Bu Ranti yang tiba-tiba saja memanggil Lisa saat selesai sarapan."Mau kemana kamu bawa ember?""
"Lisa, itu kaki anak kamu kenapa?"Deg!"Kenapa sepertinya memar? apa yang telah terjadi padanya?"Mata Lisa sontak melotot karena tak di sangka oleh Lisa bahwa Bu Ranti memperhatikan kaki Kiki yang tiba-tiba saja memar."Lisa, kenapa kamu diam?"Bu Ranti terus memperhatikan Lisa dan meraih Kiki dari tangan Lisa."Ya ampun, sepertinya ini harus segera di obati." Bu Ranti memandang kaki Kiki yang memerah."Tidak perlu Bu, dikasih minyak angin saja nanti juga hilang memarnya." Jawab Lisa."Siapa yang melakukan ini pada anakmu, Lisa?" Bu Ranti menatap Lisa.Sementara Lisa hanya bisa menelan salivanya. Lisa bingung harus menjawab apa karena dirinya sendiri tak tahu siapa yang telah melakukan perbuatan keji terhadap bayi berusia tiga bulan itu."Maaf Bu, saya sendiri juga tidak tahu." Jawab Lisa dengan menunduk."Nanti ibu akan pasang cctv di kamarmu ini, agar kita sama sama tahu perbuatan siapa yang melakukannya.""Tidak usah Bu, tidak perlu, tidak apa. Tolong Bu jangan di perpanjang. Ini
Tampak di meja makan terlihat Bu Ranti yang sedikit kesal terhadap Bella yang ikut campur dengan dirinya."Maaf, Nak Bella. Walau Lisa hanya seorang Art, tapi dia begitu berjasa untuk Gilang." Jawab Bu Ranti dengan tersenyum.Bella yang tak mengerti akan arti perkataan Bu Ranti saat ini, Bella hanya menoleh ke arah Gilang dengan menatap Gilang dengan butuh penjelasan dari dirinya.Gilang terbatuk dan kemudian menetralkan dirinya di sertakan deheman sebelum memulai berbicara."Ehem.. Itu lho sayang, yang waktu itu aku ceritakan dengan kamu, Mbak Lisa itu adalah orang yang telah menolongku diwaktu aku kecelakaan waktu itu." Jelas Gilang.Bella tersenyum dengan menyipitkan kedua matanya. "Oh, kirain apa.""Memang apa yang kamu fikirkan saat ini?" tanya Bu Ranti.Bella menggeleng dan berkata, "Bella fikir, Gilang dan Lisa itu telah menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Bella." Jawaban Bella benar benar membuat Bu Ranti ingin sekali memberitahu Gilang bahwa yang sebenarnya mengkhianati Gil
Hari ini adalah hari kebahagiaan Bella, laki-laki yang Bella incar sejak dahulu, bukan karena cintanya melainkan karena hartanya. Gilang yang dikenal oleh Bella 4 bulan lalu berhasil mencintai Bella sepenuh hatinya hingga ingin menikahinya."Gak sia sia Gue bertahan empat bulan, akhirnya Gue akan menjadi nyonya Gilang dan akan menguasai hartanya. Gue akan keruk habis hartanya dan nggak akan menyisakan sedikitpun dan setelah itu gue akan menyingkirkan Bu Ranti, Gina dan juga Gilang." Kata kata licik yang terucap di bibir Bella saat berada di rumahnya.Wanita yang berusia 25 tahun itu benar benar memiliki hati busuk serta memiliki jalan fikirkan yang licik.Akan tetapi Bella tak menyadari bahwa Gina dan juga Bu Ranti telah mengetahui bahwa Bella hanya mengincar harta mereka saja, bahkan Bu Ranti juga tidak akan membiarkan Bella masuk begitu saja ke dalam keluarga mereka.Bella merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk serta tersenyum sendirian. Triiing!Suara ponsel Bella berdering, de