Share

BAB 51

Penulis: Habbi Fillah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-16 10:54:51

Pagi ini suasasana hati Carine sedang bersemangat, dia bangun lebih awal dan segera mandi, setelah berpakaian rapi dia segera pergi ke ruang makan. Disana kedua adiknya dan orangtuanya sudah menunggu untuk sarapan.

"Tumben jam segini sudah rapi, kak ?" Kata Anna adiknya sambil mengoles keju keatas roti yang dipegangnya.

"Ada kuliah pagi di kampus" jawab Carine sambil duduk disebelah Anna.

"Sekalian aku dong" lanjut carine sambil menyodorkan sepasang roti tawar ke arah Anna.

"Enak aja, bikin sendiri" tolak Anna.

Carine memasang muka cemberut.

"Sini biar Mama siapin, kau mau pake keju atau selai" mendengar perdebatan kedua putrinya, ibu Carine menawarkan diri untuk menyiapkan sarapan Carine.

"Biarin saja si Ma, biar kak Carine menyiapkan sarapannya sendiri." Jacky yang dari tadi asik dengan sarapannya,tiba-tiba ikut menyela.

"Kalian tidak senang ya kalau kakak kalian yang cantik ini dimanja sama mama." Kata Carine sambil menjulur

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 52

    Berbeda dengan kedua adik dan mamanya, papa Carine lebih cenderung tidak banyak bicara. Mungkin karna didikan militernya dan sebagai kepala keluarga, Suradinata ingin selalu terlihat tegas dan berwibawa."Apakah kau ingin Papa menyuruh Yudha mengantarmu" kata Suradinata dengan berkharisma.Carine melambaikan tangannya, "aku bisa menelponnya sendiri jika membutuhkannya, ini masih terlalu pagi, aku bisa memesan taksi online untuk mengantarkanku ke kampus".Carine mengambil roti yang sudah diolesi keju oleh mamanya, mendengar pembicaraan Carine dan suaminya, ibunya ikut berbicara."Kenapa kau tak mau pakai sopir keluarga saja, Carine""Aku sudah besar,Ma. Seharusnya aku sudah diijinkan mengendarai mobil sendiri" tolak Carine memberi alasan."Aku rasa tidak, aku tak akan mengijinkanmu membawa mobil sendiri. Kalau kau memilih taksi online itu tidak apa,atau kau bisa memakai sopir. Menurutku itu lebih baik" Suradinata memotong pembicaraan mereka d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 53

    Anna dan Carine memang memiliki karakter yang berlainan, meski mereka sama-sama perempuan yang hanya selisih umur 2 tahun, namun Anna lebih pemberani dibanding Carine."Satu saja tidak aku ijinkan, apalagi aku harus melepas kedua anak perempuanku pergi ke hutan, aku tidak akan mengijinkannya." Suradinata menegaskan."Tapi ini kegiatan kampus,Pa. Aku sebagai ketua senat mahasiswa bagaimana bisa lari dari kegiatan seperti ini. Lagi pula, Idha juga ikut""Idha yang teman SMA mu juga ikut ?" Tanya Mama Carine ikut berbicara.Sebagai seorang ibu, tentu saja ibu Carine mengenali teman-teman Carine, apalagi semasa SMA, Idha sering main ke rumah mereka dan sesekali menginap."Iya, Ma. Apakah aku terlihat seperti sedang berbohong.?"Ibu Sabrina beralih pandang ke arah suaminya, sementara Suradinata pura-pura tak mengacuhkannya dengan mengangkat gelas kopi untuk meminumnya."Tidak ada salahnya sesekali kau membiarkan putri kita pergi bersama-sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 54

    Sementara di rumah kost, Dani baru saja selesai mencuci sepeda motornya. Hanya memakai celana pendek dan kaos oblong, Dani duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap sebatang rokok.Wawan yang sudah berpakaian rapi keluar dari dalam dan langsung duduk di kursi sebelah Dani."Hari ini masih ada kuliah, wan ?" Tanya Dani kemudian."Enggak, hanya mau mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam di perpusatakan" jawab Wawan sambil mengikat tali sepatunya."Bagaimana acara kencanmu kemaren ?" Tanya wawan kemudian.Dani tersenyum dipaksakan, "kencan apaan ?""Cuma sekedar makan aja, tidak ada sesuatu yang istimewa".Wawan menatap Dani, kali ini dia bicara lebih serius."Aku tau hubunganmu dengan Novi sedang tidak baik, tapi aku harap kau tak benar-benar jatuh cinta kepada Carine, kalau sekedar kenal tidak mengapa"Dani mendesah, "kau tak perlu mengkhawatirkan aku, aku bisa menjaga perasaanku".Wawan sed

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 55

    Setelah menyelesaikan urusan di perpustakaan, Wawan menuju ruang Sema ( senat mahasiswa ). Ruang Sema memang difungsikan sebagai tempat berkumpul jika para mahasiswa akan mengadakan suatu acara ataupun membahas segala sesuatu tentang kegiatan Mahasiswa.Tanpa mengetuk pintu, Wawan langsung masuk ke dalam ruangan, di sana sudah ada Carine dan Idha serta beberapa Mahasiswa lainnya.Wawan segera mendekat ke arah Carine dan berbicara."Hai Carine, apakah Papamu bersedia meminjamkan tenda untuk kita ?"Carine dan Idha yang baru menyadari kehadiran Wawan secara bersamaan menoleh ke arah Wawan." Datang-datang langsung menanyakan tenda, bisa kah kau membuat sedikit basa-basi? " Protes Idha.Wawan cuma tersenyum, lalu menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah mereka.Carine cuma tersenyum, "aman, Papaku akan meminjamkan tenda dari kantornya"."Bagus,lah" jawab Wawan singkat."Ngomong-ngomong kenapa kau datang sendirian, Wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 56

    "Kemungkinan kedua ?" Tanya Carine penasaran. "Kemungkinan kedua..." Lanjut Wawan sengaja menggantung kalimatnya. "Kemungkinan kedua, coba kau tanya hati nuranimu". Mendengar kalimat itu,Idha mengerti. Lalu dia berkata, "Batas antara benci dan cinta kan sangat tipis, Wan." Carine cemberut, "ngomong apa sih kalian, terlalu dini kalau bahas cinta-cintaan. Dan lagian, Dani itu bukan tipe aku banget, trus mau aku taruh di mana Yudha ?" Wawan mengangguk-angguk. Mereka tidak menyadari kalau sebenarnya saat itu Dani sudah berada di ruangan itu, dia mendengar dengan jelas apa yang baru saja Carine katakan. "Berarti julukan mulut asbak tadi, artinya apa dong? " Tanya Idha kemudian. "Ya ... Tidak ada artinya apa-apa.., baru saja aku mengenalnya, masa bisa jatuh cinta dengan begitu cepatnya" kata Carine menjelaskan. "Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan,kan ? " Goda Wawan. Carine berpura-pura berp

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 57

    Dani menepuk pundak Wawan dan segera meninggalkan tempat itu tanpa menyapa Carine dan Idha.Carine yang merasa bersalah lalu berkata, " apakah dia mendengarkan semua yang aku katakan.?" Tanyanya cemas."Sepertinya begitu" jawab Wawan dengan tak acuh."Lagi pula bagaimana bisa dia tiba-tiba ada disini tanpa kita sadari" saut Idha."Dia benar-benar seperti hantu""Kamu benar,Dha" kata Carine yang mulai bisa menguasai emosinya yang sempat tak stabil."Apakah kau tadi melihat mukanya,?, Bahkan aku melihat mukanya lebih seram dari sesosok hantu" kata Carine melanjutkan."Jangan berkata begitu, kalau dia mendengar bagaimana ? Kata Idha mengingatkan.Carine yang melihat Dani sudah pergi, dengan percaya diri mengatakan." Biarkan saja dia dengar, kenyataannya memang seperti itu kok".Wawan hanya bisa menatap diam-diam ke arah Carine.Sementara Carine yang menyadari Wawan sedang memperhatikannya, berusaha bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 58

    Dani berjalan menuju Laboratorium Komputer, alasan dia meninggalkan ruang Sema bukan karna tersinggung ataupun marah dengan apa yang diucapkan oleh Carine.Baginya, setiap orang berhak menilai apapun tentang dirinya, tapi itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap dirinya. Pemikiran dan perilakunya yang cuek, membebaskan dia untuk tidak menanggapi penilaian apapun tertang dirinya. Dani adalah dirinya sendiri.Maka dari itu, alasan sebenarnya adalah karena dia tidak ingin orang yang memberikan penilaian atas dirinya menjadi subyektif karena mengetahui keberadaannya, dia berusaha membiarkan mereka menilai secara jujur terhadapnya, begitupun dengan Carine."Hai, Dan. Tumben kau kesini". Tegur Zuly, seorang petugas Lab Komputer. Mereka saling mengenal karna Zuly juga tinggal di rumah kost yang sama dengan Dani."Ada komputer kosong gak, mas ?" Tanya Dani, ketika sudah sampai di depan Lab komputer."Ada sesuatu yang harus aku kerjakan disini" kata Dani

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 59

    Dani duduk di bangku taman kampus tak jauh dari Lab komputer, di bawah pohon yang rindang dan semilir angin membuatnya merasa nyaman.Dani mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. Lalu membuka dan menyalakannya. Setelah keluar logo Windows, terlihat dari layarnya tampilan wallpaper yang terpampang foto dirinya sedang bersama Novi.Dani tertegun sejenak, "aku rasa perlu mengganti tampilan komputerku", kata Dani dalam hati, lalu dia merubah settingan dengan memgatur wallpaper secara default."Boleh aku duduk di sebelahmu?" Tanya seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan yang dirasakan Dani.Dani menoleh ke arah sumber suara itu.Carine ?Ya, suara itu adalah milik Carine.Dani kembali mengarahkan pandangannya ke layar laptopnya.Dengan tak acuh dia berkata, " tempat ini bukan milik pribadiku, jadi kau bisa memilih tempat duduk di manapun kau suka".Carine berjalan dengan ragu-ragu ke arah Dani, kemudian duduk disebelahnya da

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18

Bab terbaru

  • Di Bawah Langit Senja   95

    Selang tak berapa lama, sebuah mobil box yang dikendarai Mat Codet kembali masuk ke halaman mini market.“Dhani!” teriak Mat Codet dari atas mobil box yang di kemudikannya. Dhani memasukan kembali ponselnya dan bergegas naik ke atas mobil box dan duduk di sebelah Mat Codet.“Gimana, gimana?” tanya Mat Codet sambil mengemudikan kembali mobilnya menjauh dari mini market itu.“Gimana apanya?” tanya Dhani yang tidak tahu maksud pertanyaan Mat Codet. Separoh pikirannya masih tertuju pada sosok Carine yang masih tertinggal dalam benaknya.“Masih pura-pura saja kau ini, kau pikir aku tak lihat kau pelukan sama si .... ” Mat Codet tak meneruskan ucapannya. Ia berusaha mengingat-ingat sebuah nama yang lupa ia menyebutnya.“Siapa itu namanya, lupa abang.” Tangan Mat Codet memukul kemudi. Ia terlihat geram dengan ingatannya yang minim.“Carine, maksud abang?”“Iya, itu

  • Di Bawah Langit Senja   94

    Carine hanya memejamkan matanya ketika Dhani kembali membalurkan tisu yang sudah dibasahi cairan rivanol.“Gimana?” tanya Dhani, “enak, kan? Enggak sakit?”Carine hanya tersenyum sambil mambuka matanya. “Iya, adem,” ucap Carine tersipu.“Ademlah, kan aku yang melakukan,” gumam Dhani nyaris tak terdengar oleh Carine.“Apa ...? apa ...?“ tanya Carine penasaran, namun Carine sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Dhani.“Enggak,” elak Dhani, namun siku Carine sudah mendarat lembut di tubuhnya.“Labay,” ucap Carine diselingi senyuman.Mendapat reaksi Carine, Dhani menghindar dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Carine seraya berkata, “Oh ... jadi enggak enak nih?” ucap Dhani yang juga tersenyum, “kalau begitu biar Ulfa saja yang mengobati lukamu,” ucap Dhani kemudian sambil berpura-pura akan menaruh tisu di tangannya di atas meja.

  • Di Bawah Langit Senja   93

    Galih, nama penjual kopi keliling yang sempat kepergok Wiryo mengayuh sepedanya dengan cepat di jalanan sepanjang komplek pergudangan yang gelap. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, Galih mengendap ke bangunan ruko kecil yang hanya di sinari lampu 5 watt di depannya. Galih mengetek perlahan rolling door yang tekunci dari dalam.“Kopi item, kopi item,” ucap Galih setengah berbisik“Bisa dibungkus?” tanya seseorang dari dalam.“Satu boleh,” ujar Galih lagi. Lalu pintu kecil di sisi rolling door pun terbuka, ternyata teriakan ‘kopi item’ Galih adalah sandi yang di ucapkan untuk berkomunikai dengan orang yang berada di dalam untuk memastikan bahwa mereka adalah rekan. Galih masuk ke dalam ruko bersama sepeda goes dagangannya, sementara di dalam seseorang telah menunggu. “Tebakanmu memang benar, Yudha,” kata Galih kepada orang itu yang tak lain adalah Yudha. Galih mengambil kursi dan duduk di sebelah Yudha. “Sepertinya mereka a

  • Di Bawah Langit Senja   92

    “Apa yang kau lakukan, Carine? Bangunlah!”Carine membuka matanya dengan perlahan sambil mengangkat wajahnya. “Dhani?” Carine kembali bergumam. Matanya hampir tak percaya melihat lelaki yang berdiri di depannya. Sekonyong-konyong Carine langsung bangkit dan memeluk Dhani.“Dhani ... jangan tinggalkan aku! Kau boleh membenciku, kau boleh memakiku, tapi jangan pernah kau pergi dariku!”Tangis Carine pecah dalam pelukan Dhani, dia menumpahkan semua perasaannya ke dalam dekapan seakan tak ingin terpisahkan lagi oleh Dhani.Dhani mengangkat kepala Carine dari pelukannya, ditatapnya wajah Carine lekat-lekat, sementara Carine tak berani membalas tatapan Dhani.“Apa yang kau tangisi, Carine?”Carine tak mampu menjawab, dia kembali meneggelamkan kepalanya dalam pelukan Dhani, Dhani hanya membiarkan dan menunggu tangis Carine mereda.“Jangan tinggalkan aku, Dhani,” ucap Carine mengulan

  • Di Bawah Langit Senja   91

    Setelah beberapa saat tidak ada yang bicara, sambil membereskan berkas-berkas dan memasukan kembali ke dalam tasnya, Dhani berkata, “Pengiriman hari ini sudah selesai semua, dan untuk kiriman kopra abang, kalau nggak besok pagi, mungkin besok sore sudah tiba.”“Bagus lah, kalau begitu abang tinggal pulang dulu. Udah bau bangkai ini abang punya ketiak,” ucap Matt Codet sambil mendekatkan hidungnya ke dalam ketiaknya sendiri.“Kapan kau mampir ke rumah Abang?”“Nanti lah, Bang, pasti nanti aku mampir, tapi tidak bisa sekarang. Aku masih harus input semua pengiriman hari ini.”“Terserah kau saja lah, tapi ingat, kalau ada apa-apa cepat kau hubungi abang,” ucap Mat Codet yang sudah berdiri dan bersiap pergi.”“Kalau begitu abang pulang dulu, jangan lupa jaga baek-baek gadis-gadis cantik kau.”Mat Codet pun pergi meninggal mereka. Suasana kembali hening.“A

  • Di Bawah Langit Senja   90

    Dhani seperti menafikan keberadaan Carine, bahkan ketika Mat Codet menghampiri Carine dan Ulfa, dirinya menyibukan diri dengan lembaran kertas faktur yang diambil dari dalam tasnya.“Kalian tidak apa-apa?” tanya Mat Codet ke arah Ulfa dan Carine.Ulfa yang masih syok karena ketakutan hanya mengangguk, sementara Carine seperti tak mendengar ucapan Mat Codet, matanya masih menatap kosong ke arah Dhani.Ulfa yang menyadari tatapan kosong Carine, menarik-narik baju Carine untuk menyadarkannya.“Eh ... Iya Om, kenapa?” ucap Carine tergagap.Matt Codet hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,“Mantap kali kau, Dhani! Bisa bikin perempuan cantik ini terpana,” seloroh Mat Codet dengan logat khasnya.Dhani hanya tersenyum kecil sambil berjalan menuju ke dalam mini market.“Aku selesaikan dulu dokumen pengirimannya, Bang! Abang mau minum apa?” ucap Dhani yang sudah berada di ambang pintu

  • Di Bawah Langit Senja   89

    Pernah kita lalui semua, jerit tangis, canda tawa Kini hanya untaian kata, hanya itulah yang aku punya Tidurlah, selamat malam, lupakan sajalah aku Mimpilah dalam tidurmu bersama bintang -Drive, “Bersama bintang” Matahari hampir tenggelam ketika Carine dan Ulfa keluar dari taman Maerakaca, “Setelah dari sini, kau mau kemana, Fa?” “Tentu saja pulang, lah” “Bagaimana kalau menginap di rumahku,” ucap Carine mengusulkan. Ulfa berpikir sejenak, “Ayolah, sekali-kali kau menginap di rumahku, kita bisa bercerita sepanjang malam,” bujuk Carine. “Lagi pula, aku rasa kita akan kesulitan mendapatkan taksi dari tempat ini, aku akan menghubungi Pak Min untuk menjemput kita di sini.” “Baik lah,” ucap Ulfa akhirnya setuju. Carine mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, sesasat kemudian dia melakukan panggilan kepada pak Min, Sopir

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 88

    “Kamu udah sering kesini, Dha?” tanya Carine ketika mereka sudah turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk. “Enggak juga,” ucap Ulfa seraya menunjukan kartu langganan kepada petugas tiket masuk. Keduanya kembali berjalan ke arah wahana. “Tapi ada satu tempat yang paling sering aku kunjungi,” ucap Ulfa melanjutkan. Carine memperhatikan ucapan Ulfa dengan seksama, “Apa itu, Dha?” “Hutan Mangrove, tempatnya asri banget, setelah seharian kita disuguhkan hiruk pikuk kota Semarang, belum lagi cuaca yang begitu panas mirip di dalem Oven, hutan Mangrove ini cocok banget, Carine!” “Sekarang aku akan membawamu ke sana.” “Oh ya... untuk sampai ke hutan Mangrove, ada dua pilihan untuk menuju kesana, kita bisa berjalan kaki diatas jembatan kayu yang membentang di atas danau” “Danau?” tanya Carine yang merasa heran. Melihat sikap Carine yang benar-benar seperti orang bodoh, Ulfa berkata, “Wah... ternyat

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 87

    Carine berjalan dengan gontai meninggalkan kampus, lalu dia duduk termenung sendiri di halte menunggu taksi online yang dari tadi susah di dapatkan melalui aplikasi pemesanan.“Apakah kau sedang kurang sehat, Carine?” tanya Ulfa yang tanpa di sadari Carine sudah berdiri di hadapannya.Carine menatap ke arah Ulfa,“Enggak, Cuma dari tadi kesel aja, pesen taksi online belum dapat-dapat” jawab Carine.Ulfa tersenyum lalu duduk di sebelah Carine.“Ini masih siang, kenapa kau buru-buru pulang?”“Aku tidak ada kegiatan, jadi aku rasa aku akan pulang lebih cepat”“ow ...” ucap Ulfa singkat,“Kenapa?” tanya Carine yang melihat reaksi Ulfa.Ulfa menghela nafas,“Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman Maerakaca, di sana asik tempatnya”“Oh ya?” tanya Carine bersemangat“Seperti apa tempatnya?&rdq

DMCA.com Protection Status