Share

BAB 57

Penulis: Habbi Fillah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 21:04:16

Dani menepuk pundak Wawan dan segera meninggalkan tempat itu tanpa menyapa Carine dan Idha.

Carine yang merasa bersalah lalu berkata, " apakah dia mendengarkan semua yang aku katakan.?" Tanyanya cemas.

"Sepertinya begitu" jawab Wawan dengan tak acuh.

"Lagi pula bagaimana bisa dia tiba-tiba ada disini  tanpa kita sadari" saut Idha.

"Dia benar-benar seperti hantu"

"Kamu benar,Dha" kata Carine yang mulai bisa menguasai emosinya yang sempat tak stabil.

"Apakah kau tadi melihat mukanya,?, Bahkan aku melihat mukanya lebih seram dari sesosok hantu" kata Carine melanjutkan.

"Jangan berkata begitu, kalau dia mendengar bagaimana ? Kata Idha mengingatkan.

Carine yang melihat Dani sudah pergi, dengan percaya diri mengatakan.

" Biarkan saja dia dengar, kenyataannya memang seperti itu kok".

Wawan hanya bisa menatap diam-diam ke arah Carine.

Sementara Carine yang menyadari Wawan sedang memperhatikannya, berusaha bers

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 58

    Dani berjalan menuju Laboratorium Komputer, alasan dia meninggalkan ruang Sema bukan karna tersinggung ataupun marah dengan apa yang diucapkan oleh Carine.Baginya, setiap orang berhak menilai apapun tentang dirinya, tapi itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap dirinya. Pemikiran dan perilakunya yang cuek, membebaskan dia untuk tidak menanggapi penilaian apapun tertang dirinya. Dani adalah dirinya sendiri.Maka dari itu, alasan sebenarnya adalah karena dia tidak ingin orang yang memberikan penilaian atas dirinya menjadi subyektif karena mengetahui keberadaannya, dia berusaha membiarkan mereka menilai secara jujur terhadapnya, begitupun dengan Carine."Hai, Dan. Tumben kau kesini". Tegur Zuly, seorang petugas Lab Komputer. Mereka saling mengenal karna Zuly juga tinggal di rumah kost yang sama dengan Dani."Ada komputer kosong gak, mas ?" Tanya Dani, ketika sudah sampai di depan Lab komputer."Ada sesuatu yang harus aku kerjakan disini" kata Dani

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 59

    Dani duduk di bangku taman kampus tak jauh dari Lab komputer, di bawah pohon yang rindang dan semilir angin membuatnya merasa nyaman.Dani mengeluarkan laptopnya dari dalam tas. Lalu membuka dan menyalakannya. Setelah keluar logo Windows, terlihat dari layarnya tampilan wallpaper yang terpampang foto dirinya sedang bersama Novi.Dani tertegun sejenak, "aku rasa perlu mengganti tampilan komputerku", kata Dani dalam hati, lalu dia merubah settingan dengan memgatur wallpaper secara default."Boleh aku duduk di sebelahmu?" Tanya seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan yang dirasakan Dani.Dani menoleh ke arah sumber suara itu.Carine ?Ya, suara itu adalah milik Carine.Dani kembali mengarahkan pandangannya ke layar laptopnya.Dengan tak acuh dia berkata, " tempat ini bukan milik pribadiku, jadi kau bisa memilih tempat duduk di manapun kau suka".Carine berjalan dengan ragu-ragu ke arah Dani, kemudian duduk disebelahnya da

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 60

    Carine menghela nafas dengan berat, "sekiranya aku bersalah, aku minta maaf"Dani menoleh ke arah Carine, sambil tertawa terbahak dia berkata."Sejak kapan seorang Carine merasa bersalah dan meminta maaf ?.""Terserah apa yang kau pikirkan, yang jelas aku benar-benar ingin meminta maaf kepadamu".Dani mengernyitkan keningnya, raut wajahnya berubah menjadi lebih serius."Sejujurnya aku tak pernah memperdulikan apa yang orang katakan tentang aku, aku tak pernah peduli dengan penilain mereka tentang aku, termasuk kamu." Kata Dani dingin."Kamu bebas memilih orang yang kamu sukai untuk berteman denganmu, akupun tak pernah memaksakanmu untuk bisa memahamiku.""Lakukan yang ingin kamu lakukan, dan akupun akan melakukan apa yang hanya ingin aku lakukan, tidak ada saling memaksa dan tak perlu saling mencela".Mendengar itu, Perasaan Carine semakin merasa bersalah. Namun Dani tiba-tiba melanjutkan ucapannya."Kau tak perlu merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 61

    "Carine !!!"Sebuah panggilan mengejutkan Carine yang sempat terdiam untuk beberapa waktu lama.Carine menoleh ke arah datangnya suara itu."Yudha, kenapa kau ada disini?" Kata Carine berusaha mengendalikan emosinya yang sempat goyah.Yudha berjalan mendekati Carine dan meletakan 2 kantong besar yang di bawanya."Papamu menyuruhku membawakan ini untukmu""Oh... Maaf Yudha, aku pasti telah merepotkanmu" kata Carine dengan sungkan.Yudha tersenyum, "sama sekali enggak, aku justru bisa sekalian mengajakmu makan siang. Bagaimana ?"Carine melihat jam tangannya,lalu tanpa pikir panjang dia berkata, "tidak masalah, aku rasa memang sudah waktunya untuk makan siang""Kalau begitu, dimana aku harus menyimpan tenda ini ?"Carine berfikir sejenak."Ikuti aku, kita akan menyimpannya di ruang Sema terlebih dulu"Yudha mengikuti langkah Carine sambil membawa kembali 2 tenda yang dipinjamkan dari kantornya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 62

    Carine masuk ke dalam ruang Senat Mahasiswa tanpa mengetuk pintu yang diikuti oleh Yudha.Tanpa disadari oleh Carine sebelumnya, ruang Senat sudah dipenuhi puluhan mahasiswa, sedangkan di depan sendiri, ada Dani, Wawan dan Idha yang sepertinya sedang memimpin rapat.Semua yang hadir di dalam ruangan menatap ke arah Carine yang baru saja masuk."E... Maaf, aku tidak tau kalau sedang ada rapat" kata Carine dengan gugup."Aku membawa tenda untuk acara camping kita nanti, dimana aku harus menaruhnya? " Carine berdalih untuk menutupi kegugupannya.Tidak ada yang menjawab.Lalu Wawan berkata, "taruh saja di pojokan sana, kau bisa duduk dan bergabung bersama kami"Lalu Carine berkata kepada Yudha,"Kamu taruh saja tenda itu di sana, Yudha." Kata Carine sambil menunjuk sudut ruangan kepada Yudha."Setelah itu kamu bisa kembali lagi ke kantormu""Hey...sekarang jam istirahat, sayang. Bisakah kita pergi makan siang se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 63

    Dani mengantar Idha sampai depan rumah kostnya, tak ada yang mereka bicarakan selama dalam perjalanan. Namun ketika Idha turun dari sepeda motor Dani, ia berkata,"Apakah ada sesuatu antara kau dan Carine?".Dani menatap Idha sambil menggeleng."Aku sudah cukup mengenalmu, aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku" kata Idha kemudian.Dani sedikit ragu."Jika kau ingin bercerita, masuklah !""Aku punya banyak waktu untuk mendengarmu"Dani mematikan mesin motornya, dia hanya menarik nafas dan berkata,"Sebenarnya seperti apa Carina itu ?"Idha tak bisa menahan tawanya,"Jangan berpikir yang macam-macam, aku hanya sekedar ingin tau saja" lanjut Dani.Masih menahan sedikit tawa, Idha berkata dengan nada mengejek."Ternyata Dani yang terkenal dingin itu bisa juga tergoda sama Carine""Tapi sejujurnya, meskipun aku satu SMA dengannya, aku tidak terlalu akrab dengannya, yang aku tau dari dulu memang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 64

    Waktu berjalan begitu saja, hari pelaksanaan camping pun tiba. Semua peserta yang terbagi menjadi empat kelompok telah berkumpul di kaki gunung Ungaran sebagai pos berkumpul pertama. Selanjutnya mereka akan sedikit mendaki dengan berjalan kaki. Lokasi tempat mereka camping adalah Curug Lawe, selain kondisinya masih benar-benar alami, masih jarang para pendaki yang berkunjung ke tempat ini. Jadi tak heran jika sepanjang jalan yang akan mereka lalui masih terjal dan berbahaya, mereka juga harus pandai membuka jalan sendiri. "Hai...jono, !!! Kenapa kamu pergi camping membawa kompor ?" Seru Carine kepada Joshua. "Namaku Joshua, Kampret !!!" Balas Joshua. "Namaku juga Carine, C A R I N E, bukan Kampret" kata Carine mengejakan namanya. "Lagian kamu yang mulai duluan, memanggil nama orang seenak jidatmu sendiri" kata Joshua bersungut. Carine malah semakin meledek Joshua. "kamu itu tidak cocok pakai nama Joshua, sudah bagus aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Di Bawah Langit Senja   BAB 65

    "Jono, bawain tas ku dong" kata Carine mencoba merayu Joshua.Joshua hanya memalingkan mukanya."Eh...Joshua maksudnya" ralat Carine sambil tersenyum genit."Ayolah Joshuaku yang imut, bawain tas ku, dong""Kamu tidak kasihan apa melihat perempuan sepertiku harus membawa tas seberat"Joshua tidak bisa untuk tak perduli dengan Carine, dia akhirnya berkata."Kalau minta tolong itu yang sopan ya, bilang 'Tolong' gitu""Oh iya maaf lupa, tolong mas Joshua yang ganteng dan imut, bawain tasku ya" kata Carine yang langsung mengalungkan tasnya ke leher Joshua."Ebuseeeet, Cariiiine !!!""Berat sekali barang bawaanmu" protes Joshua yang menahan berat yang berlebih karna menggendong tasnya sendiri dan menjinjing kompor, apalagi sekarang di tambah dengan tas bawaan Carine.Idha menyikukan lengannya ke tubuh Dani."Kau lihat kelakuan Carine" kata Idha yang masih memperhatikan tingkah Carine."Kadang dia bersikap

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08

Bab terbaru

  • Di Bawah Langit Senja   95

    Selang tak berapa lama, sebuah mobil box yang dikendarai Mat Codet kembali masuk ke halaman mini market.“Dhani!” teriak Mat Codet dari atas mobil box yang di kemudikannya. Dhani memasukan kembali ponselnya dan bergegas naik ke atas mobil box dan duduk di sebelah Mat Codet.“Gimana, gimana?” tanya Mat Codet sambil mengemudikan kembali mobilnya menjauh dari mini market itu.“Gimana apanya?” tanya Dhani yang tidak tahu maksud pertanyaan Mat Codet. Separoh pikirannya masih tertuju pada sosok Carine yang masih tertinggal dalam benaknya.“Masih pura-pura saja kau ini, kau pikir aku tak lihat kau pelukan sama si .... ” Mat Codet tak meneruskan ucapannya. Ia berusaha mengingat-ingat sebuah nama yang lupa ia menyebutnya.“Siapa itu namanya, lupa abang.” Tangan Mat Codet memukul kemudi. Ia terlihat geram dengan ingatannya yang minim.“Carine, maksud abang?”“Iya, itu

  • Di Bawah Langit Senja   94

    Carine hanya memejamkan matanya ketika Dhani kembali membalurkan tisu yang sudah dibasahi cairan rivanol.“Gimana?” tanya Dhani, “enak, kan? Enggak sakit?”Carine hanya tersenyum sambil mambuka matanya. “Iya, adem,” ucap Carine tersipu.“Ademlah, kan aku yang melakukan,” gumam Dhani nyaris tak terdengar oleh Carine.“Apa ...? apa ...?“ tanya Carine penasaran, namun Carine sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Dhani.“Enggak,” elak Dhani, namun siku Carine sudah mendarat lembut di tubuhnya.“Labay,” ucap Carine diselingi senyuman.Mendapat reaksi Carine, Dhani menghindar dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Carine seraya berkata, “Oh ... jadi enggak enak nih?” ucap Dhani yang juga tersenyum, “kalau begitu biar Ulfa saja yang mengobati lukamu,” ucap Dhani kemudian sambil berpura-pura akan menaruh tisu di tangannya di atas meja.

  • Di Bawah Langit Senja   93

    Galih, nama penjual kopi keliling yang sempat kepergok Wiryo mengayuh sepedanya dengan cepat di jalanan sepanjang komplek pergudangan yang gelap. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, Galih mengendap ke bangunan ruko kecil yang hanya di sinari lampu 5 watt di depannya. Galih mengetek perlahan rolling door yang tekunci dari dalam.“Kopi item, kopi item,” ucap Galih setengah berbisik“Bisa dibungkus?” tanya seseorang dari dalam.“Satu boleh,” ujar Galih lagi. Lalu pintu kecil di sisi rolling door pun terbuka, ternyata teriakan ‘kopi item’ Galih adalah sandi yang di ucapkan untuk berkomunikai dengan orang yang berada di dalam untuk memastikan bahwa mereka adalah rekan. Galih masuk ke dalam ruko bersama sepeda goes dagangannya, sementara di dalam seseorang telah menunggu. “Tebakanmu memang benar, Yudha,” kata Galih kepada orang itu yang tak lain adalah Yudha. Galih mengambil kursi dan duduk di sebelah Yudha. “Sepertinya mereka a

  • Di Bawah Langit Senja   92

    “Apa yang kau lakukan, Carine? Bangunlah!”Carine membuka matanya dengan perlahan sambil mengangkat wajahnya. “Dhani?” Carine kembali bergumam. Matanya hampir tak percaya melihat lelaki yang berdiri di depannya. Sekonyong-konyong Carine langsung bangkit dan memeluk Dhani.“Dhani ... jangan tinggalkan aku! Kau boleh membenciku, kau boleh memakiku, tapi jangan pernah kau pergi dariku!”Tangis Carine pecah dalam pelukan Dhani, dia menumpahkan semua perasaannya ke dalam dekapan seakan tak ingin terpisahkan lagi oleh Dhani.Dhani mengangkat kepala Carine dari pelukannya, ditatapnya wajah Carine lekat-lekat, sementara Carine tak berani membalas tatapan Dhani.“Apa yang kau tangisi, Carine?”Carine tak mampu menjawab, dia kembali meneggelamkan kepalanya dalam pelukan Dhani, Dhani hanya membiarkan dan menunggu tangis Carine mereda.“Jangan tinggalkan aku, Dhani,” ucap Carine mengulan

  • Di Bawah Langit Senja   91

    Setelah beberapa saat tidak ada yang bicara, sambil membereskan berkas-berkas dan memasukan kembali ke dalam tasnya, Dhani berkata, “Pengiriman hari ini sudah selesai semua, dan untuk kiriman kopra abang, kalau nggak besok pagi, mungkin besok sore sudah tiba.”“Bagus lah, kalau begitu abang tinggal pulang dulu. Udah bau bangkai ini abang punya ketiak,” ucap Matt Codet sambil mendekatkan hidungnya ke dalam ketiaknya sendiri.“Kapan kau mampir ke rumah Abang?”“Nanti lah, Bang, pasti nanti aku mampir, tapi tidak bisa sekarang. Aku masih harus input semua pengiriman hari ini.”“Terserah kau saja lah, tapi ingat, kalau ada apa-apa cepat kau hubungi abang,” ucap Mat Codet yang sudah berdiri dan bersiap pergi.”“Kalau begitu abang pulang dulu, jangan lupa jaga baek-baek gadis-gadis cantik kau.”Mat Codet pun pergi meninggal mereka. Suasana kembali hening.“A

  • Di Bawah Langit Senja   90

    Dhani seperti menafikan keberadaan Carine, bahkan ketika Mat Codet menghampiri Carine dan Ulfa, dirinya menyibukan diri dengan lembaran kertas faktur yang diambil dari dalam tasnya.“Kalian tidak apa-apa?” tanya Mat Codet ke arah Ulfa dan Carine.Ulfa yang masih syok karena ketakutan hanya mengangguk, sementara Carine seperti tak mendengar ucapan Mat Codet, matanya masih menatap kosong ke arah Dhani.Ulfa yang menyadari tatapan kosong Carine, menarik-narik baju Carine untuk menyadarkannya.“Eh ... Iya Om, kenapa?” ucap Carine tergagap.Matt Codet hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,“Mantap kali kau, Dhani! Bisa bikin perempuan cantik ini terpana,” seloroh Mat Codet dengan logat khasnya.Dhani hanya tersenyum kecil sambil berjalan menuju ke dalam mini market.“Aku selesaikan dulu dokumen pengirimannya, Bang! Abang mau minum apa?” ucap Dhani yang sudah berada di ambang pintu

  • Di Bawah Langit Senja   89

    Pernah kita lalui semua, jerit tangis, canda tawa Kini hanya untaian kata, hanya itulah yang aku punya Tidurlah, selamat malam, lupakan sajalah aku Mimpilah dalam tidurmu bersama bintang -Drive, “Bersama bintang” Matahari hampir tenggelam ketika Carine dan Ulfa keluar dari taman Maerakaca, “Setelah dari sini, kau mau kemana, Fa?” “Tentu saja pulang, lah” “Bagaimana kalau menginap di rumahku,” ucap Carine mengusulkan. Ulfa berpikir sejenak, “Ayolah, sekali-kali kau menginap di rumahku, kita bisa bercerita sepanjang malam,” bujuk Carine. “Lagi pula, aku rasa kita akan kesulitan mendapatkan taksi dari tempat ini, aku akan menghubungi Pak Min untuk menjemput kita di sini.” “Baik lah,” ucap Ulfa akhirnya setuju. Carine mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, sesasat kemudian dia melakukan panggilan kepada pak Min, Sopir

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 88

    “Kamu udah sering kesini, Dha?” tanya Carine ketika mereka sudah turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk. “Enggak juga,” ucap Ulfa seraya menunjukan kartu langganan kepada petugas tiket masuk. Keduanya kembali berjalan ke arah wahana. “Tapi ada satu tempat yang paling sering aku kunjungi,” ucap Ulfa melanjutkan. Carine memperhatikan ucapan Ulfa dengan seksama, “Apa itu, Dha?” “Hutan Mangrove, tempatnya asri banget, setelah seharian kita disuguhkan hiruk pikuk kota Semarang, belum lagi cuaca yang begitu panas mirip di dalem Oven, hutan Mangrove ini cocok banget, Carine!” “Sekarang aku akan membawamu ke sana.” “Oh ya... untuk sampai ke hutan Mangrove, ada dua pilihan untuk menuju kesana, kita bisa berjalan kaki diatas jembatan kayu yang membentang di atas danau” “Danau?” tanya Carine yang merasa heran. Melihat sikap Carine yang benar-benar seperti orang bodoh, Ulfa berkata, “Wah... ternyat

  • Di Bawah Langit Senja   BAB 87

    Carine berjalan dengan gontai meninggalkan kampus, lalu dia duduk termenung sendiri di halte menunggu taksi online yang dari tadi susah di dapatkan melalui aplikasi pemesanan.“Apakah kau sedang kurang sehat, Carine?” tanya Ulfa yang tanpa di sadari Carine sudah berdiri di hadapannya.Carine menatap ke arah Ulfa,“Enggak, Cuma dari tadi kesel aja, pesen taksi online belum dapat-dapat” jawab Carine.Ulfa tersenyum lalu duduk di sebelah Carine.“Ini masih siang, kenapa kau buru-buru pulang?”“Aku tidak ada kegiatan, jadi aku rasa aku akan pulang lebih cepat”“ow ...” ucap Ulfa singkat,“Kenapa?” tanya Carine yang melihat reaksi Ulfa.Ulfa menghela nafas,“Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman Maerakaca, di sana asik tempatnya”“Oh ya?” tanya Carine bersemangat“Seperti apa tempatnya?&rdq

DMCA.com Protection Status