Para dokter membawa Starla ke ruang persalinan. Sementara ketika mereka berlarian menyusuri koridor, tangan Erik terus menggenggam tangan Starla, ia terus mengatakan pada Starla untuk bertahan dan bahwa ia akan terus berada di samping Starla.
Karena Erik adalah calon ayah dari sang bayi, para dokter mempersilakannya masuk untuk terus mendampingi Starla di dalam ruang persalinan. Starla terus meringis kesakitan sementara keringat terus keluar membasahi dahi.
Para dokter mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Mengatur posisi Starla agar lebih mudah nanti saat mengejan. Seorang dokter pria maju, baru saja ia menyingkap rok Starla untuk memeriksa sudah pembukaan berapa, Erik sudah mendorongnya dan mencengkeram kerah sang dokter.
“Kau pikir, apa yang akan kau lakukan?!” bentak Erik murka.
Sang dokter mengerjab, meliri
Kelahiran anak perempuan Erik menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga Jensen. Media yang haus akan berita pun langsung mempublikasikan keberadaan si jabang bayi pada dunia. Alderts dan Florin Jensen yang diburu para reporter membenarkan dengan tegas dan bangga akan kelahiran cucu ketiga mereka. Tidak ada penyanggahan atau kabar yang mereka tutupi di media sebab menurut mereka ini bukan aib, justru adalah sebuah berkah.Para wanita dan pria yang selama ini menyukai dan mengagumi ketampanan Erik berseru tidak percaya, sebab selama ini tidak ada kabar sama sekali jika pewaris utama keluarga Jensen tengah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Mereka mulai bertanya dan berspekulasi tentang siapa wanita beruntung itu dan bagaimana bisa ia melahirkan anak Erik.Seperti biasa, hal itu menjadi desas-desus umum. Banyak yang berpikiran positif tapi le
Rasanya Erik tidak pernah segugup ini dalam hidup. Ia berdiri di atas panggung altar, menyapu pandangan ke arah para tamu undangan yang sudah memenuhi halaman mansionnya.Cukup banyak yang Erik undang, mulai dari kerabat, relasi bisnis dan media. Erik sudah membicarakan hal ini dengan Alderts yang tentu langsung setuju. Sebab sang ayah sangat tau perasaan si putra. Erik tentu ingin mengumumkan pada dunia bahwa ia sudah memiliki Starla sebagai istri.Seorang pendeta diundang secara khusus ke pernikahan Erik. Seorang pendeta yang sama yang dulu juga menikahkan Alderts dan Florin di gereja. Erik terpaksa mengubah rencana pernikahan yang ia ingin adakan di gereja untuk pengucapan janji suci sebab ia baru menyadari jika ia dan Starla memiliki keyakinan yang berbeda.Tapi, itu semua tidak menjadi penghalang bagi keduanya. Sebab cinta Erik pada
Pagi ini, marilah kita berfantasi liar sejenak (Plis, ini penulis sesat, jangan diikutin) fufufufu~Yang belum punya suami, silakan melipir~ kalau kalian ingin kan jadi tydak baik untuk kesehatan pikiran (ngakak so hard).Happy reading!***“Get on your knees.”Perintah Erik begitu menyihir Starla. Tanpa pikir panjang, Starla pun menekuk kedua kaki dan langsung berlutut di atas lantai.Erik tersenyum tipis. Ia berjalan mendekati Starla yang tengah menunduk ke bawah. Di tangan Erik memegang sebuah paddle whip berwarna hitam, Erik menggunakannya untuk menyusuri bahu telanjang Starla, naik ke leher dan dagu. Erik menunduk, sementara Starla mulai mendongak untuk menyambut ciuman Erik.Klik!
Suara tangis bayi dari kamar sebelah membangunkan baik Erik maupun Starla. Keduanya beringsut duduk dan mengucek mata.Starla baru akan beranjak dari kasur saat Erik mencegahnya.“Biar aku saja, kau butuh istirahat.”“Tapi—““Istirahat, Starla. Aku tidak ingin kau demam karena kelelahan terlalu banyak begadang di malam hari.” Ucapan Erik dengan nada memerintah.Memang, meskipun ia telah menjadi suami Starla, namun sikap dominant Erik tetap ada. Pria itu masih suka mengatur pakaian yang harus Starla kenakan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.Walaupun Erik banyak memberi peraturan, namun ia juga banyak memberi kelonggaran. Erik akan menjadi seorang Master yang sungguh saat mereka hanya berdua (dan terutama ketika kegiatan sex mereka), tapi ia akan memperlaku
5 Tahun kemudian ...Desah napas dua insan terdengar bersahutan memenuhi ruang red room. Erik mempercepat gerakan pinggul sementara Starla yang berada di bawahnya hanya mampu mengerang. Matanya tertutup kain sementara bibirnya tersumpal ball gag.Beberapa menit kemudian desahan itu menjadi erangan senada, saling menjeritkan nama satu sama lain demi menimati keindahan ledakan yang mereka rasakan.“Apakah aku menyakitimu?” tanya Erik setelah kegiatan mereka usai. Dengan tubuh yang masih sama-sama telanjang, Erik menarik Starla dalam pelukan.“Tidak,” jawab Starla dengan senyum tipis. Balas memeluk Erik. Starla menyandarkan kepala di da-da bidang Erik, merasakan detak jantung yang semula kencang menjadi mulai teratur seiring berjalannya waktu.Lama mereka salin
“Kau boleh pulang sekarang.”Sebuah note kecil di kertas berwarna kuning yang baru saja Samantha terima membuat pikiran wanita itu kalut. Ia memejamkan mata, menghela napas, kemudian meremas note tersebut dan melemparnya ke tong sampah.Samantha menjatuhkan tubuh di atas kasur.Ini sudah hampir 5 tahun setelah ia meninggalkan Malaysia. Dan selama 5 tahun itu ia tinggal di Belanda, melupakan sebuah fakta yang sangat benci Samantha akui.Bahwa ia adalah anak istri siri dari salah satu Raja Malaysia.Ibu Samantha merupakan seorang yang berasal dari Amerika. Dan entah bagaimana ia tak sengaja bertemu dengan Raja Mahmood, salah satu dari 9 Raja di Malaysia. Sebab Raja Mahmood sudah memiliki istri sah, ia pun menikahi Ibu Samantha secara sembunyi-sembunyi. Hingga kemudian lahirlah Samantha.
Sebelumnya, Isaac tidak pernah tau ataupun menyangka jika selama ini Samantha terus menjaga jarak dan menolak segala macam sentuhan fisik karena suatu alasan. Dan alasan itu baru saja Isaac ketahui sekarang. Tepat ketika ia merasa telah merobek sesuatu dari dalam diri Samantha.Isaac terperanjat, kedua iris mata biru miliknya melebar karena rasa tidak percaya.“What the hell, Samantha! Kau tidak pernah mengatakan padaku jika kau masih virgin!” seru Isaac, menatap sosok wanita di bawahnya yang tengah memejamkan mata erat sambil menggigit bibir.Tuduhan Isaac membuat kedua kelopak mata Samantha terbuka, lantas ia mengernyit pada Isaac. “Kenapa orang-orang menyukai melakukan ini padahal rasanya sakit?” Samantha lantas mendorong tubuh Isaac agar mengeluarkan miliknya yang baru masuk separuh. “S
Setelah bertemu klien, Isaac tidak langsung pulang ke mansion. Ia telah mengadakan janji temu dengan tiga temannya di klub malam langganan mereka.“Aku menerima pesan dari Raja Mahmood untuk membawa Samantha kembali ke Malaysia.” Rueben memulai percakapan. Axel dan Danique mendengarkan meski sesekali mereka mengerling pada tiap wanita seksi yang lewat di kursi mereka.“Ya,” jawab Isaac. Ia menuangkan alkohol ke dalam gelas lalu meminumnya hingga tandas.“Lalu, apa rencananya?” tanya Rueben lagi.Danique tiba-tiba menggebrak meja, menatap tiga temannya bergantian. “Sudah jelas bukan? Beri saja dia tiket pulang ke Malaysia. Jangan lupa juga, kau harus menyertakan kertas bon pada Raja itu. Sudah 3 tahun lamanya ia menghentikan bayaran untuk menjaga putrinya di negara ini.”
Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan
Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun
Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s
Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak
“Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.
Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.
5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.
Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den
DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan