Share

Menunggu Hari Esok

Penulis: Jihan Alezander
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-24 20:53:08

Espen sudah merasa curiga sejak menghilangnya Starla selama satu malam. Lebih lagi ketika Starla muncul tapi tidak ada Groot bersamanya. Malah Isaac yang ia temui.

Kecurigaan Espen semakin bertambah karena hari-hari berikutnya Groot tidak juga kunjung kembali. Padahal Espen mengenal Groot cukup baik. Pria itu adalah tipe orang yang tidak akan pergi tanpa memberi kabar apalagi ini menyangkut dengan tugas dan pekerjaannya sebagai salah satu bawahan Erik.

“Selamat pagi, Tuan Jensen,” sapa Espen, masuk ke dalam ruang makan di mana Erik sedang sarapan di temani seorang koki yang berdiri di sampingnya.

Adrie yang berada dalam balik dapur melirik sekilas pada kehadiran Espen lalu melanjutkan kegiatannya; memotong-motong buah dan sayuran. Wanita paruh baya itu nampak lebih acuh dan dingin sejak ia tidak diijinkan lagi melayani Starla

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Melihat yang Tidak Semestinya

    Sudah sejak kejadian malam di mana Starla hampir diperko-sa yang menyebabkan Erik salah paham, Starla terus mengirim pesan pada Erik untuk membicarakan yang sebenarnya terjadi. Biasanya Starla mengirim pesan malam sebelum ia tidur.Tak peduli hati dan fisiknya disakiti Erik berkali-kali—bahkan memar-memar di tangan, kaki dan perut masih terlihat jelas karena Erik yang selalu mengikatnya tiap malam dengan kencang dan mencambuknya sebelum menyetubuhinya dengan paksa—Starla tetap keras kepala mengiriminya pesan.Biasanya Erik hanya akan membacanya tanpa membalas. Lalu besok di malam hari ia akan datang, Starla ingin berbicara tapi pria itu sudah langsung menyeretnya ke red room. Bermain sepuasnya dengan tubuh Starla lalu meninggalkannya begitu saja.Starla tidak pernah putus asa. Meski ia menangis saat mengirimkan pesan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Rencana yang Sempurna

    Mood Erik berantakan. Sejak bangun tidur hingga saat ini. Espen menyadarinya, bahkan rasanya seluruh karyawan juga menyadari hal itu. Terbukti dari para kaum hawa yang biasanya menatap kagum ketika Erik lewat di depan mereka, saat ini mereka lebih memilih menunduk dan menghindari bertatapan dengannya. Sebab Erik menguarkan hawa ingin membantai dan membunuh siapapun yang ia lihat.“Apakah pihak dari HMD Group sudah datang ke lokasi?” tanya Erik, berjalan tegas keluar dari pintu lobi sebuah gedung perusahaan asuransi. Salah satu perusahaan yang berada dalam naungannya.Langit sudah hampir berganti petang. Matahari sudah tenggelam berganti dengan cahaya bulan. Tapi ini baru awal malam, masih sekitar pukul setengah tujuh. Terlalu awal bagi Erik untuk mengakhiri pekerjaannya yang akhir-akhir ini sengaja ia padatkan.&ldqu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Aku Mencintaimu Erik

    Sembari menunggu Erik keluar dari bangunan bertingkat puluhan yang berfungsi sebagai apartemen, Espen sibuk dengan panggilan telepon. Ia menghubungi pihak HMD Group perihal Erik yang tidak bisa datang ke lokasi meeting. “Saya minta maaf tapi kadang sesuatu yang mendesak terjadi. Ya, ya. Tuan Jensen baik-baik saja. Sebagai ganti, dalam 10 menit, seorang perwakilan dari perusahaan kami akan datang ke sana untuk membicarakan tender ke depan agar lebih jelas. Sekali lagi, kami minta maaf yang sangat besar,” ucap Espen, kemudian menutup panggilan teleponnya. Bekerja dengan Erik terkadang memang butuh spontanitas ekstra. Pria itu bisa tiba-tiba membatalkan janji temu jika ingin. Sungguh majikan yang budiman, senang sekali mendua kali lipatkan pekerjaan Espen. Untung ia dibayar mahal. Baru saja

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sisi Gelap (1)

    Ruang kerja bernuansa cokelat kayu yang semula mewah lengkap dengan berkas, furniture kayu-kayu mahal dan buku-buku bisnis yang tertata rapi di sebuah almari kayu berpelitur mengkilat kini nampak hancur berantakan. Lampu kerja, kursi dan bahkan vas bunga yang semula nampak indah menghias ruangan telah pecah berserakan memenuhi lantai.Alih-alih sebagai ruang kerja, ruang itu kini lebih mirip seperti kapal karam yang diterjang badai dan angin putiing beliung. Dan semua itu tak luput karena perbuatan seorang pria yang memiliki surai rambut berwarna cokelat gelap.Erik, duduk di antara semua kekacauan tersebut dengan menyandarkan tubuh di atas sebuah sofa. Matanya terpejam tapi dia tidak tidur. Dahinya mengernyit tidak nyaman. Perasaannya sangat kacau.“Aku mencintaimu Erik.”Bayangan wajah Starla saat mengat

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sisi Gelap (2)

    Starla terbangun saat mengalami sebuah mimpi mengerikan. Dalam mimpi tersebut ia terlempar kembali ke masa lalu. Saat di mana ia memergoki Bima mengkhianatinya di hari hujan, saat Lion memper-kosanya, dan saat Erik mencambuknya tanpa ampun.Napas Starla tercekat. Keringat membasahi sekujur tubuh. Ia memeluk tubuhnya sendiri yang gemetar ketakutan. Ingin sekali menangis tapi air matanya tertahan di sudut mata.Butuh beberapa menit sampai Starla benar-benar menguasai diri. Menyadari bahwa itu semua hanya mimpi.Tidak apa, Starla. Hanya mimpi, manteranya dalam hati berulang kali.Menoleh ke nakas, ia mendapati ini sudah pukul 2 malam. Starla beringsut bangun. Tenggorokannya terasa kering. Dia pun pergi mengambil air minum di dapur.Dalam setengah perjalanan, ia mendengar pintu depan di buka. Awalnya Starla tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Sisi Gelap (Fin)

    Mencengkeram dagu Starla dan membenturkan punggung wanita itu ke dinding adalah hal pertama yang dilakukan oleh Erik. Starla tampak semakin pucat dari pada tadi dan membuat hati Erik semakin sakit melihatnya.“Kau pikir aku peduli soal surat kontrak sia-lan ini?!” desis Erik murka. Ia melempar surat tersebut ke sudut ruangan di mana tong sam-pah berada. Membuat kertas-kertas itu berhamburan.“Tanpa surat itu pun kau seharusnya adalah milikku! Aku membelimu seharga satu juta Euro untuk menjadikanmu bu-dak selama 3 tahun penuh!”Meski Starla kesakitan di bagian dagu, namun ia menahan diri untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya menatap Erik dingin dan mati. Air matanya serasa sudah habis karena menangis semalaman, dan ia tidak memiliki tenaga lebih lagi untuk mengeluarkan tangisan yang lain. Starla hanya ingi

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Twins

    “Dia baru saja kehilangan calon bayinya.”Saat sang dokter mengatakan hal itu, kaki Espen terasa lemas. Ia menahan napas tercekat. Matanya mengerjab tidak percaya.Sejak kapan Starla hamil?“Tidak, tidak mungkin.” Suara Adrie terisak. Ia memegang lengan dokter dengan pipi basah oleh air mata. “Dokter, dia perempuan yang kuat. Jadi bayinya juga pasti kuat. La-lagipula, ak-aku ... aku sama sekali tidak tau dia sedang hamil.”Sang dokter menghela napas, membimbing tubuh Adrie untuk duduk di kursi. Sementara Espen masih terpaku dengan pandangan setengah kosong. Pikiran pria itu berkabut.Jika Erik tahu hal ini maka ...“Dia baru saja kehilangan calon bayinya. Tapi dia masih memiliki satu yang lain.”Pikiran Espen langsung terpecah ketika sang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Kehilangan Starla

    Pertama kali pulang ke mansion, Erik langsung menuju ke kamar Starla. Langkah kakinya tegas dan cepat. Erik tau dia mungkin akan menyakiti Starla lagi namun ia tidak bisa menolak keinginan hati untuk melihatnya.Seharian bersama Amy tak lantas membuat pikiran Erik teralihkan dari Starla. Justru seiring waktu berjalan, sekuat itu bayangan Starla terus hadir. Erik bahkan tak segan memesankan taksi Amy alih-alih mengantar wanita itu pulang ke apartemen wanita itu.Ceklek ...Pintu kamar Starla dibuka. Erik mengernyit sebab suasana dingin yang ia rasa. Kamar Starla sangat gelap, tidak ada lampu yang dihidupkan.Erik pikir Starla mungkin sudah tidur, tapi ia salah sebab saat menyalakan saklar lampu, ia menemukan ranjang gadis itu rapi.“Starla?!” panggil Erik. Ia melangkah menuju kamar mandi. Menemuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01

Bab terbaru

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda (Fin)

    Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Promise

    Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Luna & Yuda

    Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda

    Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Pencuri Cilik

    “Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Isaac & Samantha (Fin)

    Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War (2)

    5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War

    Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Misi

    DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan

DMCA.com Protection Status