"Hah?" Tania tertegun mendengarnya."Kenapa? Ada masalah?" tanya Andhika sambil menengadah menatap Tania."Nggak apa-apa. Aku akan pergi memanggilnya sekarang," jawab Tania sembari tersenyum canggung. Setelah keluar dari ruang kantor, wajahnya seketika menjadi muram.Tania awalnya hanya ingin mempersulit Karen. Siapa sangka, masalah malah menjadi seperti ini. Bagaimana jika dia ketahuan setelah Regina datang nanti?Sesudah kembali ke ruang kantor, Tania yang murung melirik Karen sekilas dan mendengkus dingin. Dia berkata kepada Regina yang berada di samping, "Regina, keluarlah. Laporan yang kamu kumpul barusan mendapat pujian dari Pak Andhika.""Serius?" Regina adalah gadis bertubuh mungil yang mengenakan kacamata. Begitu mendengar Tania berkata seperti itu, dia langsung berseru dengan girang, "Bu Tania, aku akan segera keluar.""Ya." Tania mengangguk, lalu melirik para karyawan di dalam dengan dingin sambil berkata, "Kalian bekerjalah dengan baik. Laporan macam apa yang kalian kumpulk
"Baik, Pak!" sahut Regina dengan panik. Dia tidak berani bertanya terlalu banyak sehingga buru-buru keluar dari ruangan.Tania mengikutinya. Dia memberi isyarat mata kepada Regina, lalu memperingatkan, "Jangan bicara sembarangan. Ini adalah kesempatanmu untuk naik jabatan kelak. Aku sudah membantu sebisaku. Jangan sampai kamu melupakan jasaku.""Oke, Kak Tania." Regina mengangguk dengan wajah yang memerah.Tania terkekeh-kekeh, lalu menepuk bahu Regina seraya menenangkannya, "Jangan khawatir, kembali bekerja sana.""Baik." Regina menganggukkan kepalanya.Setelah kembali ke ruang kantor, keduanya sama sekali tidak mengungkit kejadian barusan, seolah-olah ide dan laporan tersebut memang ditulis oleh Regina sendiri.Menjelang jam pulang kerja, Tania pun hendak pergi. Karyawan lainnya menatap Karen dengan iba, lalu menggeleng dan meninggalkan ruang kantor.Sementara itu, Karen terpaksa menghadapi Lena seorang diri.Hingga pukul 22.00, Karen baru berjalan keluar dari gedung perusahaan denga
"Ada apa?" tanya Sherin dengan susah payah. Dia merasa agak sesak napas sekarang. Dia tahu bahwa keluarganya menjalankan tugas mulia, juga tahu ada banyak bahaya yang tersembunyi di balik tugas ini."Henry dalam masalah," jawab Darma dengan lirih di luar pintu.Sherin bergidik mendengarnya. Dia turun dari ranjang dengan tubuh yang gemetaran. Suaranya pun terdengar panik saat bertanya, "Darma, apa yang terjadi dengan Henry?""Nyonya, aku nggak bisa menjelaskannya secara rinci sekarang. Tolong kamu ikut dengan kami," ujar Darma dengan serius."Ya, ya," sahut Sherin sambil mengenakan pakaiannya dengan terburu-buru. Kemudian, dia membuka pintu kamarnya dengan gemetaran.Sherin tahu bahwa masalah ini sangat serius. Jika tidak, Darma tidak mungkin datang ke tempatnya di jam seperti ini.Sesudah mendorong pintu, Sherin berjalan ke luar dengan terhuyung-huyung.Darma segera memapah Sherin. Dia menopang lengan Sherin, lalu membawanya masuk ke mobil.Mobil pun keluar dari kediaman, lalu melewati
"Ibu, tenangkan dirimu dulu. Kak Henry sudah dibawa ke rumah sakit, dia pasti akan baik-baik saja," ujar Sandra sambil menghapus air matanya.Sherin menggigit bibirnya, tatapannya terlihat agak hampa.Saat ini, pintu ruang operasi dibuka. Terlihat 2 orang dokter yang mengenakan masker berjalan ke luar."Dokter, gimana kondisi kakakku?" tanya Sandra yang buru-buru maju."Maaf sekali, kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Devin menghela napas, lalu menunduk dan menjelaskan dengan ekspresi bersalah, "Kalian terlambat mengantar pasien. Selain itu, kami nggak pernah bertemu racun yang ada di tubuhnya. Nggak ada obat yang bisa membantunya ...."Tubuh Sandra gemetaran saat mendengarnya. Dia bergumam, "Nggak mungkin ....""Henry ...," gumam Sherin dengan lirih sembari menghapus air matanya."Kalian cepat masuk. Mungkin, kalian masih bisa bertemu dengannya untuk yang terakhir kali," kata Devin yang merasa bersalah sambil menyingkir ke samping. Dia tampak sangat sedih.Albert menarik napas da
Belasan menit kemudian, Nicholas akhirnya tiba di rumah sakit dengan membawa Howard."Nicholas ...." Begitu melihatnya, Sherin langsung menangis sembari memohon, "Tolong bantu Bibi. Anggap saja Bibi berutang nyawa padamu.""Bibi, nggak usah begini. Biarkan kami melihat kondisinya dulu," sahut Nicholas dengan lirih."Ya, ya. Kemari." Sherin menarik tangan Nicholas sambil membawanya ke ranjang pasien Henry.Begitu mengamati tubuh Henry sekilas, ekspresi Nicholas sontak berubah.Tubuh Henry seakan-akan dikelilingi oleh gas hitam yang bisa menyebar sehingga membuatnya tampak sangat suram. Wajahnya yang maskulin menjadi pucat pasi sekarang. Bahkan, terlihat ekspresi ganas yang memiliki kecenderungan menyebar."Gimana?" tanya Nicholas seraya menoleh menatap Howard."Agak sulit," jawab Howard dengan ekspresi serius.Sherin yang berdiri di sebelah tentu mendengarnya. Dia segera bertanya dengan terkejut, "Nicholas, Dokter Howard, apa kalian sudah punya cara?""Masih belum bisa dipastikan. Kita
"Waktu pasien sudah nggak banyak. Cepat bawa semua orang keluar," perintah Howard setelah menarik napas dalam-dalam."Baik. Keluar, semuanya!" teriak Sherin seraya melambaikan tangannya."Kalian menyerahkan pasien kepada dokter desa? Kalian ini benar-benar nggak bertanggung jawab." Devin melanjutkan, "Peralatan di rumah sakit ini memang bukan yang terbaik, tapi nggak kalah dari yang lain. Aku saja nggak bisa menyelamatkannya, apalagi orang lain!"Albert mengernyit melihat semua ini. Dia menatap Sherin yang penuh waspada, lalu menghela napas dan akhirnya keluar.Albert tidak percaya bahwa Nicholas bisa menyelamatkan putranya, juga tidak percaya istrinya bisa memberi mereka kejutan. Dia yakin bahwa semua ini hanya trik murahan Nicholas agar orang-orang memiliki kesan baik terhadapnya. Dengan demikian, dia akan memiliki keuntungan di masa depan.Lagi pula, berhasil atau tidak, Albert tetap akan berutang budi kepada Nicholas karena dia telah berusaha membantu mereka."Kalau sampai terjadi
Albert menengadah dan melirik Devin dengan sinis.Devin meneruskan, "Maksudku sangat jelas. Orang seperti ini hanya ingin mendekati keluarga kalian. Setengah jam sudah lewat sekarang. Henry mungkin nggak bisa bertahan lama lagi!"Mendengar perkataan ini, Albert merasa makin kesal. Dia pun bangkit dari tempat duduknya dengan marah."Hanya kamu yang memercayainya. Kalau itu aku, aku pasti sudah mengusirnya dan menelepon polisi. Dia mencelakai nyawa seseorang demi kepentingannya sendiri. Entah berapa orang yang sudah ditipunya, entah berapa nyawa yang sudah dicelakainya!" ujar Devin dengan gusar. Rasanya, dia ingin sekali memaki Nicholas sekarang juga.Raut wajah Albert dan lainnya makin murung setelah mendengarnya. Terutama Sherin, dia sudah mengepalkan tangannya dengan sangat erat."Kalau dia melakukan semua ini hanya untuk mendekati keluargaku, aku nggak akan melepaskannya!" ancam Albert dengan dingin.Krek ....Pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka, lalu terlihat Nicholas berjalan ke
Sandra menatap Nicholas dengan tatapan penuh arti. Sementara itu, Ruby dan Wilson hanya diam. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa sekarang."Nyonya Sherin, kalau nggak ada urusan lain lagi, aku akan pulang dulu," ucap Nicholas yang berdiri di samping dengan lirih."Ya. Nicholas, terima kasih banyak. Setelah Bibi sembuh, Bibi akan masak makanan enak untukmu," janji Sherin seraya menyeka air matanya."Oke." Nicholas pun tersenyum mendengarnya. Dia benar-benar senang sekarang.Setelah keluar dari ruang operasi, Nicholas baru menghela napas lega. Dia sangat gembira dengan apa yang dilakukannya hari ini.Sandra mengikuti Nicholas keluar. Dia ingin berterima kasih, tetapi tidak bisa menyebutkannya. Jadi, dia hanya berkata dengan ekspresi datar, "Aku akan mentraktirmu makan lain hari."Nicholas pun memiringkan kepalanya dan meliriknya sekilas. Kemudian, dia tersenyum sambil berjalan pergi."Hei, apa maksudmu?" tanya Sandra dengan kesal saat melihat penampilan Nicholas yang seperti itu.Nam
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,