Sherly baru menyadari apa yang terjadi sekarang. Ketika menoleh untuk menatap Monica, dia pun merasa agak gelisah. Ternyata, yang membuat masalah bukan Nicholas, melainkan putrinya sendiri? Monica menginjak sepatu gadis ini hingga rusak?Dua ratus juta? Memangnya berapa penghasilan toko kecil ini dalam setahun? Jika mengesampingkan biaya kehidupan sehari-hari, total penghasilan mereka bahkan kurang dari 200 juta.Monica juga terkejut mendengarnya. Begitu teringat pada nominal tersebut, dia pun bergidik ngeri."Kenapa terdiam?" tanya Rhea sambil menatap Monica dan Sherly dengan tatapan menghina."Sebenarnya, kami kemari bukan untuk meminta kalian ganti rugi." Jansen akhirnya berdiri saat ini. Dia menatap orang-orang di sekitarnya, lalu tersenyum ramah sambil menjelaskan, "Kami hanya ingin bertemu Tuan Nicholas. Tapi, rupanya kalian nggak mengenalnya."Nicholas? Sherly merinding, bulu kuduknya meremang.Orang-orang ini datang kemari untuk menemui Nicholas?"Kami mengenal Nicholas." Sherl
Tidak ada yang menjawab?Raut wajah Monica seketika menjadi muram. Dia menggenggam ponselnya dengan ringan dan merasa bingung untuk sesaat. Berdasarkan sikapnya terhadap Nicholas dulu, sepertinya wajar saja kalau Nicholas menolak untuk menjawab panggilannya."Gimana? Nicholas ada di mana?" tanya Sherly yang berada di dalam mobil dengan nada mendesak. Dia tidak pernah menaiki mobil semewah ini sehingga tidak berani bergerak terlalu banyak."Nicholas nggak jawab ...," gumam Monica dengan agak kecewa."Coba telepon sekali lagi," perintah Sherly. Seingatnya, Nicholas tidak suka menjawab panggilan dari Monica dulu.Monica menengadah dengan susah payah. Dia bisa merasakan bahwa tatapan orang-orang yang ada di dalam mobil sedang tertuju padanya, terutama tatapan merendahkan Rhea yang terlihat seperti orang yang akan marah.Jadi, Monica segera menekan tombol membuat panggilan untuk menghubungi Nicholas.Tut tut tut ....Nada sambung terdengar sesaat, lalu diikuti dengan suara Nicholas yang aga
Monica tertegun sejenak, lalu bergegas mengangguk dan menjawab, "Ya.""Silakan lewat sini." Manajer itu berbalik dan berjalan menuju lift. Kemudian, dia menambahkan, "Pak Nicholas bilang, kamu bisa langsung menggunakan lift khusus para atasan dan langsung naik ke lantai 88.""Baik," ujar Monica sembari mengangguk dengan bingung.Jansen, Warren, dan Rhea pun bersikap rendah hati sekarang. Mereka berani bersikap lancang di kedai makanan, tetapi tidak di sini. Jika tidak, mereka mungkin tidak akan bisa keluar dari Kota Mano lagi.Ting tong ....Begitu tiba di lantai 88, mereka melihat sebuah aula kantor yang sangat luas.Desain aulanya sangat berwarna. Bagian tengahnya adalah tanaman hijau, sementara di kedua sisinya terdapat sungai dan jembatan. Bahkan, ada beberapa ekor ikan mas yang berenang di dalamnya. Di sekitar aula ini pun terdapat jembatan yang terjalin satu sama lain. Bisa dilihat bahwa jembatan-jembatan ini diukir dengan pola yang sangat indah.Warren dan Rhea sudah sering data
Warren dan Rhea bergidik ketakutan melihatnya. Mereka tidak menyangka bahwa Nicholas akan bersikap sedingin ini."Tuan Nicholas, tolong maafkan kami. Kami benar-benar butuh bantuanmu. Kalau nggak, kami nggak akan mengambil langkah seperti ini," jelas Jansen yang merasa agak kecewa.Kemudian, dia segera merendahkan diri dengan melanjutkan, "Kami benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin. Kami juga sudah menjelaskan kepada Monica dan berjanji masalah seperti ini nggak akan terjadi lagi."Tatapan Nicholas tetap terlihat dingin. Bisa dikatakan bahwa kedai makanan itu termasuk titik lemah Nicholas. Namun, ini bukan karena Sherly ataupun Monica, melainkan karena Charles.Ketika terjebak dalam kebuntuan hidup waktu itu, orang yang membantunya tidak lain adalah Charles. Nicholas tidak berani melupakan kebaikannya ini.Jansen mungkin memang ingin meminta maaf kepadanya, tetapi berani sekali dia mengganggu Charles?"Tuan Nicholas, maaf sekali," kata Jansen dengan lirih lagi saat melihat Nicho
Jansen menghentikan langkah kakinya, lalu menimpali, "Bagus kalau kamu punya ambisi seperti ini. Tapi, kamu harus mengambil tindakan.""Kakakku pasti bisa!" seru Rhea yang berada di samping.Jansen menghela napas, lalu berjalan ke luar tanpa berbicara lagi.Di sisi lain, Monica yang masih berada di ruang tamu menenangkan dirinya dulu, lalu membawa Sherly berjalan menuju lift."Benar-benar nggak sopan. Masa dia nggak mengantar kita keluar ...," gumam Sherly.Monica terus menunduk dan merasa muram sejak tadi. Nicholas jelas-jelas tidak berutang budi pada Monica, tetapi masih bersikap begitu baik padanya. Sebenarnya, jika Nicholas ingin membalas dendam padanya, Monica mungkin sudah lama mati.Saat ini, Nicholas berdiri di depan jendela ruang kantornya. Setelah melihat mereka semua pergi, dia baru menghela napas dan mengalihkan pandangannya.Orang-orang jahat ini benar-benar merepotkan.Nicholas telah mendengar beberapa kejadian yang menimpa Clear Group di Kota Modu. Sementara itu, hanya C
Sherin berkata, "Keterampilan memasakku ini adalah hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun. Aku nggak berani melupakannya sedikit pun. Ketika masih muda, aku suka memasak di dapur. Aku merasa dapur adalah medan perangku, sama seperti medan perang pamanmu.""Aku melayaninya dengan sepenuh hati supaya dia bisa bekerja dan melindungi negara dengan baik," jelas Sherin. Ekspresi bangga perlahan-lahan muncul di wajahnya.Nicholas tersenyum sembari menyahut, "Memang seharusnya begitu."Saat ini, Howard berdeham dan berkata, "Denyut nadimu cukup baik, tapi kamu harus beristirahat dan memulihkan diri untuk sementara waktu ini.""Hais, tubuhku ini. Aku tahu makan obat juga nggak akan berguna," ujar Sherin seraya menghela napas.Kemudian, Howard melepaskan tangannya dan mencari kertas untuk menulis resep obat.Nicholas mengobrol dengan Sherin di samping. Dia merasa agak cemas saat teringat pada Howard yang mengernyit barusan. Penampilannya seolah-olah menyiratkan ada masalah besar pada kesehata
"Pak Andhika, laporan para karyawan baru sudah ada di tanganku. Apa aku harus menyerahkannya kepadamu sekarang juga?" tanya Tania yang sudah tersenyum sekarang.Andhika menengadah dan melirik Tania sekilas, lalu menjawab, "Ya, bawa kemari. Apa ada bibit unggul yang bisa dibina perusahaan kali ini?""Bibit unggul? Nggak ada. Mereka semua benar-benar nggak becus," sahut Tania seraya mencebik. Dia teringat pada Karen.Sejujurnya, dari pelatihan beberapa hari ini, Tania bisa menilai bahwa Karen adalah orang yang sangat giat dan kinerjanya juga yang paling bagus. Sayangnya, kecerdasan emosionalnya terlalu rendah. Karen bahkan berani menolaknya. Jadi, kelak bagaimana mereka bisa membinanya?"Oh." Andhika menghela napas sambil menerima dokumen-dokumen tersebut. Kemudian, dia berkata, "Kamu sudah boleh keluar. Kalau ada waktu, aku akan mencarimu nanti.""Baik," ujar Tania sembari mengangguk. Setelah keluar dari ruang kantor, dia kebetulan bertemu dengan instruktur para karyawan baru. Tania pun
"Hah?" Tania tertegun mendengarnya."Kenapa? Ada masalah?" tanya Andhika sambil menengadah menatap Tania."Nggak apa-apa. Aku akan pergi memanggilnya sekarang," jawab Tania sembari tersenyum canggung. Setelah keluar dari ruang kantor, wajahnya seketika menjadi muram.Tania awalnya hanya ingin mempersulit Karen. Siapa sangka, masalah malah menjadi seperti ini. Bagaimana jika dia ketahuan setelah Regina datang nanti?Sesudah kembali ke ruang kantor, Tania yang murung melirik Karen sekilas dan mendengkus dingin. Dia berkata kepada Regina yang berada di samping, "Regina, keluarlah. Laporan yang kamu kumpul barusan mendapat pujian dari Pak Andhika.""Serius?" Regina adalah gadis bertubuh mungil yang mengenakan kacamata. Begitu mendengar Tania berkata seperti itu, dia langsung berseru dengan girang, "Bu Tania, aku akan segera keluar.""Ya." Tania mengangguk, lalu melirik para karyawan di dalam dengan dingin sambil berkata, "Kalian bekerjalah dengan baik. Laporan macam apa yang kalian kumpulk
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,