Nicholas merasa agak malu, "Aku tidak terlalu mengerti, tapi guruku paham dengan kedokteran!""Tidak usah! Kalau mau merawat kesehatan, sebaiknya langsung ke rumah sakit saja! Daripada sembarangan minum obat tradisional, nanti malah jadi penyakitan!" tolak Albert dengan suara dingin."Benar, Bu. Kalau Ibu mau menjaga kesehatan, lain kali aku akan membawa Ibu ke rumah sakit. Lebih baik daripada mencari orang yang tidak jelas untuk merawat Anda, bukan?" Ruby berkata dengan nada sinis, "Entah apa niat orang itu. Kalau sampai ada masalah dengan kesehatan Ibu setelah dirawatnya, kita akan menyesal!""Ya, Bu, benar kata Ruby!" Wilson juga berkata, "Sekarang banyak penipu, kita harus berhati-hati. Ada orang yang terlihat baik, tetapi sebenarnya kita tidak tahu apa yang mereka pikirkan!"Mendengarkan ucapan ini, Nicholas merasa agak tersinggung, tetapi dia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.Wajah Nyonya Sherin menjadi muram menatap Albert.Albert merasa agak tidak nyaman, tetapi dia tidak
Peter tertegun sejenak. Dia baru melihat Wilson yang baru ditemuinya beberapa hari ini. Namun, keduanya tidak dekat sehingga Peter hanya mengangguk ringan sebagai bentuk sapaan."Aku kemari hanya untuk menjemput orang. Aku akan segera pergi," kata Peter."Menjemput orang?" tanya Wilson dengan heran.Begitu melihat Peter, mata Ruby langsung berbinar-binar. Wilson mengatakan bahwa Peter adalah bos dari Ventura Capital Finance saat memperkenalkannya waktu itu. Kekayaan dan kemampuan Peter benar-benar tak tertandingi. Orang seperti ini tentu sangat menarik perhatian. Hanya saja, Ruby merasa gugup saat mendengar Peter mengatakan dia datang untuk menjemput seseorang."Menjemput siapa?" tanya Ruby dengan spontan. Dia masih linglung saat ini.Saat ini, Nicholas berjalan ke luar. Sherin yang berada di samping berkata dengan agak sedih, "Kalau ada waktu lagi, aku akan mengundangmu untuk makan. Jangan sampai para bajingan di keluargaku ini mengusikmu.""Anda terlalu sungkan," sahut Nicholas semba
Bam! Sherin sontak menggebrak meja, bahkan sendok yang digunakannya terbang dibuatnya.Kemudian, dia memaki, "Dasar nggak tahu malu. Keluarga ini benar-benar membuatku muak. Kalian akan mendapatkan balasannya nanti!"Selesai berbicara, Sherin langsung bangkit dan berjalan masuk ke kamarnya.Senyuman di wajah Ruby pun membeku. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk sesaat.Wilson menunduk dan tersenyum canggung, lalu berkata kepada Albert, "Ayah, aku nggak sibuk hari ini. Aku akan menemanimu minum.""Sejak kapan kamu punya kesibukan?" timpal Albert seraya bangkit dari kursinya. Kemudian, dia langsung masuk ke kamarnya.Raut wajah Wilson seketika membeku mendengarnya.Melihat ini, Sandra pun mengernyit. Setelah menggeleng, dia berjalan ke luar."Sandra, kalau kamu punya waktu, jangan lupa lebih sering berkomunikasi dengan Nicholas." Wilson tidak lupa untuk mengingatkan.Sandra hanya memasang ekspresi dingin tanpa mengatakan apa pun.Sore harinya, Karen akhirnya pulang kerja. Dia berja
Karen benar-benar jengkel saat mendengar pertanyaan ini. Dia menyahut, "Nicholas sangat hebat.""Hebat? Apanya yang hebat? Maksudmu, hebat karena berhasil menipumu?" Tania menggeleng, lalu menghela napas dan meneruskan, "Kamu ini benar-benar bodoh. Kamu belum terjun ke masyarakat, jadi masih kurang paham dengan dunia ini.""Di dunia ini, ada pecundang yang nggak bisa apa-apa, tapi selalu ingin berkencan dengan gadis cantik. Setelah bosan, pria seperti itu akan mencampakkanmu tanpa berkorban apa pun untukmu. Saat itu tiba, kamu hanya bisa menangis," jelas Tania.Karen mengernyit mendengarnya. Dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela."Bagus kalau Nicholas memang punya kemampuan. Kalau nggak, untuk apa bersamanya? Kamu hanya akan menyia-nyiakan masa mudamu." Tania menghela napas lagi, lalu melanjutkan, "Karen, coba kamu pikir, apa ada untungnya kamu bersama Nicholas? Kalau nggak ada, lebih baik aku perkenalkan pria lain untukmu.""Aku punya adik sepupu yang baru berusia 30 tahun. Dia
"Hah?" Karen tertegun mendengarnya. Dia teringat bahwa dirinya selalu tidur bersama Nicholas beberapa hari ini. Meskipun tidak terjadi apa pun, dia tetap saja merasa malu karena diungkit oleh anak kecil seperti Lily."Aku melihatnya di TV. Kalau si pria pulang malam dan bau alkohol, pacar mereka pasti melarang mereka tidur di ranjang. Dengan begini, wanita baru bisa memiliki status yang lebih tinggi," jelas Lily sembari melipat kedua lengannya. Penampilannya ini terlihat seperti orang dewasa.Karen tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Lily, tetapi dia tergelak melihatnya. Setelah dipikir-pikir, perkataan Lily cukup masuk akal juga.'Apa aku harus melarang Nicholas tidur di ranjang malam ini?' batin Karen. Begitu memikirkan hal ini, wajahnya langsung memerah. Kemudian, dia menunduk sambil melanjutkan ringkasannya dengan gelisah.Saat ini, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dari lantai bawah.Lily langsung melompat dari kursinya, lalu berlari ke pintu masuk. Dia melihat Nichola
"Hector, aku nggak suka caramu berbicara," ujar Joan seraya menahan amarahnya.Hector pun terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Apa kamu masih ingat ajaran Bibi Kedua kepada Nicholas?"Joan mengernyit, seolah-olah teringat pada sesuatu."Ingatanmu seharusnya masih bagus. Bibi Kedua pernah membawa Nicholas pergi dari kediaman. Meski Nicholas masih kecil, Bibi Kedua selalu pergi bersamanya 3 sampai 5 bulan setiap tahun. Kita nggak tahu apa alasannya waktu itu. Bibi Kedua juga hanya bilang Nicholas harus bertemu dengan teman masa kecilnya," jelas Hector sambil menjilat bibirnya dengan tatapan yang antusias."Maksudmu, teman masa kecilnya itu adalah orang-orang dari Kerajaan Gelita?" tanya Joan."Aku rasa begitu, tapi hal ini masih belum bisa dipastikan. Kalau ada kabar lain, aku akan memberimu beberapa petunjuk. Bagaimanapun, kita ini saingan sekaligus rekan, 'kan?" sahut Hector sembari tertawa terbahak-bahak.Kemudian, dia melanjutkan dengan tatapan misterius, "Kak Joan, apa kamu tertarik data
Charles kehabisan kata-kata untuk sesaat. Dia mendengkus sebelum membalas, "Aku nggak pernah membuatmu kelaparan.""Apa maksudmu?" Sherly menoleh, lalu memelototi Charles dan memaki, "Kalau tahu kamu begitu nggak berguna, aku nggak akan menikah denganmu. Aku benar-benar sudah dibutakan waktu itu! Lihatlah dirimu yang pecundang. Kamu nggak punya kemampuan apa-apa!"Charles sungguh murka mendengarnya. Namun, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, melainkan langsung berjalan ke dapur.Sherly mengerlingkan matanya. Dia merebut kain di tangan Monica, lalu tersenyum sembari berkata, "Putriku, kamu harus membuka matamu lebar-lebar saat mencari suami nanti. Jangan cari yang nggak berguna seperti ayahmu. Setidaknya, cari yang seperti Nicholas. Oh, bukan, kamu harus cari yang lebih kaya dari Nicholas!"Tubuh Monica gemetaran saat mendengar ini. Dia hanya menunduk dan tidak berbicara."Nicholas ini keterlaluan sekali. Dia sudah lama nggak datang. Padahal, kuliah sedang libur sekarang. Sia-sia ki
"Kalian benar-benar mengenal Nicholas?" tanya Rhea yang penasaran setelah mendengar ucapan Sherly.Sherly tertegun sejenak, lalu tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja kenal. Dulu, dia bahkan bekerja di toko kami. Kalau kami nggak memberinya makan waktu itu, mana mungkin dia bisa seperti sekarang ini? Dia pasti sudah mati kelaparan!""Ibu ...," panggil Monica yang bergegas menghampiri dan menarik Sherly.Monica pun heran melihatnya. Dia bertanya, "Ada apa denganmu hari ini? Faktanya memang begitu. Nicholas memang bekerja di toko kita dan makan makanan kita.""Aku memang mengenal Nicholas. Tapi, kalau kalian ingin mencari masalah dengannya, maaf sekali, dia sudah nggak bekerja di sini," ujar Monica dengan kesal setelah mendorong Sherly ke samping."Mencari masalah?" Sherly kebingungan. Setelah melihat tangan kanan putrinya, dia pun sepertinya paham akan sesuatu.Kemarin, pergelangan tangan Monica sudah terluka saat pulang. Hari ini, tiba-tiba datang orang yang ingin mencari Nicholas. Me
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,