Sekelompok orang itu berjalan menuju kamar pasien Nicholas. Radi memimpin di depan dan memberikan isyarat kepada beberapa orang di belakang untuk mengikutinya."Dia berada di kamar pasien paling dalam!" Ruby menunjuk dan berkata dengan semangat, "Radi, ini adalah kesempatan besar bagimu untuk naik pangkat! Usahakan untuk menyelesaikan masalah ini dengan sempurna!""Jangan khawatir!" ujar Radi sambil mengangguk. Salah satu tangannya mengeluarkan pistol dan tangan lainnya memegang gagang pintu. Lalu, dia perlahan-lahan membuka pintu kamar pasien.Ruby berdiri di kejauhan dan melihat situasi itu sambil tersenyum sinis. Dia sudah mengantar mereka ke sana, jadi dia tidak perlu menetap lagi. Di lubuk hatinya berpikir, tidak peduli seberapa hebatnya Nicholas, hari ini dia harus mati di sini!Pada saat itu, Nicholas yang berada di dalam kamar pasien juga merasakan ada yang tidak beres. Saat dia buru-buru menoleh, dia melihat pistol di tangan Radi sudah menunjuk ke arahnya. "Jangan bergerak ...
"Terima kasih atas niat baik Nona Ruby, aku masih ada urusan!" Peter menganggukkan kepala dengan pelan, lalu berbalik dan masuk ke rumah sakit.Ruby berbalik dan menatap dengan tatapan mata sedikit kagum. Peter memang tampak serius dan angkuh, tetapi jauh lebih kuat dibandingkan suaminya."Bagaimana? Itulah aura seorang bintang bisnis baru! Kabarnya dia mendapat dukungan dari seorang tokoh besar. Hanya saja, tidak tahu siapa orang itu dan entah ada kesempatan juga untuk bertemu dengannya!"Wilson mengacungkan ibu jarinya dan berbalik menuju pintu keluar. "Ayo ke pasar swalayan dulu. Mungkin nanti saat kembali, kita masih bisa bertemu Pak Peter!"Ruby menganggukkan kepala dengan pelan, tetapi hatinya merasa ada yang aneh.Di sisi lain, Peter baru saja naik ke lantai atas dan kebetulan melihat Radi menarik Nicholas keluar dari bangsal."Ada apa ini?" tanya Peter dengan heran dan kegelisahan terlintas di matanya."Pak Peter?" Radi mengenali Peter."Radi, aku rasa ada sedikit kesalahpahama
Nicholas mengangkat kepalanya, wajahnya terkejut saat menyadari yang berbicara ternyata adalah Sandra.Wajah wanita ini masih terdapat tiga garis cat minyak dan terlihat sangat bengis. Saat berbicara, tatapan matanya membuat orang tidak bisa melawannya."Huh ...." Ekspresi wajah Radi terlihat kejam dan mengeluarkan pistol dari sakunya. "Sudah kubilang, hari ini tak seorang pun yang bisa menghalangiku. Siapa pun yang berani menghalangiku, jangan salahkan aku tidak segan-segan!"Ekspresi wajah Sandra perlahan-lahan menjadi muram. "Radi, kamu ingin menembakku?""Aku akan menembak siapa pun yang menghalangiku. Jangan salahkan aku tidak memberi peringatan!" Radi berteriak dengan keras dan matanya menatap ke sekeliling. "Jangan berpikir Keluarga Sanjaya bisa mengendalikan segalanya!""Aku memang ingin mengendalikan segalanya! Aku ingin lihat, apa yang bisa kamu lakukan terhadapku!" Terdengar suara Albert yang mengejek Radi dari koridor rumah sakit.Ekspresi Radi perlahan-lahan berubah. Dia m
Memalukan!Radi tidak pernah merasa malu seperti ini sebelumnya, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Apakah dia harus mengambil risiko yang membahayakan nyawanya untuk membawa Nicholas? Jelas tidak mungkin!Radi bisa merasakan jika tadi dia bergerak lebih lambat, mungkin Albert benar-benar akan memberi perintah untuk menembaknya.Nicholas ....Radi tidak pernah membayangkan Nicholas memiliki hubungan dengan Albert.Setelah Radi pergi, ekspresi Albert juga menjadi lebih tenang. Albert melihat Nicholas dan menganggukkan kepala dengan pelan. "Kamu Nicholas? Terima kasih atas bantuanmu kali ini. Sekarang aku harus membawanya pergi untuk pemeriksaan, datanglah berkunjung kalau ada waktu ....""Anda terlalu segan!" Nicholas tersenyum dan hatinya merasa lega.Tindakan Albert tadi meninggalkan kesan yang mendalam di pikiran Nicholas. Dia tidak pernah mengira pribadi Albert bisa begitu bengis. Namun, dia juga bisa merasakan Albert membiarkannya tinggal di rumah sakit, bukan berarti dia tidak b
Dengan pemikiran Nicholas yang tajam, tentu saja dia menyadari pertanyaan Peter mengarah langsung ke Kerajaan Gelita."Sedikit penasaran!" jawab Peter dengan jujur."Cepat atau lambat, kamu akan tahu!" Nicholas tidak langsung menjawab dan tidak mengatakan apa pun pada Peter juga.Peter terdiam sejenak, tetapi akhirnya menganggukkan kepala dan berbalik menuju koridor.Nicholas berdiri sendirian di ujung koridor dengan pandangan matanya melayang ke luar jendela dan ekspresi wajahnya perlahan-lahan menjadi tenang.Terdengar suara langkah kaki dari arah belakang Nicholas.Wajah Roger penuh dengan senyuman dan membungkuk memberi hormat kepada Nicholas. "Tuan, Roger mengucapkan selamat atas keberhasilan Anda!"Nicholas tidak berpaling dan masih tetap memandang keluar jendela. "Tutup mulutmu itu, hati-hati aku akan menguburmu di sini!"Senyuman di wajah Roger menjadi kaku. "Masalahnya sudah selesai sekarang. Apa saya boleh pergi sekarang? Anda harus tahu situasi di Milaen masih belum jelas da
Nicholas mengenal Brook sejak kecil dan tahu orang ini selalu mengikuti di samping kakeknya. Konon, ada dua orang yang paling hebat di Keluarga Winata, yang satu adalah kepala pelayan dan yang lainnya adalah Brook dari tim pengawas.Keistimewaan Brook adalah kekuasaannya yang luar biasa dan orang kepercayaan kakeknya di Keluarga Winata. Bisa dibilang, dia adalah orang yang memegang kendali.Keluarga Winata yang begitu besar bisa mencapai pencapaian seperti ini berkat kontribusi yang besar dari tim pengawas."Tuan, aku ada beberapa pertanyaan untukmu!" Brook berdiri di depan meja Nicholas dengan kedua tangannya yang terkulai dan tatapan matanya terlihat dingin. "Berdasarkan informasi, ada konflik antara Sadewa dan Tuan, tapi aku sangat ingin tahu, di antara kalian berdua siapa yang mulai menyerang ...."Tubuh Nicholas bersandar di kursi. "Sadewa yang menyerang terlebih dulu!""Jadi, apa penjelasan Tuan tentang mengakuisisi Ventura Capital Finance?"Nicholas tersenyum. "Apa kamu tidak ta
Ruby masih sangat tidak senang, dia masuk ke toko dengan buru-buru.Setelah pulang ke rumah kemarin, Ruby baru menerima telepon dari Radi yang mengeluh. Dia mengatakan Nicholas telah diselamatkan oleh Albert dan membuat Ruby makin marah saat memikirkannya. Mengapa pemuda itu bisa membuat ayahnya rela melindunginya dalam urusan sebesar ini?Setelah masuk ke toko dan melihat kilauan perhiasan di dalamnya, ekspresi wajah Ruby baru menjadi jauh lebih berseri-seri."Ada sebuah mahakarya di toko ini, tapi semua orang juga tahu bahwa barang itu adalah kreasi besar dari Tuan Kevin dan hanya untuk pameran, tidak dijual ke publik!" Wilson memberi peringatan terlebih dahulu agar nanti tidak terjadi kekacauan jika istrinya ini ingin membeli mahakarya itu dan berakhir dengan kekecewaan."Aku tahu! Apa kamu takut kamu tidak sanggup membelinya?" Ruby melirik Wilson.Wilson terdiam sejenak. "Apa yang kamu katakan? Ini hanya toko perhiasan, jadi mana ada yang tidak sanggup kubeli.""Lebih baik jangan b
Nicholas memiringkan kepalanya dan melihat Karen sambil tersenyum tipis."Siapa itu? Dia kaget, ya?""Dari mana asalnya? Kenapa kampungan begini?""Benar. Jangan menghalangi jalan di sini ...."Terdengar suara tawa bergema di dalam toko dan banyak mata yang tertuju pada Karen dengan ekspresi wajah yang mengejek.Karen baru tersadar kembali dan buru-buru bergeser dari posisinya di dekat tangga. Namun, pandangannya tidak pernah beranjak dari karya itu, seolah-olah tersihir akan mahakarya tersebut.Terlihat senyuman di bibir Nicholas, dia sangat bahagia. Dia melihat Karen perlahan-lahan mendekati patung itu dengan wajah takjub.Kedua orang di karya itu terlihat seperti khayalan dan membuat mereka teringat kembali kejadian waktu itu.Nicholas menyadari Karen menggenggam tangannya makin erat dan tidak ingin melepaskannya lagi.Ruby yang berada di kejauhan kebetulan melihat Nicholas dan Karen. Dia tertegun sejenak dan terlintas kekejaman di matanya. Nicholas bukan hanya tidak ditangkap, dia
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,