"Bagus! Bagus banget! Sadewa, aku mempromosikanmu karena mengagumi keberaniannya. Tidak disangka, keberanianmu sangat mencengangkan," kata Yona sambil menggertakkan gigi."Pak Yona, satu hal yang bisa aku pastikan, aku sama sekali tidak pernah mencelakai Tuan Muda!" Sadewa terdiam selama beberapa saat, lalu berkata, "Aku berhak memihak kepada siapa pun. Setelah pertimbangan panjang, aku memilih untuk mendukung Joan.""Kamu tidak takut Joan kalah dan mati bersamanya?" tanya Yona."Tidak!" Sadewa menjawab tanpa ragu, "Setidaknya Joan lebih ada harapan dibanding Nicholas yang sama sekali tidak bisa andalkan. Pak Yona, Anda memiliki banyak pilihan, tapi tidak denganku. Anda tidak sepatutnya merebut hakku untuk memilih, itu tidak adil. Aku memilih Joan dan tidak akan pernah berubah pikiran. Berkaitan dengan Nicholas, kalau dia memang punya kemampuan untuk menjatuhkan posisiku, aku akan mengakui kemampuannya, tapi kalau tidak ... aku tidak sekejam itu. Aku bisa mempertimbangkan untuk mengamp
Gloria adalah bibinya Samantha. Gloria duduk di depan Johnson wajahnya terlihat dingin.Johnson agak tidak enak hati. Dia tahu, Gloria adalah pebisnis hemat yang terkenal berhati dingin. Meskipun tampak kejam, Gloria sangat menyayangi keponakannya, yaitu Samantha.Johnson tidak tidur semalaman, Yona dan Gloria gantian bernegosiasi. Akhirnya, Johnson baru pergi dari rumah sakit pada dini hari.Pada dini hari, Nicholas terbangun lagi. Ketika melihat ke samping, bukan Yasmine yang menjaganya, melainkan seorang wanita berusia 40 tahun yang tampak dingin.Meskipun sudah menginjak usia 40 tahun, Gloria masih terlihat awet muda. Jelas, dia merawat dirinya dengan baik.Gloria menguasai hampir setengah bisnis Keluarga Tansil. Dia adalah wanita yang sangat hebat.Begitu melihat Gloria, Nicholas ketakutan dan kembali menutup matanya. Bahkan Nicholas pun takut menghadapi Gloria."Buka matamu!" Suara Gloria terdengar mengerikan.Bibir Nicholas berkedut, dia mematuhi perintah Gloria dan bergegas mem
Karen tidak pernah tahu ada perjanjian pernikahan antara Samantha dan Nicholas. Setahunya, mereka berdua hanyalah sahabat masa kecil. Baru sekarang dia mengerti sorot mata penuh rasa iri yang terpancar dari mata Samantha. Bukan iri karena cinta, tapi iri karena dirinya sendiri. Karen merasakan kesedihan seketika membanjiri hatinya.Apakah mungkin ... Nicholas memang sama sekali bukan miliknya?"Maaf, Tante, aku sudah suka orang lain!""Kamu suka orang lain? Kamu kira, hanya karena kamu dari Keluarga Winata, aku nggak bisa menyentuhmu? Lihat saja, aku akan menghancurkanmu sekarang!" seru Gloria lantang."Jangan ...." Pada saat ini, suara Karen terdengar dari arah pintu.Nicholas mendongak, mendapati Karen tengah berbaring di ranjang rumah sakit yang kecil di dekat pintu. Raut wajahnya seketika berubah.Gloria menatap keduanya. "Ini orang yang kamu sukai?"Wajah Nicholas berubah dingin setelah melihat reaksi Gloria. "Tante sudah melihat saya bertumbuh dari kecil. Dari lubuk hati terdalam
Karen menggigit bibir bawahnya, menatap Nicholas sesaat, lalu merasakan hidungnya seakan bengkak. Air mata deras menuruni pipinya.Apa yang sedang Nicholas lakukan?Mengapa dia terus memberontak demi dirinya?"Tunggu aku di sini!" ucap Nicholas, lalu berbalik dan pergi.Karen menatap kosong punggung Nicholas. Seketika teringat dengan ucapan Gloria beberapa waktu lalu. Ragu, dia pun mengeluarkan ponselnya, membuka obrolannya dengan Samantha Tansil. Untuk waktu yang lama, Karen terdiam. Jemarinya bergeming di tempat. Mulutnya terkunci rapat.Sementara itu, tak lama setelah Nicholas pergi, ponselnya berdering. Dia mengangkat panggilan itu. Matanya memicing tajam melihat nama di layar.Joan Winata!Panggilan video tersambung. Suara bising lagu bercampur hiruk-pikuk obrolan manusia terdengar menggema. Si penelepon kemungkinan sedang di tempat pesta dansa.Nicholas memaksakan senyum. Padahal di dalam hatinya dia menyimpan sedikit kebencian terhadap perempuan itu."Nicholas? Aku dengar kamu d
Nicholas ternganga. Dalam sekejap mata, kepalan tangan si pria tua berada di depan matanya.Ekspresi kaget Nicholas membuat si pria tua mengernyitkan dahi, lalu menghela napas pelan. "Reaksimu terlalu lambat ...."Nicholas menarik napas panjang, bersandar di dinding di belakangnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Dia sangat yakin pria tua ini tidak punya niat buruk terhadap dirinya. Karena jika iya, dia sudah mati atau terluka sekarang."Yona, bocah itu yang memanggilmu." Pria tua itu menggeleng, menaruh kedua tangannya di punggung, lalu berbalik dan melangkah pergi.Nicholas bergeming di tempat dengan rasa takut menyelimuti. Susah payah dia menuruni anak tangga. Dia mendapati Yona Bramasta tengah berdiri memunggunginya di dalam sebuah ruangan. Si pria tua yang mengantarnya menatapnya dengan tatap kecewa."Paman Yona ...."Yona memutar kepalanya. Tawa kecil menyusul. Sorot matanya tampak penuh pertimbangan."Satu dari dua pembunuh internasional itu sudah tertangkap. Polisi sedang m
Nicholas mengetuk pintu terbuka. Dia melihat Gloria berdiri di dalam. Raut wajahnya tampak suram.Wajah Samantha memerah. Lehernya dikelilingi alat bantu. Suasana hatinya buruk.Kedatangan Nicholas membuat Gloria mendengus dingin. Dia bergegas melangkah keluar dari ruangan. Tak lupa memberikan tatapan dingin ke arah Nicholas.Nicholas tersenyum kaku. Dia menyingkir memberikan jalan, lalu berjalan ke samping Samantha, duduk di kursi kosong tepat di sebelah ranjang.Bulu mata panjang Samantha menari naik turun mengikuti kedipan matanya. Parasnya begitu cantik. Semenjak kecil, dia jarang sekali berduaan dengan laki-laki di sebuah ruangan. Apalagi laki-laki itu terus-menerus menatapnya. Tersipu, pipinya pun berangsur memerah."Terima kasih!" Nicholas tersenyum, berdiri, lalu menepuk lembut kepala Samantha.Samantha membeku sesaat. Waktu seolah berputar kembali ke masa kecilnya. Dulu Nicholas sering menyentuh kepalanya seperti ini. Namun Nicholas yang dulu selalu menjadi pelindungnya, sekar
Nicholas terlihat kurang senang dengan ucapan Frank. "Apa maksudmu?""Persis seperti apa yang kukatakan." Frank mengangkat bahu. "Seharusnya Anda mendengarnya dengan jelas, bukan? Walaupun saya bukan termasuk orang yang sangat rasis, tapi bisa dipastikan Jenny ini perempuan kulit putih yang terhormat. Anda mengerti maksud saya?"Ekspresi Nicholas terlihat dingin. Matanya berkedip cepat."Oke, Frank, kalau kamu terus seperti ini, sebaiknya kamu keluar dari timku!" Steve jelas-jelas terdengar tidak senang dengan provokasi muridnya.Nicholas mengalihkan pandangan dinginnya ke arah Jenny sesaat sebelum akhirnya berbalik badan dan keluar dari bandara.Steve menatap tajam Frank sesaat, lalu bergegas mengikuti Nicholas.Bella yang menonton di sisi menatap dingin Steve beserta rombongannya. Kemudian ikut melangkah keluar dari bandara.Sesampainya di mobil, Nicholas bercerita singkat mengenai kondisi cucu perempuan Kevin Shen.Steve tampak berpikir untuk beberapa waktu sambil mengangguk-angguk
"Ini cucu perempuanku, Sherina. Dokter-dokter sekalian, tolong bantu aku. Aku nggak akan melupakan kebaikan Anda sekalian kalau berhasil mengobati cucuku!" ucap Kevin dengan harapan tinggi.Nicholas mengamati di sisi sambil diam-diam menghela napas.Frank mengerucutkan bibirnya marah. Seolah tidak memedulikan ucapan Kevin. Berbeda dengan Steve dan Jenny yang terus menatap Sherina dengan tatapan sedikit terkejut."Jadi, bagaimana?" tanya Nicholas."Sementara ini aku nggak bisa melihat kondisi penyakitnya seperti apa. Aku perlu memeriksanya terlebih dulu dengan peralatan yang kubawa. Mungkin butuh waktu beberapa saat," jelas Steve.Nicholas mengangguk. Sesaat kemudian, Steve mengeluarkan dua alat medis mini dari koper di sampingnya. Ukuran kedua alat itu mungkin tidak seberapa, tapi tingkat kerumitannya jelas jauh di atas alat-alat medis portabel pada umumnya.Untuk waktu yang cukup lama, Nicholas melihat Frank menghubungkan kabel-kabel alat itu. Sampai akhirnya semua terhubung, lampu hi
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,