"Buat mereka terlihat seperti orang hilang."Yasmine mengangguk, memutar badannya, lalu menjelaskan sesuatu pada anak buahnya sebelum pergi dan menghilang di persimpangan koridor.Nicholas melangkah keluar dari ruangan hotel. Dia merenggangkan tubuhnya, merasa lelah setelah perjuangan yang panjang. Dia melihat di ujung koridor Peter sedang memandangnya dengan wajah memerah. Hati Nicholas seketika melembut. Perlahan, dia mendekati perempuan itu."Nicholas ...." Dengan perasaan bercampur aduk Yasmine menyokong tubuh Nicholas dengan tangan mungilnya.Nicholas terkekeh. "Mau bertemu dengan seseorang bersamaku?""Boleh!" Berat, Yasmine mengangguk. Sekuat tenaga dia menahan air matanya.Keduanya keluar dari lift. Tak berapa lama, mereka sampai di mobil dan meninggalkan hotel dengan meninggalkan suara raungan mesin di belakang.Nicholas tahu, semua ini masih belum berakhir. Masih ada orang lain yang perlu dia temui secara langsung. Laki-laki itu menyandarkan punggungnya di jok mobil. Matanya
Nicholas tersenyum. Dia maju dua langkah ke depan, mengulurkan tangannya, lalu menepuk lembut pergelangan tangan Sadewa. "Jangan ikut campur dengan hal-hal yang nggak seharusnya dicampuri. Kalau nggak, kamu bisa saja mengalami hal yang sama. Kalau nggak percaya, silakan saja coba sendiri.Sadewa memandang Nicholas dengan tampang tenang.Nicholas tersenyum dingin. Dia berbalik badan lalu membuka pintu mobil.Yasmine menyalakan mesin, menginjak gas, membiarkan raungan mesin menggema. Dalam sekejap mobil itu melesat jauh.Sadewa bergeming di tempat, memandang kepergian Nicholas sesaat sebelum kemudian kembali ke dalam vila."Pak Sadewa," ucap bodyguard di belakangnya dengan tatap penuh pertanyaan. "Nggak masalah! Sebagai Sadewa Quail, walau aku nggak terhormat seperti Nicholas, dia nggak akan mampu menyentuhku!" Sadewa menggertakkan giginya. "Tunggu sampai kita dapat panggilan dari perempuan itu. Kita biarkan dia menari-nari selama beberapa hari ....""Oke!" Si bodyguard mengangguk, lalu
Yasmine sama sekali tidak mengerti kehancuran apa yang akan didatangkan oleh Yona. Walau begitu, dia tahu, mulai saat ini, seisi Kota Mano tidak akan terlewat dari dampaknya. Itulah karakteristik seorang Yona Bramasta.Sejak masih kecil, Yasmine selalu bersama dengan Yona. Dia sangat mengerti kelakuan dan gaya pria itu. Dia juga tahu Yona tidak akan turun tangan menyelesaikan masalah-masalah sepele seperti pertengkaran dengan teman-teman sebayanya. Namun berbeda jika kasusnya menyangkut percobaan pembunuhan dan mengancam nyawa Nicholas. Yona tidak akan pernah tinggal diam. Jika perlu, langit pun akan dia belah secara paksa.Setelah lewat beberapa waktu, Peter masuk dari koridor.Yasmine sedikit mendongak. Rona kesepian menodai wajah cantiknya. Dia sedang tidak ingin memperhatikan kakaknya.Peter duduk di samping Yasmine tanpa berbicara. Ada perasaan rumit yang tidak dapat dijelaskan tergambar di wajah tampannya. "Kamu suka dia?" tanyanya tegas.Yasmine memasang wajah dingin. Mengabaika
"Oh!" Wajah Jackson berubah menjadi sepenuhnya datar. "Kalian nggak dilarang berada di sini, tapi tolong jangan berisik Ini rumah sakit, bukan tempat kalian bisa seenaknya berkelahi dan membunuh. Jangan merepotkanku, lebih baik pergi saja!"Peter seketika mengerutkan dahinya.Jackson menggeleng, menyengir, lalu berbalik melangkah kembali ke ruangannya.Yasmine bergegas masuk ke dalam ruang gawat darurat. Dia melihat seorang perawat sedang mendorong Nicholas keluar. Meski laki-laki itu terlihat normal, wajah Yasmine tetap pucat pasi. Sesampainya di ruang perawatan gawat darurat di sebelah, Yasmine duduk di samping Nicholas, menjaga laki-laki itu sepanjang waktu.Sementara Peter berdiri di ambang pintu, memandang adik perempuannya dengan wajah tegas. Namun di dalam hati dia tahu, dia tidak berdaya mengubah pikiran Yasmine.Tiba-tiba, sekitar delapan orang keluar dari koridor. Semuanya seketika membeku."Kak Peter!" Orang-orang itu memandang Peter dengan tatap hormat.Peter mengangguk rin
"Berikan aku nomor teleponmu. Aku akan membantumu memilih Pangeran Tampan terbaik untukmu! Kalau kamu tetap nggak puas, aku rasa aku bisa menjadi pacarmu, dan bahan lebih baik darinya di ranjang!" ucap Jackson sambil tersenyum penuh percaya diri. Dia merasakan jantungnya berdebar selagi memandang pipi Yasmine yang menyerupai batu giok.Dalam benak Jackson, dia merasa sangat mengerti tentang masalah-masalah di masyarakat saat ini. Salah satu contohnya adalah aura kuat yang dipancarkan orang-orang berprofesi dokter. Ini memudahkan mereka lebih mudah mendekati orang lain. Tidak hanya itu, nasib para pasien juga ada di tangan mereka. Terkadang dia membuat permintaan seperti ini pun, keluarga pasien biasanya tidak berani menolak meski berat hati melakukannya.Mereka akan berpikir, akankah kerabat mereka tetap mendapatkan perawatan setelah menolak?Itu sebabnya, selama ini Jackson selalu sukses. Kalimatnya tentang membantu memperkenalkan Yasmine dengan pria lain hanya alasan belaka. Sekali m
Amarah Jackson seketika meledak. "Apa yang kalian lakukan? Kalian nggak tahu ini rumah sakit? Siapa yang mengizinkan kalian masuk?!"Rumah sakit.Ini rumah sakit!Tidak sembarangan orang boleh masuk ke tempat semacam ini. Apalagi para preman yang rutinitasnya hanyalah berkelahi di luar dan baru mendatangi rumah sakit saat terluka. Benar-benar menyebalkan. Orang-orang seperti mereka seharusnya mati saja di luar sana. Mengapa harus berlari meminta pertolongan di rumah sakit ini?Terlebih lagi pasien bernama Nicholas yang baru saja dia rawat. Dia sengaja memberikan dua suntikan anestesi tambahan agar si pasien bisa langsung terlelap."Kalian bertiga ini siapa? Masih berani masuk? Kalian buta, ya?" seru Jackson.Detik itu juga, ketiga sosok itu berhenti. Salah seorang dari mereka berbalik badan dan menaikkan alis.Jackson bergegas mendekati. Amarahnya sudah tidak terbendung lagi. Namun ekspresinya seketika berubah ketika melihat wajah dari sosok yang menoleh ke arahnya. "P-Pak Rudy?""Baru
Suara keras bergema di tengah lorong yang kosong. Beberapa petugas rumah sakit yang mengenakan seragam berwarna biru merah dan topi hitam tampak berjalan sambil membawa tongkat.Seketika, wajah Peter pun terlihat masam.Rudy belum memasuki bangsal, dia menoleh ke belakang dan bertanya, “Kalian ngapain?”“Wah, ada Pak Rudy.” Jefri beranjak keluar di antara kerumunan sambil mengamati Rudy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian, Jefri memandang Peter dan Yasmine yang berdiri di belakang Rudy, lalu berkata dengan sinis, “Bukannya hari ini Pak Rudy istirahat? Kok Pak Rudy malah bersama para preman ini?”“Pak Rudy mau mengobati preman itu ….” Meskipun ekspresi Jackson terlihat masam, dia memanfaatkan kesempatan ini untuk berlagak hebat. Rudy memiliki reputasi dan kemampuan yang hebat, tetapi bukan berarti Jackson tidak memiliki penyokong. Ditambah, Jefri lumayan akrab dengan beberapa direktur rumah sakit yang juga tidak menyukai Rudy.Melihat perdebatan ini, Jackson langsung memanfaa
“Rumah sakit macam apa ini? Bukannya melindungi pasien, malah menindas pasien sendiri!” Yasmine berteriak sambil menunjuk Jackson.“Jangan sembarangan ngomong!” Jackson terlihat kesal.Jefri menatap Yasmine dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu mendengus dan bertanya, “Heh, mau nyalahin kami? Kamu pikir dirimu hebat? Kamu bisa apa? Jangan omong besar saja! Pergi sana!”Yasmine sudah hampir meledak, tetapi Peter menepuk pundak Yasmine sambil menggelengkan kepala. Ini adalah tempat umur, tidak enak bertengkar dan dilihat orang. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan sekarang adalah mengawasi sekelompok orang ini agar tidak melukai Nicholas.“Cari tahu informasi mengenai Jefri!” Peter berbisik kepada Zeffrey.“Baik!” Zeffrey mengangguk, lalu pergi untuk menelepon beberapa orang.Jefri tersenyum kecil dan beranjak pergi. Yasmine menatap mereka sambil menggertakkan gigi. Kalau tidak ada Peter, Yasmine mungkin sudah menghajar Jefri dan para komplotannya.“Ikuti mereka!” kata Peter sambil
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,