Di aula bawah, suara gemuruh terdengar, lantai pun ikut bergetar.Nicholas menaikkan alisnya, melihat Felix dan Sella berjalan menaiki panggung di kejauhan. Keduanya sama-sama memasang senyum tipis di wajah, menampilkan sikap elegan kepada semua orang. Meski demikian, Nicholas tahu dua orang ini tidak sebaik yang terlihat."Bapak Martin dari Temp Steel Group."Kalimat itu disambut tepuk tangan meriah dari semua orang.Perempuan berusia tiga puluhan tahun, Zendaya Lang, melangkah ke atas panggung dengan anggun. Tidak lupa memasang senyuman sopan di wajahnya."Ada juga Ibu Zendaya Lang dari Prosun Group."Tenato Wallace tersenyum. Dia mengambil alih mikrofon lalu berkata, "Baik, sekian saja pengenalannya. Kalau kalian ingin berbicara mengenai kerja sama, bisa dilakukan nanti, hampiri target kalian sendiri-sendiri. Asosiasi Pebisnis hanya menyediakan platform bagi kalian. Bisa tidaknya kalian menggapai kesempatan berbisnis bergantung pada masing-masing orang.Semua kembali bertepuk tangan
Ekspresi Nicholas menggelap mendengar ucapan itu."Oh ...." Herman mengangguk pelan. "Apa yang dilakukan petugas keamanan di luar? Kenapa mengizinkan sembarangan orang masuk?""Memang begitu ...." Chloe menyengir dingin. Cengiran itu berubah menjadi tawa hangat saat matanya memandang Herman. "Herman, apa kabar? Apa hari ini Pak Tenato punya waktu kosong?"Herman memandang jijik Nicholas sesaat, lalu menoleh ke arah Chloe. "Beliau bilang akan datang nanti. Bagaimana pandangannya nanti tentang kalian bergantung sepenuhnya pada kalian ... Barusan aku mengobrol dengan orang dari Felixton Group, mungkin aku bisa mengundangmu untuk berkenalan dengannya. Kalau Bu Zendaya dari Prosun Group, aku bisa membantumu berkenalan dengannya. Mau bagaimana pun, Prosun Group adalah yang terbesar di antara tiga investor. Tapi aku nggak bisa menjamin bisa berhasil atau nggak.""Bagus! Sangat bagus!" Harlem tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. "Di mana orangtuamu? Apa sudah datang? Kalau sudah, biar ak
Dia baru saja berkata tidak yakin bisa bertemu dengan Zendaya. Sosok itu malah datang sendiri menghampiri tempat dirinya memijakkan kaki. Meski demikian, wanita itu seakan tidak menganggap keberadaan mereka sama sekali. Pandangannya terus tertuju pada si brengsek satu itu."Orang seperti Anda kenapa duduk di sini? Nanti duduk saja bersama saya di sana ...." Zendaya terburu-buru melangkah maju sambil mengulurkan tangannya. Ekspresi bahagia terpampang jelas di wajahnya. "Terima kasih banyak atas gugatan yang terakhir kali. Tanpa Ibu, saya benar-benar nggak tahu harus berbuat apa! Saya tunggu lain kali kalau Ibu ada waktu lagi, mari bertemu mengobrol di luar sebagai kakak-adik. Aku—""Nggak perlu. Aku masih ada urusan lain. Lagi pula, tempat ini cukup menghibur. Menarik sekali melihat sekelompok monyet congkak berulah di sini," sela Yasmine. Senyumnya bak bunga mekar di musim semi.Monyet congkak?Untuk sesaat, Zendaya berusaha mencerna maksud ucapan itu. Sontak dia melihat orang-orang ya
"Pak Tenato, saya nggak tahu bagaimana orang ini bisa masuk. Saya dengar dia ini hanya seorang berandal. Tempat kami memang perlu dirawat dengan lebih baik lagi!" Herman cepat-cepat menjelaskan sambil memandang Nicholas dengan tatapan tidak bersahabat.Raut wajah Tenato seketika berubah mendung saat mendengar ucapan itu. "Petugas-petugas keamanan di sini memang seharusnya lebih jeli lagi memeriksa orang.""Pak Tenato, orang-orang seperti dia ini harus dibawa pergi petugas keamanan!" Ferina tersenyum lebar, merasa dirinya mendapat dukungan dari sang ketua asosiasi.Tenato seketika mengernyitkan dahinya. Tampangnya seakan memberi petunjuk ada yang salah dengan ucapan Ferina."Petugas keamanan!" seru Harlem segera.Tenato memicingkan matanya ke arah Herman. "Kamu bilang dia ini kenalanmu?"Herman terdiam sesaat. Secuil amarah seakan keluar dari tatapan tajam Tenato. Firasatnya mendadak buruk."Herman, kamu sekarang sehat sempurna setelah disembuhkan sampai lupa rasa sakitnya. Jangan-janga
"Mana mungkin?" Herman memaksakan sebuah senyuman yang lebih buruk dari tangisan.Nicholas berbalik lalu pergi sambil menyengir.Harlem dan istrinya bergeming di tempat.Butuh waktu cukup lama sebelum Herman kembali tersadar dari lamunannya. Saat menoleh ke arah ayahnya, dia menggertakkan gigi dan berkata, "Ini yang kalian bilang berandal? Berandal mana di dunia ini yang disambut langsung sama Pak Tenato?"Harlem gemetaran. "Herman, aku ....""Sialan! Masih berani memanggil namaku?" Herman mendorong Harlem. Tatapannya sedingin es kutub selatan. "Kalau kamu mau mati, jangan seret aku juga. Cepat, bawa anakmu pergi dari sini sekarang juga!"Harlem terkejut. Ferina pun ketakutan setengah mati sampai-sampai dia kesulitan berkata-kata.Herman merapikan dasinya, lalu berbalik badan tanpa memperhatikan Ferina. Menurutnya, perempuan itu memang cantik, tapi kalau mau terus berkembang, dia perlu memikirkan secara matang-matang. Dia tidak akan pernah mau menghancurkan dirinya hanya karena segelin
Seingat Nicholas, bukankah hanya dia yang bisa berbicara seperti itu? Kenapa tiba-tiba muncul orang yang lebih hebat mencari sensasi?Raut wajah Yasmine terlihat aneh. Dia pun menoleh dan berbisik kepada Nicholas, “Dia menyebut toko kita, ya?”“Kok kamu pintar sih?” Nicholas tersenyum.Yasmine tersenyum sambil mendengus bangga. Pintar? Sejak kecil, orang-orang selalu memuji kecerdasan Yasmine, tetapi rasanya malah berbeda saat dipuji oleh Nicholas.Pujian Nicholas membuat Yasmine merasa puas dan bahagia.“Baik, aku akan memerintahkan orang untuk memeriksanya,” kata Pak Tenato sambil tersenyum.“Em, cepat! Aku nggak suka menunggu lama.” Felix melirik Tenato sambil tersenyum, lalu berbalik ke tempat duduknya.Di sisi lain, Yasmine menarik Nicholas sambil berbisik-bisik.Pak Tenato memerintahkan beberapa orang untuk ikut pergi bersamanya.Bagi Tenato, ini adalah hal yang bagus. Begitu mengetahui Felixton Group yang ingin berinvestasi di Kota Mano, Tenato langsung menyambutnya dengan tanga
“Oh, masih cari tempat?” Felix meliriknya sinis.Nicholas tidak tahu harus menjawab apa. “Sebenarnya tempat bukan masalah ….”“Tempat sangat penting!” Felix menggelengkan kepala sambil menggurui Nicholas. “Lokasi menentukan kesuksesan sebuah toko. Kita harus memahami letak lokasi yang strategis.”“Benar ….” Nicholas mengusap hidungnya.“Begini saja, kebetulan aku banyak referensi tempat. Aku bisa merekomendasikan beberapa untukmu,” kata Felix sambil tersenyum.Sella menarik pergelangan tangan Felix sambil menggelengkan kepala.“Kenapa? Nggak apa-apa. Bisnis Nicholas berbeda sama bisnis kita. Lagi pula, investasi kita sangat besar, nggak main-main loh!” Felix melirik Nicholas dengan tatapan merendahkan. “Nicholas, aku sarankan jangan memilih toko di daerah Jalan Biku. Lagian nggak perlu toko yang terlalu mahal dan besar juga, ‘kan?”Stella menatap Nicholas dengan sinis sambil menyeringai ketus.Yasmine langsung berbaring di meja sambil menutupi wajahnya. Nicholas sontak menoleh ke sampi
Wajah Tenato terlihat agak canggung. Kemudian, dia melirik Nicholas sambil memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, “Bagaimana kalau Tuan Felix memilih tempat lain saja? Aku akan berusaha untuk mendapatkan toko itu ….”“Tidak perlu, aku mau toko yang ada di Jalan Biku. Bilang saja, memang siapa pemiliknya? Biar aku sendiri yang menemuinya.” Ekspresi Felix terlihat masam.“Punya ….” Sesekali Tenato melirik ke arah Nicholas.“Punya aku,” jawab Nicholas sambil tersenyum.“Aku nggak peduli punya siapa, tawarkan harga yang lebih tinggi saja ….” Begitu berbicara sampai sini, Felix baru menyadari ucapan Nicholas.Seketika, Felix langsung tercengang, lalu menoleh dan menatap Nicholas. “Kamu bercanda?”Nicholas merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum dingin. “Menurutmu aku sedang bercanda?”Sella tertegun, dia mengerutkan alis seolah tak percaya.“Benar, toko itu punya Nicholas ….” Tenato tersenyum masam.Felix pun kesal, dia merasa seperti dipermainkan. Tadi, Felix bahkan merekomenda
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,