Wajah Tenato terlihat agak canggung. Kemudian, dia melirik Nicholas sambil memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, “Bagaimana kalau Tuan Felix memilih tempat lain saja? Aku akan berusaha untuk mendapatkan toko itu ….”“Tidak perlu, aku mau toko yang ada di Jalan Biku. Bilang saja, memang siapa pemiliknya? Biar aku sendiri yang menemuinya.” Ekspresi Felix terlihat masam.“Punya ….” Sesekali Tenato melirik ke arah Nicholas.“Punya aku,” jawab Nicholas sambil tersenyum.“Aku nggak peduli punya siapa, tawarkan harga yang lebih tinggi saja ….” Begitu berbicara sampai sini, Felix baru menyadari ucapan Nicholas.Seketika, Felix langsung tercengang, lalu menoleh dan menatap Nicholas. “Kamu bercanda?”Nicholas merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum dingin. “Menurutmu aku sedang bercanda?”Sella tertegun, dia mengerutkan alis seolah tak percaya.“Benar, toko itu punya Nicholas ….” Tenato tersenyum masam.Felix pun kesal, dia merasa seperti dipermainkan. Tadi, Felix bahkan merekomenda
“Tuan Nic, Anda ….” Pak Tenato menoleh ke arah Nicholas.“Apa hubungannya sama aku?” Nicholas mengerutkan alisnya.Kemudian, Nicholas menghela napas dan berkata, “Menarik investor luar memang akan menguntungkan Kota Mano, tapi lihat-lihat orang juga. Jangan sampah masyarakat pun mau diterima, mempermalukan diri sendiri saja ….”“Benar! Benar!” Tenato menganggukkan kepala.Nicholas dan Yasmine pergi begitu saja tanpa memedulikan Felix.Awalnya, Felix ingin memaki Nicholas, tetapi sesaat menyadari sikap Tenato yang aneh, Felix pun tertegun dan terdiam sejenak. Bukankah Tenato adalah keluarganya Nicholas? Namun, kenapa sikap Tenato begitu sungkan? Sebagai paman, kenapa Tenato malah terlihat takut kepada Nicholas?“Pak Tenato ….” Felix ingin menegur Tenato, tapi di saat bersamaan, mereka menatap ke arah pintu masuk. Terlihat Zendaya yang kembali dan suasana pun menjadi canggung.“Hmm? Itu pemuda yang disambut oleh Pak Tenato, ‘kan? Tadi aku sempat mendengar tentangnya, dia dari keluarga ma
"Em!" Bibir Solia yang merah tampak tersenyum merona. Meskipun memesona, aura dingin terpancar dari sorotan matanya dan terlihat menakutkan.Felix mengernyit sambil mengedipkan mata, dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang penting."Tenang saja, ideku bagus untuk kalian dan bagus juga untuk diriku sendiri ...." Solia tersenyum dingin. "Dia ingin membuka toko giok, kebetulan aku juga pengrajin giok. Masih ada dendam di antara kami, aku tidak akan membiarkannya sukses!"Sorotan mata Felix terlihat muram dan menakutkan."Kalau tidak berani, kalian cari toko lain saja. Mungkin ada toko lain yang lebih cocok untuk kalian." Melihat Felix yang tampak ragu, Solia pun berbalik dan hendak pergi."Sebentar!" Felix memanggil Solia, "Aku menginginkan toko itu ....""Nggak masalah." Solia tersenyum dengan penuh kekaguman.Hanya dalam waktu beberapa menit, Felix dan Sella pun sepakat untuk bekerja sama dengan Solia. Nicholas tidak mungkin menyangka, sebuah masalah besar akan menghampirinya!Nichol
Sesampianya di vila, Nicholas langsung membuka pintu mobil dan bergegas keluar."Nic ...." Yasmine memanggil sambil tersenyum manis, "Aku sudah bilang ke kakakku.""Bilang apa?" Nicholas tercengang."Aku bilang ke dia ... kamu menyentuhku," kata Yasmine terkikik-kikik. Dia tampak sangat bahagia.Nicholas bergegas menutup pintu mobil tanpa menghiraukan ucapan Yasmine. Kemudian, Nicholas buru-buru masuk ke dalam rumah dengan perasaan panik sekaligus merasa bersalah.Yasmine duduk di dalam mobil sambil memperhatikan sosok Nicholas yang beranjak pergi. Tak berapa lama, Yasmine menghela napas panjang, dia terlihat kecewa, lalu menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan vila Nicholas.Di lantai tiga, Karen yang mengenakan piyama bergambar pikachu terlihat langsung menutup tirai jendela. Ketika berbicara kepada orang yang berada di ujung earphone, suara Karen terdengar ketakutan, "Sudah pulang, wanita itu yang mengantarnya ....""Dia diantar seorang wanita?" Suara Samantha terdengar di uju
"Gawat, gawat ...." Karen berdiri di tempat, tatapan matanya terlihat kosong.Wajah Nicholas dan Karen menempel jadi satu. Nicholas membungkuk sambil menutup matanya, rasanya lembut seperti sponge cake.Setelah mencium Karen, Nicholas mengangkat kepala dan memeluk Karen ke dalam dekapannya.Nicholas dapat merasakan tubuh Karen yang kaku dan gemetaran. Seluruh tubuh Karen membeku, dia mematung dan hanya menatap lurus ke depan.Ada apa ini? Perasaan ini ....Setelah melihat wajah Karen yang memucat, Nicholas pun melepaskan pelukannya, lalu mencubit kedua pipi Karen dan beranjak naik ke atas.Tak berapa lama, terdengar suara Samantha yang berada di ujung earphone, "Ka ... Karen? Apa jawabannya? Kamu kenapa?""Dia ...." Wajah Karen memerah seperti udang rebus. "Dia menciumku.""Hah?" Jantung Samantha berdetak semakin kencang. "Lalu bagaimana?""Iya, lalu gimana?" Karen masih terkejut.Awalnya Karen mau menginterogasi Nicholas, kenapa malah jadi Nicholas yang mengambil keuntungan? Kenapa ja
Sesampainya di gerbang rumah sakit, Nicholas dan Karen melihat mobil Keluarga Fiasco yang diparkir tak jauh dari sana.Ferina dan ayah ibunya keluar dari mobil. Mereka terlihat membawa buah dan sebuket bunga, lalu bergegas beranjak masuk ke dalam rumah sakit.Nicholas mengerutkan alis, dia menggandeng tangan Karen dan mengikuti dari belakang. Samar-samar, Nicholas dan Karen dapat mendengar suara Chloe."Jangan kasar! Bicara baik-baik," Harlem berpesan."Iya, aku tahu!" jawab Chloe dengan ketus. "Siapa sangka, hebat juga anak itu, sampai-sampai kita yang harus meminta maaf kepadanya."Ferina hanya menundukkan kepala, wajahnya terlihat cemberut.Harlem juga tidak senang. Dia pikir Keluarga Fiasco akan meraup keuntungan banyak setelah berhasil mendekati Herman, tetapi Nicholas malah muncul dan mengacaukan semuanya.Setelah pesta kemarin, Harlem sempat mencari tahu latar belakang Nicholas, tetapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Tujuan kedatangan Keluarga Fiasco adalah untuk mengetes
Wanita ini tertegun, dia menatap Chloe selama beberapa saat, lalu menjawab sambil tersenyum, "Halo! Aku adalah Silvia, sekretarisnya Tuan Sandy. Anda ....""Sekretaris?" Chloe dan Harlem sangat terkejut. Sejak kapan Sandy punya sekretaris?"Oh, kalian ...." Silvia mengerutkan alis."Ah ... kami keluarganya Sandy." Chloe tersenyum lebar. "Setelah bertahun-tahun tidak ketemu, aku tidak nyangka Sandy sudah sesukses ini. Sandy memang keren! Hmm, kalian bekerja di perusahaan apa? Kok Sandy tidak pernah memberi tahu kami?""Hah?" Silvia melirik Sandy yang sedang membereskan barang. "Kami bekerja di Grup Sunrise. Tuan Sandy adalah wakil direktur kami ...."Chloe tampak tidak percaya, apakah dia sedang bermimpi?"Grup Sunrise? Wakil direktur?" Harlem seolah meminta konfirmasi. Siapa yang tidak tahu Grup Sunrise? Peter susah payah membangun perusahaan itu sampai memiliki reputasi seperti sekarang.Ditambah, Grup Sunrise juga lebih berpengaruh daripada keluarganya Herman, sedangkan Sandy adalah
"Plak!" Harlem menampar Chloe, dia terlihat sangat marah. "Semua ini karena ulahmu! Apanya 60 miliar? Dia menjadi wakil direktur Grup Sunrise dan malas meladeni kita!"Tanpa sungkan, Chloe meraih kerah kemeja Harlem dan berkata, "Memangnya kamu nggak ada salah? Memangnya kamu nggak merendahkan anak itu?"Raut wajah Harlem juga berubah ....Setelah puas marah-marah, Chloe teringat sesuatu, lalu menggenggam tangan Ferina dan berkata, "Ferina, Sandy pasti masih menyukaimu. Cepat, hubungi dia! Kamu harus mendekatinya ....""Benar, benar. Ferina, cepat hubungi dia! Grup Sunrise lebih besar daripada perusahaannya Herman. Wah, aku tidak sudah tidak sabar, reputasi keluarga kita pasti ikut terangkat!" Harlem terlihat bersemangat.Ferina mengangkat kepalanya secara perlahan-lahan, seluruh tubuhnya bergemetaran. Dia tidak menyangka bahwa kedua orang tuanya akan menyuruhnya untuk melakukan hal seperti itu."Aku ... aku tidak habis pikir, bisa-bisanya Ayah dan Ibu menyuruhku berbuat seperti itu,"
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,