"Dia kenapa" tanya Samantha dengan ekspresi terkejut."Dia memintaku membayar delapan belas juta ...," jawab Karen gugup.Samantha terkesiap. Ekspresi malu Karen membuatnya mengerti, apa yang dikatakan perempuan itu bukan sebuah kebohongan. Dia pun tertawa keras. "Kak Nicholas betulan memintamu delapan belas juta?""Iya! Aku melihatnya menulis itu di buku tulisnya!" kata Karen malu.Samantha menepuk-nepuk pundak Karen. "Mungkin itu hanya bercanda? Kak Nicholas itu orangnya lumayan baik. Kami sering bermain bersama waktu masih kecil dulu!"Karen mendongak, memandang Samantha dengan mata berkedip pelan. Dia merasa "Kak Nicholas" yang diceritakan Samantha tidak sama dengan Nicholas yang dia kenal. Apa benar laki-laki itu sebaik yang diceritakan? Rasanya, selain pelit dan nakal, tidak ada lagi kata lain yang cocok mendeskripsikan Nicholas yang dikenalnya!"Aku kenal Kak Nicholas. Dia sangat senang membantu orang lain. Termasuk membiarkanmu tinggal di rumahnya ...." Samantha tertawa. Tawany
Samantha memandang Karen turun dari mobil, lalu melambaikan tangan dengan senyum lebar di wajah. Setelah pergi, dia mengembuskan napas panjang sebelum memutar kemudi dan mengemudi pergi.Orang-orang seperti Felicia tidak pernah Samantha anggap cukup baik untuk Nicholas. Berbeda dengan perempuan yang barusan. Dia merasa Karen selalu mampu membuatnya merasa tenang. Itulah mengapa, dia tidak mau banyak berbicara.Setibanya di Kota Mano, Samantha sebenarnya ingin melampiaskan amarahnya, tapi hatinya seketika melembut ketika memikirkan bocah laki-laki di masa kecilnya dulu, meski tempurung lututnya retak, tetap saja ingin berdiri di depannya. Samantha rela menjadi seseorang yang memandangnya dari kejauhan, juga rela menjadi seseorang yang memberi secara diam-diam. Kalau hati Nicholas benar-benar jatuh pada perempuan yang baik, dia pun rela memberikan restunya untuk mereka.Mobil melaju jauh, seakan membawa serta seluruh pikiran di dalam benak Samantha pergi.Karen sama sekali tidak tahu apa
Karen tampak sangat malu karena pernyataan cinta yang begitu mendadak. Dia seketika menunduk dan mempercepat langkahnya.Yabin menghela napas, lalu mengimbangi kecepatan Karen. "Karen, kamu mungkin nggak mengerti isi hatiku sekarang, tapi aku yakin kamu bakal bisa mengerti pikiranku secepatnya!"Wajah Karen memerah. Kalimat Yabin dibiarkan menggantung begitu saja.Yabin tersenyum. Menurutnya, reaksi Karen seperti seseorang yang sebentar lagi akan tertangkap oleh jaringnya. Berdasarkan pengertiannya tentang kaum hawa selama bertahun-tahun, persetujuan mereka juga berarti ketaatan mereka.Dari lubuk hati Yabin yang terdalam, dia menganggap semua perempuan penuh kemunafikan. Saat ini mungkin dirinya ditolak, tapi tidak lama kemudian pasti akan menempel padanya. Dia sudah banyak sekali bertemu dengan situasi yang sama. Terutama para perempuan yang telah mendengarkan permainan pianonya."Karen, kalau lain kali sesuatu seperti ini terjadi lagi, aku harap kamu bisa memberiku kabar secepatnya!
Telinga Nicholas memerah, rasa malunya tercerminkan dari raut wajahnya.Yasmine berdiri, lalu berkata dengan perasaan benci terpendam. "Aku nggak sedang menyindirmu! Masalah di kantor polisi sudah selesai. Beberapa hari ini kamu nggak boleh keluar dari Kota Mano. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa beritahu aku ....""Oke!" Nicholas mengangguk setuju."Soal Peter ...." Yasmine tiba-tiba bertanya."Aku harap dia memikirkan ulang partisipasinya di dalam rapat tahunan Keluarga Winata," balas Nicholas."Oke!" Yasmine mengangguk, lalu membereskan barang-barang di atas meja. Dia memandang Nicholas dengan perasaan enggan. "Kamu nggak mau mempertimbangkan kembali soal kita bertiga menyewa rumah bersama?""Ehem ...." Nicholas menunduk, lalu terbatuk-batuk keras untuk sesaat. Pandangannya sedikit teralihkan.Yasmine tertawa, lalu berbalik badan dan keluar dari rumah. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga hingga keluar dari gerbang vila. Sementara itu, di pintu masuk vila, Karen berlari
Nicholas menjadi seperti ini karena dirinya. Jadi sudah sewajarnya kalau dia memijat pundak laki-laki itu. Lalu, mengapa dia menolak? Penyesalan mendalam bertumbuh di dalam benak Karen. Detik itu juga dia merasa ingin menangis.Dengan hati tersayat, Karen mengambil ponselnya, lalu terburu-buru berlari ke lantai atas. Realita seketika menamparnya. Pintu kamar Nicholas tertutup rapat. Wajahnya memucat. Otaknya berputar memikirkan pilihan terbaik.Memijat pundak, 'kan?Memijat saja?Nicholas terluka hingga seperti ini karena dirinya. Mengapa dia tidak mau memijatnya?Hati Karen terombang-ambing. Dia lama menatap pintu kamar Nicholas. Selama itu juga, keberaniannya untuk mengetuk pintu menciut bersembunyi.Ceklak!Pintu kamar Nicholas tiba-tiba terbuka, memunculkan wajah curiga Nicholas."Kamu sedang apa?""Nicholas ...." Air mata seketika menggenang di tepi mata Karen. "Aku nggak tahu kalau kamu ... begini ... karena aku ... aku ...," ucap Karen terbata-bata. Rasa bersalah terus-menerus m
Sebelumnya dia tidak pernah begini. Seberapa hebat gejolak emosi di dalam hatinya, dia tidak akan pernah kecewa terhadap siapa pun. Apa yang terjadi akhir-akhir ini?Sementara itu, si laki-laki nakal memandang kepergian Karen dengan senyuman tipis. Ada perasaan kagum di dalam hatinya.Emosi Karen selalu digerakkan oleh Nicholas. Mungkin perempuan itu sudah memiliki perasaan terhadapnya, tetapi Nicholas tahu, ini saja tidak cukup. Seseorang yang mati sepanjang hari dan tidak peka terhadap apa pun tidak bisa dikatakan sebagai orang normal.Nicholas menghidupkan kembali ponselnya, lalu membuka forum universitas. Senyuman muncul di wajahnya setelah melihat-lihat selama beberapa waktu. Forum itu meledak seketika. Topik utamanya tidak lain dari penampilan Karen. Bahkan ada lebih dari belasan unggahan berjejer atas-bawah. Setiap beberapa menit sekali tergantikan oleh unggahan lain dengan topik yang sama.Nicholas memandang semua ini tanpa emosi. Sampai satu unggahan membekukan senyuman hangat
"Kalau mau lebih spesifik, nggak bisa dibilang sebagai benda ...." Yasmine diam sesaat, berpikir selagi mengemudi. "Tapi sebuah kesempatan!""Kesempatan?" Nicholas mengerutkan dahi."Betul!" Yasmine mengangguk. Raut wajahnya menunjukkan dia sedikit kesulitan meneruskan kalimatnya. "Aku barusan bilang kalau acara ini bukan acara amal! Ada banyak koleksi yang akan dilelang malam ini. Apa yang dicari orang-orang bukan koleksi ini, tapi kesempatan untuk berkenalan dengan ahli batu giok!"Nicholas mengerutkan dahi. Matanya berkedip cepat."Tingkat keahlian ahli batu giok ini bisa dibilang terbaik di negara kita. Nggak ada tandingannya!" Untuk sesaat, Yasmine menyusun kalimat di dalam benaknya. "Banyak orang sangat menantikan kesempatan melihat ahli batu giok ini beraksi. Termasuk Mondial Jewelry! Berdasarkan rencana awal, Mondial Jewelry bekerja sama dengan Keluarga Tansil.""Kedatangan ahli batu giok ini juga karena undangan dari mereka. Tujuannya untuk membantu membuatkan sebuah harta kar
Nicholas tersenyum, mengulurkan tangannya layaknya seorang gentleman."Aduh aku lupa!" Godric menepuk dahinya. "Aku jadi lupa kalau masih ada orang di mobil. Aku suruh dia turun dulu sekarang!""Oke!" Yasmine tersenyum. Tindakan Godric membuatnya sedikit kesal.Nicholas tampak malu sekali karena tangannya membeku di tengah udara.Yasmine memandang Nicholas dengan rasa bersalah. Dia perlahan mencondongkan badannya ke sisi Nicholas, menjadi jauh lebih dekat dengan laki-laki itu.Pada saat itu, Godric tengah membuka pintu, tak lama kemudian Rudy keluar dari dalam mobil.Nicholas melihat pemandangan ini dengan kepala sedikit miring ke samping. Dia tidak menemukan hal yang aneh, tapi merasa ada makna di balik senyum datar Yasmine."Ternyata ada Rudy juga di sini!""Iya, Godric memintaku kemari, aku nggak bisa menolaknya!" Tatapan Rudy terlihat mencurigakan.Yasmine mengangguk tanpa berbicara apa-apa, lalu berbalik badan dan memimpin langkah Nicholas menuju lobi hotel.Kepekaan Nicholas yang
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,