Menjelang tengah malam Om Rudy baru pulang ke rumah, tampangnya kusut, jasnya hanya disampirkan di bahunya dan dasinya sudah tidak terpasang lagi di lehernya. Rumahnya sudah gelap, hanya lampu ruang tengah saja yang menyala. Om Rudy mengambil air dingin dari kulkasnya, segelas itu habis tetapi belum bisa menghilangkan rasa berat di kepalanya akibat minuman keras. Tante Katrin yang tahu suaminya pulang segera keluar kamar dan heran melihat tampang suaminya yang kusut masai.“Papa dari mana sampai pulang-pulang kayak gini?” tanya Tante Katrin lembut.“Tadi ada klien dari luar, kami berhasil membuat kesepakatan besar dan Papa diundang untuk merayakannya,” jawab Om Rudy sambil melepas dasinya. Tante Katrin bergerak pelan dan mendekati Om Rudy, diendusnya baju suaminya yang bau minuman keras.“Papa sepertinya minum banyak, ingat, Papa harus jaga kesehatan, jangan ikuti mereka yang terbiasa seperti itu.” Tante Katrin mengelus dada suaminya. Sesaat mereka saling bertatapan, Tante Katrin men
Liany terkejut ketika dua orang itu masuk ke ruangan Satria, segera ditariknya tangannya yang digenggam Satria kuat-kuat. Liany melotot ke arah Satria karena laki-laki itu tak mau juga melepaskan tangannya.“Kalian berdua udah lupa sopan santun ya sampai lupa ketuk pintu?” tanya Satria pada Demian dan Dora. Dora melirik ke arah Liany yang salah tingkah.“Kalian sudah tampak akrab sekali padahal Liany baru masuk kerja di sini, kok bisa Pak Bos?” tanya Dora tanpa basa basi, sebelum pikirannya dipenuhi oleh dugaan yang bukan-bukan Dora langsung menembak Satria dengan pertanyaan itu.“Apa kalian percaya jika saya sudah mengenal Liany setengah tahun lebih ini? Bahkan saya menemani proses kelahiran Rangga daaan … yang paling penting saat ini kalian sedang menginterupsi proses lamaran saya kepada Liany!” seru Satria berpura-pura kesal.Map di tangan Dora seketika terlepas bahkan Demian sampai mundur selangkah mendengar hal yang luar biasa mengejutkan mereka.“Kalian selama ini pacaran?” tan
Liany tersentak kaget sehingga tidak dapat berpikir sejenak, air dingin dan es batu yang mengenai wajahnya membuatnya tersedak dan terbatuk. Satria melindunginya dari seorang perempuan yang cantik dengan pakaian yang kekurangan bahan. Wajah Satria memerah menahan amarah sampai tangannya terkepal gemetar.“Jangan gila kamu, Isabel! Kita tidak punya hubungan apapun, kau sudah mendapatkan apa yang kamu mau, jangan buat aku melaporkan ke polisi karena perbuatan tidak menyenangkan kepada calon istriku!” bentak Satria.“Aku gak terima kau pergi gitu aja, Sat, menghilang tiba-tiba, aku udah bilang kalau aku bersedia melakukan apa saja untuk tetap bersama kamu, Sat!” Perempuan muda bernama Isabel itu, mendekati Satria. Liany yang menjadi pusat perhatian orang berdiri dari tempat duduknya, mengambil tasnya dan segera pergi. Satria yang melihat itu segera mengejar Liany.“Lia, tunggu!” Satria ingin mengejar Liany tetapi Isabel menahan tangan Satria dengan kuat.“Aku belum selesai, Satria!” tuka
Myla memijat keningnya, masalah Demian benar-benar membuatnya pusing, entah sampai kapan dia akan terjebak bersama bawahan Satria itu. Kini kakinya melangkah dengan berat menuju kantor Om Rudy, dia ingin mengobrol sejenak dengan papanya itu. Namun, langkahnya terhenti ketika dia mendengar papa dan mamanya sedang berbicara serius di dalam sana. rasanya dia tidak ingin percaya pada telinganya yang telah mendengar ayahnya menjalin hubungan dengan Liany, perempuan yang ditolongnya itu.“Papa? Gak mungkin…,”desis Myla dengan tubuhnya yang gemetar.“Papa tidak mungkin selingkuh, Papa tidak mungkin berkhianat pada Mama,” bisik Myla lagi. Dia baru saja hendak mendorong pintu itu dengan keras ketika satu pertanyaan papanya yang membuat mamanya terdiam lama.“Mengapa kau diam, Kat? Kamu gak bisa jawab bukan pertanyaanku ini?” Om Rudy menatap Tante Katrin yang sudah mematung di depannya.“Kamu salah paham tentang laki-laki muda itu, Rud, aku tidak selingkuh!” sergah Tante Katrin cepat. Tangannya
Myla membuka matanya perlahan, aroma obat dan alkohol samar tercium seiring dengan dilihatnya dinding putih dan gorden berwarna biru tua. Kepalanya pusing seperti habis naik komedi putar dengan kecepatan tinggi. Jarum infus terpasang di punggung lengan kanannya, ulu hatinya terasa nyeri yang terasa meninju hingga punggung belakangnya. Myla pasti akan jatuh pingsan seperti itu jika mengalami shock berat yang membuat asam lambungnya mendadak kambuh.“Kamu sudah bangun, Nak?” tanya Tante Katrin cemas, mamanya sudah berganti pakaian, itu artinya dia benar-benar tak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Myla terdiam dan mengedarkan pandangannya mencari sosok Om Rudy.“Mana Papa, Ma?” balas Myla dengan suaranya yang agak serak.“Papa pulang sebentar untuk mandi, tadi Mama sama Papa gantian jagain kamu.” Tante Katrin hendak mengambil tangan Myla tetapi gadis itu menolak halus dengan pura-pura memindahkan tangannya.“Apa yang telah terjadi antara Mama dan Papa? Jangan bohongi Myla karena Myla
Sejenak Satria memandangi wajah Liany yang memucat, “Iya, benar, Tante Katrin-mu itu adalah ibu kandungku. Aku anak dari pernikahan pertamanya yang gagal, perempuan yang telah meninggalkanku dengan trauma dan luka hati yang dalam.”Liany tak berkata-kata lagi, dia menyongsong Satria dan memeluknya erat. Sungguh tak diduganya jika cerita kelam masa kecil Satria karena Tante Katrin.“Mengapa Myla sampai tidak tahu kalau kamu abangnya?” tanya Liany setelah melepaskan pelukannya, rasa penasaran dan simpati berbaur jadi satu.“Dia merahasiakan semua masa lalunya termasuk aku, beberapa kali aku menantangnya untuk mengungkap siapa diriku sebenarnya tetapi dia tidak mau. Sampai detik ini aku masih membencinya, Liany.” Ekspresi Satria lebih cenderung terlihat sedih dibandingkan marah atau dendam seperti yang kata benci yang diucapkannya.“Tante Katrin pasti punya alasan tersendiri, cobalah untuk memahaminya,”“Tidak, Lia, kau tidak tahu apa-apa tentang dia, mungkin dia memang kerabat ibumu tet
Tante Katrin memilin jemarinya, sungguh ini kejutan luar biasa yang didengarnya barusan. Dia membayangkan jika Satria Abimana putranya akan menikah dengan seorang gadis dari kalangan terhormat dan menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.“Kamu yakin kalau kamu akan menikahi Liany?” tanya Tante Katrin yang ingin meyakinkan pilihan Satria.“Tentu saja, bukankah itu bagus? Aku bisa menyelamatkan pernikahanmu karena suamimu tengah mengincar janda muda ini. Paling tidak aku bisa menjauhkan Liany dari laki-laki yang mencari kepuasan selain dari istrinya,” jawab Satria telak. Tante Katrin menghela napas paling tidak ucapan Satria ada benarnya. Suaminya akan menjauhi Liany jika perempuan muda itu menikah dengan Satria.“Aku sedang tidak meminta izin darimu, aku hanya ingin memberitahumu, Liany memintaku untuk memberitahukan kabar baik ini kepada ibu kandungku.” Satria menekankan suaranya pada kata ibu kandung. Mata Tante Katrin mengerjap menghalau air yang mulai berkumpul di matanya.“Dan sa
“Bagaimana Om tahu aku pulang ke rumah jam segini? Om mau apa?” tanya Liany terheran-heran, rasa kagetnya belum juga pergi. Lelaki itu mendekat dengan tatapan sayu, serindu itu Om Rudy kepadanya.Sesaat Om Rudy memandangi Liany, “Aku melihatmu meninggalkan kantor dan mengikutimu.” Om Rudy menutup pintu rumah hingga rapat.“Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi semakin aku mencoba aku tidak mengenyahkan bayanganmu Liany. Maafkan aku, tetapi aku benar-benar telah jatuh cinta padamu,” Om Rudy mendekat, tangannya terjulur hendak menyentuh LIany.“Ta-tapi Om, Lia tidak bisa bersama Om, Lia jatuh cinta pada pria lain dan kami akan menikah dalam bulan ini,” ujar Liany ketakutan. Samar tercium bau alkohol dari napas Om Rudy, Liany semakin menjaga jarak dari laki-laki itu yang sepertinya sedikit mabuk.“Tolong tinggalkan rumah ini, Om. Lia tidak mau Myla semakin salah paham kepada Lia. Beberapa hari yang lalu Lia juga sudah menjelaskan kepada Tante Katrin kalau Lia tidak ingin merebut Om dari
Setahun kemudian …Lilis membuka kembali album foto-foto kenang-kenangannya setahun yang lalu saat keluarga majikannya mengantarkan Yelena kembali ke Inggris. Suasana haru terjadi saat Tuan Clark awalnya menolak kepulangan putrinya tetapi Satria berhasil meyakinkan ayah angkatnya itu dan membuat ayah dan anak kembali berdamai. Di sana juga mereka merayakan ulang tahun pertama Rangga dengan sangat istimewa. Lilis sungguh tak menyangka jika majikannya kali ini memperlakukan dirinya dan Lastri seperti anggota keluarga, bukan hanya sekedar majikan dan bawahan mereka.Liany dan Satria benar-benar majikan yang sangat baik dan murah hati, bahkan anak sulung Lastri diberikan beasiswa oleh perusahaan Karisma agar bisa melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahaan. Liany juga memberikan hadiah mesin jahit untuknya dan mengizinkan kapanpun Lilis hendak mandiri setelah menamatkan Kursus menjahitnya. Namun, Lilis masih menganggap Rangga masih kecil dan Liany masih membutu
Yelena akhirnya dilepaskan juga oleh anak buah Mike dan menjauhkan diri hingga ke sudut ruangan. Demian melangkah mendekat dengan tatapan mata yang berkilat, aura ingin membunuhnya terasa kuat.“Kau … kau keluarga korban kecelakaan itu? Waaahh … kejutan besar kita bertemu kembali, Yelena, apa kau sudah tahu ini Sayang?” Mike menoleh ke arah Yelena yang memandang takut-takut kepada Demian.“Jangan mengalihkan perhatian bangsat!” hardik Demian yang membuat Mike sedikit gentar. Moncong pistol itu sudah sangat dekat jaraknya dengan kepalanya.“Apa kau ingin membalaskan dendammu sekarang?” Mike memamerkan seringainya yang mengejek Demian. Darah Demian bergejolak hebat, ingin rasanya dia segera melesatkan satu peluru tepat ke jantung Mike, tetapi keinginannya itu ditahannya, dia tidak ingin jadi pembunuh dan merusak masa depannya sendiri. Dia hanya ingin memberikan Mike pelajaran.Demian menumbuk kepala Mike den
“Tolong ambilkan aku air minum, Sayang,” pinta Satria lirih ketika dia terbangun dari tidurnya. Bergegas Liany mengambil segelas air minum dan membantu suaminya untuk duduk. Satria terbatuk kecil, dia masih kesulitan untuk bernapas panjang. Perlahan diminumnya air pemberian istrinya. Dia menolak saat Liany ingin membantunya berbaring, Satria hanya ingin duduk saja sambil bersandar.“Yelena, apa dia pulang?” tanya Satria setelah memperhatikan jika di ruangan itu hanya ada dia dan Liany.“Iya, aku menyuruhnya pulang untuk istirahat, dia sedang hamil muda tak baik jika kelelahan.” Liany memperbaiki selimut Satria dan merapatkannya.“”Bagaimana keadaanmu, Sayang? Apa masih sakit?” tanya Liany sambil memandangi wajah suaminya.“Aku sudah merasa lebih baik, kau jangan khawatir, Sayang.” Satria meraih tangan Liany dan menggenggamnya erat. Namun, sesaat ekspresi Satria berubah dan Liany bisa membac
Demian mengantarkan Myla pulang, berbagai perasaan berkecamuk di dalam kepalanya. Keselamatan calon istrinya, Liany dan putranya serta keselamatan Satria atasannya.“Ingat jangan jauh-jauh dari ponselmu, jika ada hal yang mencurigakan segera telpon aku, mengerti?” Tak bosannya Demian memperingatkan Myla agar tetap waspada.“Dem, apa kau tak mau menjelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang sebenarnya kau ketahui. Sikapmu pada Yelena mencurigakan!” Myla menatap tajam kepada lelaki muda itu yang tampaknya berpikir keras untuk menjawab todongan Myla.Demian sepertinya tak bisa berkelit lagi dan Myla berhak tahu kaitan antara dirinya dan Yelena. Myla menunggu sambil melipat tangan di dadanya. Mereka duduk berhadapan di sofa tamu, sesaat Demian menghela napasnya panjang.“Kamu masih ingat ketika ketika pemakaman ibumu aku mengatakan jika aku pernah merasakan kehilangan yang pedih itu?” Demian memandang Myla
Lamat-lamat suara ambulans terdengar, Satria berusaha membuka matanya dan mencari tahu di mana dirinya sedang terbaring. Seluruh tubuhnya terasa remuk sepertinya ada beberapa tulang rusuknya yang patah akibat perkelahian tadi. Pandangan matanya kabur dan hanya mampu menangkap beberapa bayangan yang ada di dalam ambulans yang tengah melarikannya ke rumah sakit.Satria mengerang pelan, suaranya tertahan oleh masker oksigen yang digunakannya untuk membantunya bernapas. Meskipun dia merasa sangat buruk tetapi rasa bersyukurnya lebih besar karena Mike dan para begundal itu tidak menikamnya dengan senjata tajam atau menembaknya seperti yang ada di dalam pikirannya sebelum dia pingsan. Hal terakhir yang didengarnya adalah raungan Dora yang ketakutan, mungkin karena wajahnya yang sudah berlumuran darah dan terkulai seperti tanpa nyawa lagi.“Pak Bos…! Bertahan yaa Pak Bos … sedikit lagi kita tiba di rumah sakit,” ujar Dora dengan suara yang terdengar
“What the hell are you doing?!” maki Yelena yang terkejut dengan sikap kasar Myla kepadanya.“Myla?!” seru Demian dan Liany yang tak percaya dengan apa yang dilakukan Myla barusan.“Kenapa? Apa karena kau dan keluargamu telah mengadopsi kakakku dan memberikannya kehidupan yang lebih baik kau merasa berhak untuk mengacak-acak rumah tangga kakakku, hah?! Kau tak akan pernah bisa jadi istri kedua kakakku!” bentak Myla yang benar-benar murka dengan kelakuan Yelena.“Myla … Myla… kamu salah paham, Yelena tidak…”“Lia, Please, jangan membela dia, akar busuk harus segera diamputasi sebelum dia menyebar kebusukannya!” sergah Myla yang melihat Liany masih berbaik hati kepada Yelena.“Myla, tenang sedikit, aku tidak mau kamu bersikap bar-bar seperti ini,” ujar Demian sambil merengkuh bahu gadis itu dan membawanya sedikit menjauh.Satria membereskan berkas yang
Demian melonggarkan dasinya, pertemuannya dengan Yelena di rumah Satria calon kakak iparnya sungguh membuatnya gelisah. Bingung, entah bagaimana nanti cara Demian untuk memberitahukan kepada Satria jika adiknya yang satu lagi adalah gadis berandalan yang terlibat dengan kecelakaan besar keluarganya. Setumpuk file di meja kerjanya tentang ekspansi bisnis yang tengah dilakukannya sudah habis dibaca. Dia sedang memperjuangkan sebuah mega proyek yang saingannya adalah perusahaan besar milik keluarga Mike Dewangga. Kali ini Demian lah yang akan mengibarkan panji perang kepada keluarga laki-laki itu, tak akan ada ampun bagi mereka, tekad Demian.Di bawah tangan Demian, Karisma bergerak lebih cepat karena pada dasarnya Demian sendiri adalah pebisnis ulung dan punya banyak koneksi. Selama ini dia hanya bersembunyi dari bayang-bayang rasa bersalahnya atas kematian ibu, kakak ipar dan Brian kecil. Saat itu dia tengah mengantarkan mereka untuk ke sebuah perayaan ulang tahun anak salah seorang k
Lilis segera mengambil lap, mengisi ulang tekonya dan bergegas meninggalkan dapur. Satria dan mengambil botol Rangga yang terjatuh dari tangan Liany sementara Yelena membereskan mangkok bekas mie mereka.“Lia, aku dan Yelena…,”“Sat? Apa kamu mau menikahi Yelena untuk perlindungan dan bayi dalam kandungannya?” tanya Liany yang masih berdiri di tempatnya. Satria menoleh kepada Yelena yang seakan tidak terjadi apa-apa.“Tidak! Aku tidak akan menikahi perempuan lain dengan alasan apapun, aku tidak akan melakukan itu,” ucap Satria penuh penegasan. Yelena yang mendengar itu hanya tersenyum kecil, dia sedang mencuci mangkuk dan peralatan masak yang tadi dipakainya.“Biar aku yang membuatkan Rangga susu kau kembali lah ke kamar. Aku akan bicarakan hal ini dengan Yelena, itu adalah ide gila yang tidak akan kusetujui. Kembali lah ke kamar,” pinta Satria sekali lagi. Liany tidak berkata lagi, dia hanya menatap punggung Yelena yang masih berdiri di dapur lalu dia berbalik menuju kamarnya sendiri
Sepanjang perjalanan pulang Demian lebih banyak diam, dengan sabar dia mendengarkan Myla berceloteh tentang kelucuan Rangga dan Yelena si gadis urakan di mata Myla. Adik Satria yang ini benar-benar tidak menyukai adik Satria yang satunya lagi meskipun mereka menyayangi kakak yang sama.“Dem, dari tadi kok kamu diam saja, ada apa?” tanya Myla yang akhirnya menyadari kesenyapan Demian.“Tidak ada apa-apa,” jawab Demian pelan yang tatapannya fokus pada jalan raya.“Ooh ayolah, kamu jangan kayak cewek yang ditanya kenapa cuma jawab tidak apa-apa,” sindir Myla pada lelaki di sampingnya itu. Demian menarik seulas senyum di bibirnya, setelah bertemu dengan Yelena berbagai perasaan berkecamuk di dalam dirinya.“Sungguh, aku tidak ada apa-apa, aku masih sama terkejutnya melihat Yelena di tengah-tengah mereka.” Demian mencengkram erat setir mobilnya hingga buku-buku jarinya memutih rasa kesal dan sesal itu menyerbu be